Jumat, 23 Desember 2022

Mengucapkan Selamat Natal, Bolehkah?

Tergelitik postingan seorang teman tentang larangan mengucapkan selamat natal. Bahkan ada yang mengharamkan. Ra patiyo seneng jane topik iki, digoreng terus tiap tahun. Tapi piye yo, kok jadi seolah-olah aku yang masih mengucapkan seakan-akan menjadi goyah akidahnya. Piye?

Waktu aku masih SMA masuk gereja ikutan natalan kakakku pernah. Namanya masih muda, curious, gereja kotabaru. Apik, megah. Dengan upacara katholik roma yg masih kental dengan dupa dan beberapa ucapan bahasa latin yang aku gak ngerti. Pulang dari situ yo biasa wae.

Setelah aku mahasiswa, juga masih sering antar Ibuku ke gereja kotabaru, ngedrop aja tapi. Dan kadang antar ke gereja ganjuran juga, ketemu dengan Romo Tomo, silaturahmi, Beliau memelukku dan di kemudian hari ketika aku sudah di Jakarta, Beliau selalu ingat namaku. Papaku adalah adik angkat Beliau. Apakah tergetar akidahku? Samasekali tidak.

Aku malah setiap diajak ke sana selalu mengenakan turban, sebagai simbol Islam. Sebagai tanda bahwa kami orang Islam gak masalah antar Ibu-Bapak ke gereja, sebagai bentuk bakti kepada kedua orang tua (ortu). Kami orang Islam gak akan tergoyahkan keimanan meski memasuki kompleks gereja, bahkan dipeluk Romo yang notabene adalah Pakde saya.

Balik lagi ke ucapan selamat natal. Tentu saja saat masih tinggal dengan ortu tak pernah mengucapkan, hawong sak omah ngopo. Ikutan kakakku menghias pohon natal aja palingan. Tapi saat aku sudah di Jakarta, sedapat mungkin saat natal (disamping lebaran tentu saja) pulang ke Jogja. Menemani ortu supaya tidak merasa sepi, karna biasanya hanya ditemani kakakku, Mbak Rita saja. Jika karna satu dan lain hal gak bisa pulang, ya ringan saja telpon Beliau dan mengucapkan, "Sugeng natal njih mah", dan kemudian berlama-lama ngobrol tentang apa saja.

Seingatku keributan tentang boleh tidak mengucapkan selamat natal sudah lama, jauh sebelum kedua ortuku berpulang. Ya aku biasa-biasa saja, karna bagaimanapun ini ortuku, kuhormati dengan memenuhi keinginan mereka. Dan ortuku ini sejak aku kecil juga tidak pernah memaksa aku untuk ikut agama mereka. Karna aku memilih sendiri, Insyaallah tidak goyah, mengucapkan selamat natal hanya sebagai muamalah saja, serta menghormati orang yang lebih tua. Bahkan kepada tante suami yang kebetulan kristiani, akupun mengucapkan selamat natal.

Setelah ortu meninggal, masih ada 2 kakakku dan keluarganya yang kristiani. Tulisan tentang pro-kontra ucapan ini semakin deras di lini online. Sebagian ulama pro, sebagian lagi kontra. Ulama lo ini, masih terjadi pro dan kontra, apalagi aku yang ilmu agama masih cetek, apalah aku. Bahkan para tokoh masyarakat dalam pemerintahan maupun agama sampai dengan sekarang ini masih mengucapkan selamat natal. Gak ngerti juga apa gunanya berdebat.

Aku, kini demi menghormati pengetahuanku, akhirnya mengganti kata secara semantik saja. Yang tadinya selamat natal, menjadi selamat merayakan natal.

So, saudaraku dan teman kristianiku yang merayakan natal, selamat berbahagia bersama keluarga dan handai taulan ya, semoga kebahagiaan, kedamaian dan keberkahan selalu melingkupi kita, aamiin..

Yogyakarta,
24 Desember 2022


Ref:
https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/1913776/baik-dan-buruk-ucapan-selamat-natal-bagi-muslim



Untuk saudara-saudaraku


Untuk sahabat-sahabatku


Kamis, 22 Desember 2022

HARI IBU

Meski secara sejarah lebih kepada Hari Perempuan, menurutku sah-sah saja menjadikan Hari Ibu sebagai Mother's Day. Karna tanpa peran serta seorang Ibu, apakah itu seorang wanita karier ataukah seorang ibu rumah tangga, sama saja, kita tidak akan menjadi seperti kita sekarang ini. Karna seperti yang tertulis pada Web IAIN, ada seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut: “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”.

Artinya: Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Ibuku adalah seorang wanita yang lembut sekaligus tangguh. Aku adalah anak ke-8 atau anak bungsu. Lahir dari 11 bersaudara sebetulnya, tapi 3 orang telah meninggalkan kami sejak masih bayi/anak-anak. Bayangkan betapa berat rasanya melahirkan 11 orang putra-putri, dibandingkan kita yang hanya sanggup melahirkan 1-3 orang putra-putri saja.

Dan apakah hanya itu saja tugas Ibuku? Tidak. Beliau tidak berpangku tangan begitu saja, akan tetapi membantu Bapakku mencari nafkah sebisanya. Pagi berjualan gethuk lindri di depan rumah kami di gang, di kampung Jl Bausasran, Jogja. Menjelang siang bersepeda ke kawasan Tugu untuk menjadi buruh jahit seorang pengusaha Tionghoa.

Saat aku lahir, Ibuku sudah tidak bekerja sebagai buruh jahit lagi, akan tetapi masih menjahit di rumah. Aku yang masih bayi diletakkan di box samping Ibuku menjahit dan tidak rewel kata Ibuku. Terkadang minum susu dari botol pun tidak perlu dipegangi, hanya diganjal bantal saja.

Saat aku berumur 3th, kami pindah ke rumah dinas Bapak di Jl Veteran. Kehidupan lumayan berkembang. Ibu sudah tidak menjahit lagi, namun beralih ke usaha catering. Saat itu aku masih TK-SD, setiap ibuku arisan, aku selalu ikut dan masih kadang takut-takut, selalu memegang ujung rok ibuku, sehingga teman-teman Ibu memanggilku Ratih Damatutut. Soalnya kalo jalan beriringan kayak kereta api, tututut, haha..

Menginjak SMP setiap pulang sekolah, Ibuku akan setia menanti, menungguku makan siang, dan kami berdua akan asyik melihat video film kungfu seri. Hobby kami sama. Dan itu kami lakukan bertahun-tahun, setiap hari setia hanya 1 episode saja. Kebiasaan ini berakhir ketika SMA, Ibu punya ide untuk pasang parabola di rumah. Jadinya kami beralih tiap sore liat drama sitkom di stasiun TV Malaysia, hehe..

Saat SMA-kuliah, ibuku masih dengan setia menunggu aku pulang sekolah/kuliah, untuk sekedar menemani makan siang dan mendengarkan ceritaku yang seperti toge tumpah, akeh banget, kemruyuk, wkwk.. Saat belajar malam pun, Ibuku juga tetap setia menemani, meski beliau tidur di tempat tidur samping meja belajarku. Heran ya, kok gak terganggu dengan lampu belajar dan radioku yang selalu menyala.

Apakah berhenti sampai disitu perhatian Ibuku? Tentu tidak. Saat aku melahirkan, Ibuku selalu ikut menunggui dan Beliau pasti akan cemas berjam-jam. Bahkan saat setelah melahirkan, menyiapkan jamu untukku yang diracik sendiri, dan membalurkan ampasnya ke seluruh tubuhku. Waktu itu aku bilang, "Aku gak capek kok Mah, aku baik-baik saja". Tapi kata Beliau, "Ya dari luar kamu baik-baik saja, tapi di dalam itu ibarat mobil sedang turun mesin". Weh, dipadakke mobil, hehe.. Yasudah, aku menurut saja.

Setelah mempunyai cucu, Ibuku akan ikut repot jika aku tidak punya pembantu. Beliau akan rela pergi ke Wonosari atau Magelang untuk mencarikan pembantu baru untukku. Thn 2000 setelah perayaan emas pernikahannya, Ibuku mulai sakit-sakitan, keluar masuk RS. Sedapat mungkin masalah rumah tangga maupun ketidakadaan ART ini tidak sampai ke telinga Ibu. Takut Beliau cemas. Meskipun begitu, sedikit masalah rumah tangga yang kulit-kulitnya saja tetap kuceritakan, meminta nasehatnya, karna ibuku selalu menjadi penenangku.

Thn 2008 bapak berpulang. Kondisi Ibuku semakin menurun. Sedapat mungkin jika Beliau sakit, selalu kusempatkan pulang ke Jogja. Karena kata kakakku, meski Ibuku bilang gpp gak usah pulang, tapi dalam hatinya merindukan anaknya. Entah mengapa hatiku tergerak. Berapa lama lagi waktuku untuk berbakti pada Beliau? Sedapat mungkin pula, apapun yang diminta Ibuku, akan langsung kukerjakan atau kuberikan saat itu juga. Teringat saat dulu, saat aku masih muda, masih selalu menjawab perintah Beliau. Aku ingin menebusnya, selama masih ada waktu.

Thn 2010, Ibuku koma selama 2 minggu. Selama itu pula, tidak seharipun aku meninggalkan RS, sejak datang dari bandara. Kecuali saat malam takbiran, suami menghendakiku tidur di rumah mertua & sholat Ied, ujung dulu, lalu kembali ke RS lagi. Alhamdulillah bisa menunggu beliau dari subuh ke subuh lagi, hingga sehari sebelum berpulang, Beliau menggengam tanganku, dalam komanya. Akupun berbisik, "Pergilah Ibuku, aku sudah ikhlas, agar Engkau tidak kesakitan lagi. Ada suami dan anak-anakku menemaniku". Akhirnya jam 2 pagi, Beliau berpulangnya, persis seperti kata Beliau sebelum koma, bahwa nanti jam 2 akan dijemput Bapak. Istirahatlah Ibu, istirahatlah dalam damai.

Airmataku menetes mengingat Beliau. Dengan segala perjuangan, kesakitan, kasih sayang, canda tawa, Ibuku telah membesarkanku, membesarkan kami, anak-anaknya. Mengajarkanku, kami, kelembutan, ketangguhan, kekuatan, kesabaran, cara menikmati hidup, cara bersosialisasi, ketekunan, kebijaksanaan dan ketenangan dalam menghadapi segala masalah hidup. Terimakasih Ibu. Bahkan dengan terimakasih seluas lautan pun takkan pernah mampu kami membayar segala perjuangan dan pelajaranmu. 

Al-fatekhah..



Yogyakarta,
23 Desember 2022




Ref:

https://iain-surakarta.ac.id/pentingnya-peran-ibu-sebagai-madrasah-al-ula-dalam-pendidikan-anak/


Saat ku kecil masih di jl bausasran, saat peringatan meninggalnya ayahku, dan foto terakhir ibu sesaat sebelum masuk rs


Foto saat ultah yang kelima dan foto saat aku wisuda


Foto bersama ibu saat di bima, ntb, saat aku libur kuliah


Sabtu, 08 Oktober 2022

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Diperingati Setiap Tanggal 10 Oktober

Mendengar kasus bunuh diri seorang mahasiswa PTN di Jogja kemarin, hati ini miris, sedih. Ditemukan surat keterangan psikolog di dalam tas anak tersebut. Semakin sedih kalau ada yang berkomentar kurang iman. Betul, hubungan antara kekuatan iman dan bunuh diri sangat erat, tapi rasanya kurang tepat jika hal tersebut dialamatkan pada anak yang mempunyai gangguan kesehatan jiwa.


Seperti diketahui baik dari data empiris maupun data statistik, bahwa penderita gangguan kesehatan jiwa tersebut rawan tindakan bunuh diri. Sebagai gampangnya pengertian untuk kita sebagai orang awam, anak dengan gangguan skizofrenia, borderline, bipolar, depresi itu mempunyai sudut pandang berbeda terhadap masalah, yang ujung-ujungnya pasti suicide (bunuh diri). Beda yang tiga pertama dan terakhir, kalau yang tiga pertama adalah kronis, sering dibutuhkan bantuan obat-obatan, dan kadang seumur hidup, karena juga berkaitan dengan ketidakseimbangan struktur elemen otak. Sedangkan depresi adalah akut, kadang dibutuhkan obat-obatan, akan tetapi kadang hanya dibutuhkan pendampingan dari anggota keluarga dan terapis atau tenaga profesional (psikolog).


Kasus bunuh diri pada anak dengan gangguan kesehatan jiwa tersebut lebih tinggi di luar negeri dari pada di dalam negeri. Kenapa? Karena diluar negeri, meskipun teknologi pengobatan lebih maju, tapi kekuatan kasih sayang keluarga sudah sangat jauh berkurang, dan kekuatan religi sudah hampir tidak ada. Jadi disini dapat disimpulkan, kalau memang faktor keimanan tersebut penting, tapi jangan dibalik logikanya dan digunakan sebagai judgement terhadap setiap kasus bunuh diri. Karena akan sedikit berbeda pada anak-anak khusus tsb.


Itulah sebabnya, kenapa pada setiap artikel tentang suicide pada situs berita yang bertanggungjawab selalu diakhiri dengan kata-kata: jika memerlukan bantuan harap menghubungi bla bla atau nomor sekian sekian. Karena fenomena ini seperti fenomena gunung es. Terlihat sedikit di permukaan, padahal sebenarnya banyak yang belum muncul di bawah permukaannya. Dan jangan salah, sebenarnya fenomena ini tidak hanya terjadi baru-baru ini saja, tapi sejak dulu, bahkan disekitarpun saya banyak menemuinya. Seorang kakak teman, yang ayahnya dokter, menderita skizo. Sepupu jauh suami juga menderita skizo. Seorang teman SMP saya dan ibunya, berdua mereka menderita skizo. Dan itu terjadi sekitar 30-35th yang lalu. Saat mereka usia dewasa muda. Karena waktu itu belum lazim gangguan kesehatan jiwa tersebut, penanganan terlambat, jadi mereka sekarang tidak bisa berkegiatan secara normal (kecuali yang ayahnya dokter tsb).


Mengapa saat ini lebih banyak terjadi? Gangguan kesehatan jiwa ini biasanya muncul saat usia dewasa muda. Banyak hal terjadi, baik secara normal hormonal, internal, maupun eksternal. Faktor eksternal ini lebih kuat lagi dari pada saat jaman kita, para orangtua, dahulu. Terbukanya komunikasi & informasi yang luas, tak terbendung dan global, pesatnya kemajuan tekhnologi, dll. Para orangtua, para tenaga pengajar, pendidik, harus peka terhadap apa yang terjadi pada anak. Tidak bisa lagi mengabaikan hal-hal kecil, dengan berkata, Ah kan hanya seperti itu. Karena memang tekanan, stressor jaman sekarang berbeda. Khusus untuk para pendidik, anak-anak seperti ini memang tidak terlihat. Tapi mereka biasanya terbuka pada temannya. Mungkin bisa dibicarakan tidak secara langsung ke ybs, tapi ke teman-temannya dahulu. Dan setahu saya, sekarang di tiap kampus sudah mempunya lembaga konseling, meski saya lihat belum maksimal penggunaanya.


Monggo, menjelang besok hari kesehatan jiwa, mari kita mulai aware terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, di sekitar anak-anak kita, di dunia yang mulai berubah.  Berdoa, memohon pertolongan pada Allah tentu dan selalu, tapi ikhtiar juga harus. Salam sehat!





Jumat, 26 Agustus 2022

Chemistry Reuni

Bulan September bagiku adalah bulan reuni, bulan lustrum. Ada lustrum SMP, SMA, dan sebagian teman ada yang mulai membahas bulan Desember untuk reuni kuliah (UGM). Ini mengingatkanku akan peristiwa beberapa tahun yang lalu.


Saat itu, aku menghubungi teman SMA yang juga teman kuliah, untuk ikut reuni kuliah, secara khusus. Karna teman ini sangat akrab denganku baik saat SMA maupun kuliah. Tapi sekali lagi dia menolak ikut dengan halus. Penasaran, kukejar saja alasan dia, kenapa kok berkali-kali reuni gak pernah ikut. Jawabnya, "Karna dengan temen-temen kuliah tidak ada chemistry". Jawaban itu sudah cukup buatku untuk tidak bertanya lagi. Karna aku menjadi termangu akan jawabannya. Kok bisa gitu ya? Padahal setiap reuni SMA temen ini dateng lo?


Bertahun-tahun kemudian, alasan temen tersebut akhirnya kuungkapkan. Dan ada jawaban teman kuliahku, yang kebetulan juga temen SMA, yang malah berbanding terbalik. Secara implisit dia justru menyatakan yang tidak ada chemistry justru reuni SMA. Biasa-biasa saja, hambar. Lebih seru reuni kuliah. Kok iso lo? Padahal 2 orang itu, SMA-nya sama sekolahnya, kuliahnya juga sama kampusnya, 😜..


So, kesimpulanku adalah, chemistry itu adanya di dalam hati. Bukan masalah teman, bukan masalah tempatmu sekolah ataupun kuliah. Sudah berapa tahun kita sekolah/kuliah? 30 tahun lebih, bukan waktu yang sebentar. Kenangan lama, kenangan pahit, kenangan manis, kita semua punya. Tapi apakah waktu selama itu akan kita gunakan untuk menyimpan kenangan pahit saja? Melupakan kenangan manis? As Shakespeare said, "If u love me, I'll always be in your heart, if u hate me, I'll always be in your mind".., hehe..


Reuni SD, SMP, SMA, kuliah, bagiku sama pentingnya, sama asyiknya. Ketemu teman lama, bercanda, tertawa, serasa jaman dulu, tanpa memandang apakah dia pejabat, direktur, guru, dosen, ibu rumah tangga, pengangguran, pensiunan, tukang parkir, pengusaha warung indomie, tukang service, seniman, wartawan, manajer, kutu kupret, bawang kothong, dll. Pokokmen koncoku, wkwk.. 


Apa aku tidak ada kenangan pahit? Ya ada.. Jaman dibully karena cungkring, jaman cinta bertepuk sebelah tangan, jaman ditikung temen sendiri, jaman diputusin saat jeda kuliah. Pahit, tapi itu hanya bagian dari sejarah. Tak perlulah disimpan dalam pikiran, apalagi dalam hati. Kenangan manis lebih banyak, temen-temen yang baik. Temen-temen SD yang tetap setia runtang-runtung (kemana-mana bersama-sama) nemenin aku main sehabis sekolah di warung bu Suwal sambil nunggu dijemput Bapak, temen-temen SMP yang tetap setia runtang-runtung  sambil nunggu bis kota, temen-temen SMA yang runtang-runtung motoran ke Geronimo, temen-temen kuliah yang runtang-runtung nemenin aku malam-malam lesehan ke beberapa tempat makan di sudut-sudut kota Jogja tanpa bertanya ada masalah percintaan apa. Itu sangat manis, sampai pahit yang dulu pernah ada, hilang 😁..


Jadi, kita besok ketemu di tempat reuni kan? Hehe..


Reuni kuliah

Reuni SMA

Reuni SMP

Reuni SD

Sabtu, 13 Agustus 2022

Kenapa Pilih SMA 3?

Suatu hari di Jogja tahun 1986, setelah lulus SMP. Gak nyombong lo, NEM-ku lumayan, 9 komalah pokoknya. Juara kelas, bukan juara sekolah tapi, masih kalah sama Ayes. Ya iyalah, jelaass, wkwk..


Sebagai anak bungsu dari 8 bersaudara, mungkin saat masih kecil, gizinya tercukupi, ortu sudah mapan, gak kayak kakak-kakakku yang lain, dadi rodo mletik. Makanya ortu berharap banyak, anak lumayan pinter nih, bisa dong masuk SMA 1, SMA Teladan. Jare.. 🤭. 


Tapi, ortu ngajak aku lihat-lihat sekolah yang lain juga dulu sebelum mendaftar. Pertama kali ditawari ke SMA 8, dengan alasan dekat rumah. Gak usah dilihat, aku udah hafal, lha kakakku kan sekolah sana. Dengan tegas kutolak, "Emoh, sekolah kok cedak banget". (Gak mau, sekolah kok dekat sekali). Dah gitu aja alasannya, hehe..


Ortu ngalah, kemudian mengunjungi sekolah kedua, SMA 1. Cuman liat dari mobil aja, aku gak mau turun. Liat bangunan sekolahnya. "Gak turun?", tanya ibuku. "Gak usah, lanjut aja sekolah ketiga", jawabku mantap.


Akhirnya sampailah kita ke sekolah ketiga yang diusulkan ortuku, SMA 3. Entah kenapa, baru masuk aja udah merasa jatuh cinta. Sekolahnya terkesan ramah, hidup, dan seakan menyambut kedatanganku. Masuk kedalam lebih asyik lagi, karna ternyata ada halaman luas ditengah, pohon besar yang bawahnya ada tempat-tempat duduknya. Kamipun duduk disitu sebentar, menikmati semilir angin, dan kemudian pulang.


Setelah sampai rumah, ibuku akhirnya nanya, "Gimana, suka yang mana sekolahnya?. Dan kujawab, "Suka SMA 3 mah, besok daftar sana aja ya?". "Kenapa lebih suka SMA 3? Gak SMA 1 aja?", Ibuku masih berusaha membujukku. "Gak ah, SMA 1 gedungnya kaku, serem, sajak (seolah) tidak bersahabat. Kalo SMA 3 enak, akeh wite (banyak pohonnya), ada tempat duduknya lagi bawahnya, enak buat ngobrol2", jawabku mantap.


Ibuku ngakak denger jawabanku, "Hla kok sekolahan penak nggo ngobrol, sekolah ki sinau yo nduk, haha..". Aku cuma meringis aja dengernya. Tapi beneran loh, kok ya gak kepikiran bangku dibawah pohon itu buat duduk-duduk sambil belajar. Kan enak duduk-duduk sambil ngobrol. Untung ibuku adalah seorang yang berpikiran terbuka dan tidak memaksakan kehendak. Besoknya, aku diperbolehkan mendaftar di SMA 3, dan bukan di SMA yang diinginkan ortuku.


Dan alasan itu rupanya sungguh membekas di hati Ibuku. Tiap ketemu sodara, tiap ketemu temennya, diceritain alasan kenapa aku pengen masuk SMA 3. Hanya karena wite ngisore ono bangkune, enak nggo ngobrol-ngobrol, 😜..


Bertahun-tahun kemudian, terbukti loh, memang itu bangku paling enak kalo buat ngobrol siang-siang. Istirahat kedua kalo gak salah, pas bokek, kaum kantong pas2an, uang saku cuman cukup buat umbar (istirahat) pertama. Sampe bel selesai istirahat juga gak denger kadang, guru lewat kita digusah (diusir) baru masuk kelas, haha..


Jogja hujan,

13 Agustus 2022


Reuni 2009, kembali ke bangku itu, hehe..

Temen sekelas F2, alm dabyut, aku, icong, gewor

Senin, 18 Juli 2022

Bisnis Sewa Mobil, Amankah?

Pagi-pagi liat infotainment, ada artis rapatiyo ayu tapi kemayu, rapatiyo pinter (nek iki wis ketebak), ketipu bisnis sewa mobil sampai 9.8 Milyar. Kok bisa? Kesirep po? Penasaran, kutonton wawancara beliaunya ini dengan tuntas tas. Pengen tau kronologisnya.


Jebulnya eh jebulnya. Yang pertama, seperti biasa, tergiur hasil. Memanfaatkan mobil nganggur. Tapi anehnya, BPKB diminta ya dikasihkan. Alasannya karna mobil dipakai aparat, harus jelas kepemilikannya, dan akan diganti plat nomornya sementara. Posisi sang artis di Bali, sedangkan bisnis di Jakarta, jadi ya diserahkan aja gitu. Ini blass ra pinter. BPKB kok diserahkan, yang gak diserahkan aja bisa hilang loh mobil disewa gitu.


Trus ke (maaf) begoan berlanjut. Disuruh beli mobil gadaian. Ini jelas mau karna kepincut hasil lagi. Uang ditransfer. Apa yang terjadi? Mobil diminta kembali karna memang tidak ada transaksi jual beli. Dan sang tokoh utama setelah diparanin ternyata sudah melarikan diri ke LN.


Bisnis persewaan mobil ini memang hasil menggiurkan. Tingkat ROI (Return On Investment) nya tinggi, dibanding passive income yang lain, misal property. Tapi resikonya juga tinggi.


Dulu awal-awal terjun ke dunia persewaan mobil, masih takut-takut. Ya, karna aku bukan risk taker, setahun pertama pakai mobil kakak yang nganggur, jadi aku hanya dapat komisi. Melihat dulu return nya lancar, mobil aman, gak hilang. Perantara sewa adalah teman sendiri di kantor, senior, bisa dipercaya. Setelah setahun, baru deh berani invest 1 mobil, kemudian 2, dan seterusnya. Dengan sistem bagi hasil. Jadi mobil selalu terawat, meski dapatnya tidak 100%.


Kemudian, teman tsb juga berprinsip kehati-hatian. Kami tidak menyewakan personal, tapi ke perusahaan. Dibayar bulanan. Memang hasil tidak sebanyak harian, tapi kontinyu dan aman. Kemudian kami sewakan juga ke perusahaan asing, sehingga pembayaran lancar. Dan sedapat mungkin sekaligus driver. Mobil terawat, keberadaan mobil aman. Mengapa mobil terawat penting? Karna mobil sewa itu 5-6 th harus peremajaan, sehingga harga jual bisa masih tinggi.


Nah, ada satu saat suami tergiur return lebih besar oleh teman kantornya. Hampir 2x lipat dari yang biasa kita dapat. Teman tsb melalui perantara temannya, sudah dicoba sebulan lancar. Suami ikut invest disitu 2 mobil, plus 1 mobil titipan teman. Syaratnya mobil harus baru. Sampai dengan 3 bulan, sewa lancar pembayarannya. Akan tetapi masuk bulan ke-4 mulai seret, terus sampai bulan ke-5 tidak ada pembayaran. 


Ketika ditelpon sudah gak bisa orangnya, diparanin ke rumah. Ternyata di rumahnya juga sudah banyak orang, menagih pembayaran. Yang ada hanya istrinya dan anak bayinya. Dan mereka juga bingung, karna bapaknya pergi sudah berhari-hari gak kembali. Sedangkan rumah ternyata hanya ngontrak. Yasudah, lemas lah suami. 3 mobil hilang.


Akhirnya, suami dibantu teman kantorku dan polisi kenalannya memburu mobilnya saja, berharap bisa ditemukan. 3 hari mereka berburu, pergi setelah kerja, pulang dini hari, akhirnya ada titik terang, mobil ditemukan di daerah cikarang dan cikampek. Ketiga-tiganya. Kondisi mobil baik, dan sudah dibeli orang lain. Ternyata perantara tsb selalu minta mobil baru karna jika dijual ke pihak ketiga bisa berdalih, karna mobil baru, BPKB belum keluar. Pembayaran memang belum penuh, karna belum ada BPKB nya. Tapi sudah lumayan to? Jika dibayar setengahnya saja. Coba kalau dia jual 40 mobil @100 juta, sudah 4 Milyar. Nilai yang fantastis, saat itu sekitar tahun 2002-2004. (Saat itu kasus ini rame, dan menurut media, korban mencapai 40 mobil).


Alhamdulillah, akhirnya mobil yang hilang tsb bisa kembali tiga-tiganya, dengan menebus sejumlah uang. Tidak banyak tapi. Karna pembeli juga bisa dikenakan pasal sebagai penadah. Itulah untungnya waktu itu mencari mobil bersama dengan teman polisi.


Jadi, menurutku, seperti juga kasus penipuan artis di awal tulisan ini, lagi-lagi tergiur hasil akan berujung kekecewaan. Harus tetap tenang, dicek dulu, ditelaah dulu. Syarat yang gak masuk akal biasanya berujung tipu-tipu. Termasuk hasil yang gak masuk akal.


Begitu dulu ya sharing kali ini, lain kali lanjut lagi, hehe..


Salam sukses selalu..


Senin, 13 Juni 2022

Haji Itu Adanya Di Dalam Hati

Setelah sekian lama, kuberanikan diri menulis blog ini. Tahun 2011, sudah 11 tahun yang lalu, saya & suami berangkat haji, setelah menunggu hanya 2 tahun lamanya. Waktu itu dalam hati, cepet men? Dan memang benar, 2 tahun lo, sudah ada panggilan manasik. Usia masih 40 waktu itu, merasa belum siap sih sebenernya. Tapi karna diajak suami, ya Lillahi ta'ala aja, ngikut suami, semoga dimudahkan, aamiin..


Apa yang akan saya ceritakan, mungkin tidak seperti yang dibayangkan, tidak indah. Butuh waktu lama untuk mengumpulkan keberanian menuliskannya, semoga bermanfaat. Hati ini tergerak ketika tahun ini musim haji tiba, dan ada seorang teman menulis status pamitan dan permohonan maaf di Fb.


Banyak hal ajaib terjadi saat haji yang kualami. Sampai sekarangpun aku masih berpikir, sebenarnya apa rencana Allah memperlihatkan semua itu padaku. Yang pertama, temperamen orang akan tetap terlihat aslinya disana, jika tidak ada niat memperbaikinya. Saat itu tempat menginapku di Mekah di maktab Misfallah, lantai 10. Saat akan naik lift, penuh, aku bersama teman2 sekamar, naik seorang bapak masih memegang rokok. Tentu saja kutegur, di dalam lift loh, kalau diluar ruangan masih masuk akal. Asapnya? Tur nek keslomot piye? "Pak, mbok tolong rokoknya dimatikan dulu, di dalam lift ini", kataku. Ee, tanpa disangka bapak ini malah marah, sambil teriak nengok ke belakang dia nanya, "Siapa yang berani larang saya? Mau saya bacok?". Aduh, langsung saja temen sekamar yang disebelah pegang tanganku dan berucap, "Udah bu, diam aja". Ya memang diam aku, shock.


Yang kedua, keserakahan. Saat antri makan di Mina. Kami antri dengan tertib, semua, satu2, baik ibu2 maupun bapak2. Ohya, saya naik haji reguler ya, bukan plus, dan jalur mandiri (tidak melalui badan/yayasan haji). Ternyata beberapa orang belakang gak kebagian. Loh kok bisa? Usut punya usut, ada serombongan orang kelompok lain, provinsi lain, nyerobot didepan. Banyak orang lagi, bergerombol. Peladen yang bukan orang Indonesia, ngasih aja. Dan itu terjadi tidak hanya sekali loo. Yasudah, akhirnya kita putuskan, tidak ada antrian lagi, diambil oleh ketua kelompok masing2, dan di dus ditulis nama ketua kelompok, dan saat ambil harus menunjukkan nama di kartu haji.


Yang ketiga, ketidaksabaran. Saat pulang ke Mekah selesai rangkaian haji. Kembali kita harus mencari makan siang sendiri. Nasi di penjual emperan depan maktab habis. Tentu saja kita harus nyebrang, ke resto depan yang jual lauk & nasi juga. Nasi arab tapi, gak papalah yang penting nasi, hehe.. Karna yang antri kebanyakan ibu2, meski saya dengan suami, ya sayalah yang antri nasi. Ternyata habis juga, nunggu matang sebentar. Gak masalah lah. Begitu matang, bungkusan nasi dibagikan, di deretan depan ada 2 ibu yang sama2 memegang bungkusan nasi pertama. Dan mereka berantem, saling berebut nasi. Sambil berteriak2. Masyaallah, hanya nasi loh itu, dan beberapa hari sebelumnya kita semua nangis bersama menyesali semua dosa & perbuatan kita di padang Arafah. Nyesek rasanya liat itu semua. Habis itu, jika nasi di maktab habis, aku gak nyari lagi, trauma rebutan. Mending beli bakwan yang gede2 itu, sebagai ganti nasi, kenyang, hehe..


Yang keempat, keegoisan. Saat sholat di Masjidil Haram, kala itu sendiri, karna bisa sholat di dalam, suami ada di shaf bapak2. Ngobrol dengan ibu dari provinsi lain. Beliau bertanya, "Sudah cium Hajar Aswad?". "Belum", kata saya. Kata pak ustadz juga kalo ibu2 gak usah ngoyo, tidak wajib juga. Ibu tersebut dengan bangga bercerita, bahwa beliau sudah, dengan membayar beberapa orang pengawal sehingga bisa mencapainya. "Orangnya bagus bu, gak terlalu mahal kok, harga segini real, nanti dia dan teman2nya yang buka jalan, lindungi kita dari orang2", katanya. Masyaallah, aku hanya tertegun mendengarnya. Diem ajalah. Apakah beliau tau, mereka itu untuk mengamankan jalan akan adu fisik, sikut sana sini, dorong, bahkan mungkin mukul, injak orag lain? Aku bener2 tertegun mendengarnya.


Ada lagi cerita tentang keegoisan ini. Adalah seorang ibu yang ingin ke Raudhah sendiri, meninggalkan kakaknya karna dianggap sudah tidak muda lagi, tidak gesit. Mengajak teman yang lain yang sama2 muda. Alhasil apa, disana dia samasekali tidak melihat karpet hijau lo. Bahkan ketika pergi bersama2 karna saat itu bersama rombongan, beliau disebelahku waktu masuk. Aku bilang, "Kita disuruh sholat sana bu, yang karpet ijo". "Mana, gak ada karpet hijau? Ini merah semua", katanya. Masyaallah, wong jelas2 kelihatan hijaunya. Sampai kakaknya yg kebetulan ada disitu juga mengingatkan, "Itu loo di depan sederet hijau semuaa". Akhirnya kita gandeng aja ke depan, sholat di karpet ijo, dan dia diam aja. Ketika akhirnya kesempatan berikutnya dia ajak kakaknya ke Raudhah lagi, kebetulan denganku, karna kakaknya itu lumayan dekat denganku, akhirnya di Raudhah wajahnya kembali berseri2. Karpet ijo, dia bisa melihatnya, Alhamdulillah..


Satu lagi yaa, cerita tentang keegoisan. Ada seseibu yang disana manjaa banget ama suaminya. Apa2 minta diladeni, bahkan makan yang belikan suaminya, kalo salah marah2. Kita sudah bilang, "Mbok ikut beli sana, bisa milih sendiri". Dia tak bergeming, malas katanya. Dan apa yg terjadi, beneran lo, dia akhirnya gak bisa bergerak, sakit. Flu lumayan parah lagi, padahal di maktab. Gak bisa bangun dari tempat tidurnya, ada kali 5 hari. Akhirnya habis itu, setelah sembuh, mereka kalo beli makan bersama2, hehe..


Sedangkan saya? Ya mengalami hal ajaib juga. Dari mulai sakit mata, jatuh saat pakai gamis, sampai suami yang ketipu orang di Masjidil Haram. Diambil hikmahnya saja. Sakit mata, memang diminta menjaga pandangan mata. Saat itu di Arab, memang wanitanya memakai pakaian tertutup, tidak memperlihatkan lekuk tubuh, bercadar bahkan. Tapi laki2nya, sungguh memanjakan mata kami ibu2. Ganteng2, bergamis kadang tipis, dan wangi. Nah, setelah sakit mata, pandang cukup sekali saja, habis itu istighfar, hehe.. Jatuh saat pakai gamis, ya rupanya disuruh gak terlalu pecicilan lagi. Itu lupa kalau lagi pakai gamis, lompat dari trotoar satu ke lainnya. Rupanya gamis sana gak ada belahan sampingnya, cupet, ya jatuh, haha.. Sedangkan untuk suami, itu karena greedy, mengharapkan keuntungan yang lebih besar, beli mata uang tertentu dari orang asing di dalam masjid. Ternyata setelah diuangkan ke money changer disana, zonk, tidak berlaku, jian..


Dari semua kejadian ajaib itu, aku berpikir, apakah hal2 tersebut akan diceritakan oleh beliau2 itu ya setelah pulang ke Indonesia? Sepertinya tidak. Cerita ajaib stay disana, cerita indah yang dibawa. Jadi, kalau sekarang ada orang pulang dari naik haji, aku gak pernah lagi bertanya cerita mereka disana. Cukup saling mendoakan, dan bersenang2, ngicipi pistachio dan kurma berbalut coklat, hihi.. Kalaupun ada yang tanpa diminta cerita, aku hanya tersenyum saja, Wallahu a'lam biswahab.


Waktu masih di Madinah, saat makan siang terakhir disana, dengan rombongan. Ada seorang bapak yang sudah sepuh, kita hormati, sangat baik, sangat santun, sangat sayang istri, diminta memberikan sedikit petuah. Kata Beliau, bahwa menjadi haji itu belum tentu mabrur. Haji hanya menjadi embel2 doang. Tanda haji mabrur apa? Adanya perubahan ke arah lebih baik, dan bermanfaat bagi orang lain, dimulai dari bermanfaat terhadap keluarganya sendiri. Sungguh kata2 itu sangat meresap ke dalam hati ini. Susah lo itu, bukan hanya sebulan dua bulan setelah haji, tapi disisa hidup kita setelahnya. Usaha itu adalah perjalanan panjang. Berubah sedikit demi sedikit gak papa. Hanya dari A menjadi A', belum bisa B gak papa. Belum bermanfaat bagi orang lain gak papa, minimal bagi keluarga sendiri. Bermanfaat itu tidak hanya urusan uang, bisa juga berbagi ilmu, motivasi, harapan, informasi, dlsb.


Setelah dipikir lagi, dengan segala keajaiban haji, dengan definisi mabrur yang berat, apakah bisa seseorang yang belum naik haji melakukannya? Bisa banget. Itulah yang menjadikan aku berkesimpulan, bahwa haji itu adanya di dalam hati, baik yang sudah pernah ke Mekah, maupun belum. Kesimpulan itu juga kudapat, ketika setelah selesai cerita beberapa cerita ajaib diatas, seorang teman kantor berucap, "Saya kok jadi tenang dalam hati ya bu. Tadinya hati selalu gundah, boro2 naik haji, buat makan, buat sekolah anak2 aja pas2an, istri masih buka warung juga di rumah. Meski rejeki itu Allah yang atur. Jadi saya belum bisa ataupun kalaupun sd meninggal belum bisa naik haji, yang penting jadi lebih baik & bermanfaat ya bu?". "Insyaallah pak..", jawabku.


Jadi apa yang sebenarnya membedakan yang sudah berhaji atau belum? Karna haji itu adanya di dalam hati..




Yogyakarta, 14 Juni 2022


Di dalam tenda Arafah


Saat bermalam sejenak di Muzdalifah


Bersama teman sekamar Mekah, di dalam tenda Mina


Di depan Jumratal


Di samping maktab di Mekah


Di depan Ka'bah


Suasana di dalam maktab suami


Di depan pelataran Masjidil Haram


Di depan Marwah (saat sa'i)


Jumat, 10 Juni 2022

12 Tips & Tricks Liburan Hemat ke Bali 5D4N

1. Cek harga tiket pesawat di tiketdotcom, masukkan random tanggal kira-kira mau berangkat. Nanti kelihatan tuh di hari apa harga terendahnya. Kunci tanggalnya. Misal, tanggal 2-6 Juni. Lalu masuk ke traveloka, pilih yang sudah bundling, pesawat & hotel, dengan tanggal yang sama. Filter harga terendah, pilih penerbangan paling atas.

2. Untuk hotel, cek di maps, daerah mana yang diinginkan, misal kuta beach. Klik hotel yang diinginkan, cek harga di tanggal tersebut. Dibawahnya ada beberapa situs hotel, cari yang terpercaya (jangan yang terendah aja). Kalo aku biasanya agoda, booking, tripadvisor. Kemudian bandingkan dengan harga di traveloka. Cek apakah harga bundling lebih murah/tidak. Lalu tentukan akan memakai kombinasi mana (yang termurah), bayar. Biasanya yang murah tanpa breakfast. Gak papa, sekarang mau makan gampang, tinggal online, banyak diskon. Kemarin untuk hotel bintang 4 dapat harga di 300rb. Murah. Kuncinya cek dulu untuk tiket pesawat, yang terendah biasanya low season dan harga hotel akan mengikuti rendah. Padahal aku pergi melewati wiken lo kemarin, dari kamis-senin.

3. Kemudian untuk sewa mobil, tersedia pula di tiketdotcom maupun traveloka, bandingkan. Saran saya, pakai driver saja, jika hanya dalam kota. Dengan traveloka lebih jauh jangkauan area 0 nya (sampai Ubud) dibanding tiketdotcom, jika area 1 & 2 ada tambahan biaya lagi. Sewa mobil hanya 120rb/hari selama 12 jam sudah termasuk sopir. Belum termasuk uang makan sopir 60rb dan bensin. Pengalaman kemarin jika dalam kota saja, sehari hanya habis 220-250rb. Sama dengan sewa mobil 24 jam tanpa sopir (lepas kunci). Enak, pake sopir, tidak capek. Tapi jika mau lebih dari area 0, mending ambil yang all in, 400rb/hr. Jatuhnya lebih murah. Karna jika tidak, ada tambahan biaya 100rb, dan biaya bensin dihitung 1rb/km. Kemarin saya ke Kintamani habis 430rb, hehe.. Jadi saran saya, jika belum tau akan kemana, mending sewa harian aja, mendadak malam sebelum berangkat. Bisa di-booking maksimal 3 jam sebelum keberangkatan.

4. Berangkat ke YIA, bisa pakai fitur antar-jemput bandara. Ada di traveloka maupun tiketdotcom. Tapi kemarin karena hanya berdua, lebih hemat pakai KA Bandara, 20rb/orang. Gocar dari rumah ke stasiun tugu, 20rb. Jadi total hanya 60rb. Jika naik antar-jemput traveloka 140rban, naik jemputan bandara tiketdotcom masih diatas 200rban. Tentukan berdasar banyaknya orang yang berangkat. Jika banyak orang atau banyak barang, mending naik antar-jemput saja. Kemudian saat disananya, cek apakah mobil taxi online boleh ambil penumpang di bandara. Jika tidak, cek harga taxi. Browsing. Bila mahal, cek kembali harga jemputan bandara. Kemarin kami pakai jemputan bandara by tiketdotcom, bayar 80rb (lebih murah dibanding traveloka sd 100rb lebih). Jika naik taxi, meski dekat kena minimum charge 125rb. Pakai taxi online, ada Grab Point di bandara, tapi baca di internet katanya tarif mahal juga, tidak sama tarif reguler. Agak keder juga dengan ketersediaannya. Ee, ternyata hotel dekat dengan bandara hanya sekitar 3km. Pas pulangnya, kita pakai Grab, dari hotel ke bandara, hanya bayar 30rb saja, wkwk..

5. Tiket masuk atraksi lebih baik beli online, lebih murah, jauh. Kemarin saya dapat sampai diskon 50% via traveloka. Saat masuk GWK cek harga 125rb, belum trsmk boogie car (kalo mau jalan juga bisa, gratis) 30rb & tiket naik ke lantai 23 50rb, sudah termasuk refreshment drink. Cek hrg online, di tiketdotcom di harga 95rb. Tanya ke petugas, katanya itu sama dgn tiket on site yang 125rb. Okedeh, cek lagi traveloka, lha kok malah lebih murah lagi, hanya 62.5rb. Yasudah, kita beli saat itu juga, online, didepan ticket box. Pastikan paket data mu ada yaa. Kemarin juga dapat tawaran sama driver untuk besoknya ke pulau penyu. Katanya, bayar 500rb paketnya. Pas cek online, ada loh hanya bayar 60rb, diskon 75% dari seharusnya 250rb. Paket glass bottom boat plus pulau penyu. Mamae pengen jane, meski dulu udah pernah. Sayang, akhirnya anak wedok gak mau, hehe..

6. Untuk makan, karna resto di GWK mahal, sekitar 65rb/porsi/orang, belum termasuk minum. Yasudah, keluar aja, cari resto dekat2 situ. Akhirnya kita ke resto campur2. Rame. Ada wisman dan wisnu. Dan ternyata enak. Ada sate lilit, ada jus buah. Berdua habis hanya 59rb saja.

7. Dinner at Jimbaran, pastikan resto yang kamu tuju enak dan gak terlalu mahal. Kemarin pas kesana udah percaya aja ama drivernya, bilang, enak dan gak terlalu mahal. Ternyata zonk, udah gak enak, mahal. Berdua habis 408rb, padahal hanya 2 lauk, 1 sayur, dan 1 minum. Padahal biasanya kita cek dulu loh. Cara cek, masuk ke maps, resto yang akan kita tuju, masuk ke photo. Disitu biasanya ada foto latest & foto menu, ada harganya. Plus baca review dibawah. Padahal kalo mau nanya dikit, gak asal percaya, kakakku ada langganan paket per orang 100rb, sudah dapat beberapa lauk, kerang, udang, cumi. Atau di Jimbaran lama ada yang beli ikan kiloan, kemudian ongkos masak hanya 30rb, info dari saudara yg disana.

8. Kintamani, kembali driver usulkan untuk ke kafe tertentu. Gak mau kena zonk dua kali dongg, aku cek dulu ke maps. Oke, tempat bagus, harga masuk akal, review baik. Cuz deh kita kesana, dan bener. Tempat bagus, harga makanan minuman affordable, makanan enak, viewnya ciamik.  Berdua kita habis 161rb, masih wajar lah, sekelas kafe. Masih lebih murah dari Jimbaran kemarin, wkwk..

9. Ubud, sekarang sawahnya banyak yang dikaryakan. Lagi-lagi driver menyarankan ke  resto tertentu. Gak papa, gak takut. Ntar kalo mahal tinggal gak jadi. Lha sekalian lewat, sayang kalo gak mampir. Ternyata untuk masuk aja bayar 50rb, main ayunan raksasa/swing 250rb. Gak kurang akal, nanya, kalo ke resto bayar enggak? Gratis bu. Minum aja boleh? Kita habis maksi di Kintamani soalnya. Boleh. Yowis, masuk resto aja. Kita dikasih gelang merah, tanda gak boleh foto di booth spot yang sudah disediakan. Tapi foto di resto, pathnya, sawahnya, boleh. Okedeh, siapa takut. Kan memang tujuannya sawah. Akhirnya kita minum2 sambil liat orang main swing, lalu foto sebentar di path. Mau turun ke sawah kok males, udah bayangin capek naiknya. Berdua, kita minum habis hanya 52rb. Lebih hemat daripada bayar tiket masuk, hihi..

10. Beli oleh2 di Khrisna. Lebih hemat karna gak perlu nawar, bagi yang gak bisa nawar. Untuk makannya, jangan dilantai atas. Karna sok yakin, paling kayak di lantai atas Mirota Batik, atau kayak di Mall ada foodcourt. Ternyata hanya 1 resto dikelola Khrisna, dengan kerjasama bebek betutu. Bebeknya mahal, seporsi untuk 1 orang 113rb. Kita beli makanan western aja, lebih murah, skitar 50rban. Wajar. Minum air mineral aja, buat berdua. Soalnya udah bawa tumbler sebenernya di tas. Pas datang air mineral di botol kaca. Wah, pasti mahal nih. Dan bener, itu harga air mineral 30rb sendiri, hehe.. Berdua kita habis 153rb. Makanannya kurang enak, porsi besar. Akhirnya kita gak habis, bungkus, bawa pulang.

11. Double six beach. Waktu yang mepet, pengen liat sunset hari terakhir di Bali, yang dekat saja. Kata saudara masuk di resto yang bean bag itu seorang 100rb. Katanya juga, ada warung bakso disitu juga. Liat maps, di sebelahnya, yasudah, masuk dari situ aja. Ternyata gratis bok, gada tiket masuk. Hanya bayar parkir mobil aja cuman 3rb. Karna mepet waktu, kita cuman foto2 aja, gak jadi makan bakso. Begitu gelap, pulang, karna anakku udah capek & kita tadi udah beli onlen bebek goreng sent ke hotel, hehe..

12. Pas malamnya packing, ternyata banyak barang bawaan. Pake bagasi nanti juga harus bawa, di bandara repot, troli terbatas. Harus bayar portir, wraping. Yasudah, kirim langsung ke Jogja aja, pakai Paxel, hanya 25rb/paket, ukuran large, maksimal 5kg. Bayar pakai Gopay. Nyampe 2hr. Praktis, hemat. Pesan dari malam, nanti dipickup di hotel jam 8-10 pagi. Pastikan kasih note untuk diambil di resepsionis yaa..


Yogyakarta, 10 Juni 2022

Ratih/Menit


Makanan western di resto lantai atas Khrisna 


Bebek goreng pesan online, makan di hotel


Di halaman tengah hotel bintang 4 di Kuta


Di El Lago Cafe, Kintamani


Di resto Umak Ceking, Ubud


Di pantai Double Six


Contoh pesanan makanan untuk breakfast, pesan online, ayam serundeng, enakk


Di lantai 23 GWK


Dinner at Jimbaran Beach


Minggu, 01 Mei 2022

10 Tips Puasa Sehat Untuk Penderita Maag Dan GERD

Selamat malam sahabat dan saudaraku terkasih. Menyambung tulisan blogku sebelumnya tentang bagaimana aku sembuh dari GERD, di hari terakhir Ramadhan tahun ini, alhamdulillah puasaku full dan alhamdulillah juga tidak konsumsi obat maag sama sekali. Sudah 2x Ramadhan.

Kali ini aku ingin berbagi tips, apa aja yang kulakukan untuk menjaga supaya lambung tetap aman selama puasa. Mengingat aku liat ada beberapa teman ataupun saudara di Ramadhan kali ini yang terpaksa batal puasa kemarin karna sakit maag atau GERD nya kumat. Sayang ya? Toh nanti tetap kita harus membayar puasa, hehe..

1. Jangan makan pedas maupun asam samasekali. Pedas ya, bukan berarti gak boleh cabe. Saya masih makan sayur oseng pake cabe 1, atau gudangan/urap dengan bumbu cabe dikit. Untuk makan malam (makmal) setelah berbuka dan sholat maghrib, bersama nasi dan lauk pauk. Tapi kusus untuk sahur, samasekali tidak boleh cabe. Jika merasa ada yang kurang karna gada cabe, bisa diganti dengan kremesan, krupuk, maupun bon nori. Untuk asam/acid, tidak boleh samasekali, meski itu berbentuk buah yang agak asam, seperti jambu, nenas, dll. Buah naga merah saya masih berani, meski pada saat setelah makan malam, tidak saat sahur. Intinya saat sahur harus clean eating, tanpa cabe & segala sesuatu yang asam (saus asam manis termasuk), supaya mempersiapkan perut enak seharian, dimulai pada pagi hari.

2. Jangan minum teh, kopi, susu. Demi puasa full, gpp dong yaa, cuman sebulan ini, hehe. Saya memang sudah samasekali gak minum kopi, tapi terkadang teh, susu, masih. Tapi kusus bulan puasa, semua tidak. Kalaupun pengen sekali-kali, saya bikin teh bunga camomile atau pun teh bunga telang (tanpa sereh), manis dengan gula pasir, saat setelah makmal. Seingat saya, Ramadhan kali ini hanya 2x. Cara seduh teh camomile pun hanya 3 menit ya, jangan lebih, karna bisa pait, gak ramah lambung juga. Jadi untuk buka, tetap hanya air putih hangat cenderung panas. Setelah terbiasa & seharian puasa, tetap enak kok, segaarr, dan hangat di perut, nyaman.

3. Jangan konsumsi rempah. Dalam bentuk minuman yaa. Kalau untuk bumbu dapur boleh, meski sedikit kalau saya. Kusus buka, sahur tidak boleh samasekali. Terutama jahe. Meski untuk alasan kesehatan, dll. Nanti perut panas. Wedang sereh pun saya berhenti dulu sementara.

4. Jangan makan terlalu banyak makanan berlemak, keju, coklat. Saya masih makan gorengan saat buka, kadang-kadang, tapi hanya 1. Cemilan yang ada keju, coklat, kayak kue-kue kering masih makan juga, setelah makmal, bukan saat buka, dan hanya kadang-kadang saja.

5. Jangan tidur setelah sahur. Ini penting, karna bagi penderita maag/GERD, saat pagi itu paling krusial. Jika sd Dhuhur perut nyaman, insyaallah sd Maghrib juga aman. Jika kuat, berkegiatan, jika tidak duduk saja sambil mengerjakan hal-hal yang gak bikin ngantuk. Tadarus kalo bisa. Kalo tidak mampu, atau hanya sebentar, baca, nulis, atau nonton tv. Kalo saya karna sudah terbiasa ya tidak tidur samasekali sd setelah Dhuhur. Bahkan setelah 3 jam sahur (yang katanya boleh tidur bagi penderita GERD), saya tidak tidur. Tidur pagi bikin lemes malah, dan mood berantakan. Sesuatu yang harus dihindari bagi penderita maag. Nanti paling jam 14 baru ngantuk, dan tidur dengan nyenyak, Alhamdulillah. Untuk yang masih bekerja, bisa nanti saat istirahat siang (kan gak makan tuh), bisa qailullah sebentar setelah sholat Dhuhur. Qailullah adalah tidur siang sebentar 30 menit sesuai ajaran Islam. Nanti saya sertakan linknya.

6. Selalu usahakan makan sayur dan buah di setiap sahur & buka. Nah, kalau gak ada bagaimana? Makanlah sayur rebus saja. Sebagai pendamping nasi & lauk yaa. Di kulkas saya selalu tersedia wortel dan buncis. Sayur praktis untuk rebusan. Bosan? Tidak. Jika sahur bisa dipakai sebagai pemanis rice bowl. Jika makmal, bisa dipakai sebagai pelengkap galantin, bestik, dll. Tinggal tambahi kuah saus pjka. Untuk buah, sekali lagi jangan yang asam yaa. Kalo saya pepaya aja. Ada pohonnya di kebun soalnya, hehe. Sekaligus bisa memperlancar ke belakang, secara saat kita puasa kemungkinan kita kekurangan cairan, terkadang membuat sulit ke belakang. Bosan? Tidak, merasa segar-segar aja tuh. Konsumsi sebelum tidur kalo aku, dan setelah makan sahur.

7. Berhenti konsumsi semua vitamin. Agak absurd ya? Tapi yakin aja, Insyaallah sehat. Ya, sekalian ama detox lah yaa. Sebelumnya saya selalu konsumsi vit C, minyak ikan, dan vit B komplek. Tapi saat Ramadhan saya drop semua. Bukan apa-apa, takut perut error aja. Soalnya meski sudah pilih yang aman untuk lambung, tapi tetap aja khawatir, mending enggak. Dan Insyaallah sudah cukup dengan buah & sayur.

8. Tetap berkegiatan seperti biasa, berhenti olahraga jika tidak kuat, perbanyak istirahat/tidur. Agak aneh memang nasehat ini, tapi beneran, saya berhenti berolahraga full 1 bulan ini, meski sebelumnya rutin walking 3-4x seminggu. Lemes? Gak juga. Saya tetap berkegiatan seperti biasa, berkebun, memasak, antar anak. Perbanyak istirahat, kalo saya malam hari bisa tidur 6 jam, kemudian siang 2 jam.

9. Jangan sujud saat sholat Subuh & Maghrib. Ini penting, karna waktu Subuh & Maghrib hanya sebentar dan kebetulan mepet dengan waktu makan (sahur & buka). Insyaallah, Allah Maha Pemurah. Saat sujud, ganti dengan duduk dan menundukkan kepala 30° saja. Supaya tidak terjadi reflux. Untuk sholat fardhu dan sunah yang lain, tidak apa-apa sujud, dengan catatan makan juga jangan terlalu kenyang, secukupnya saja, nasi sedikit.

10. Yang paling akhir dan utama, kurma. Jangan konsumsi madu, untuk kebutuhan gula kita. Madu terkadang membuat perut sebagian orang (seperti saya), error juga. Saya selalu makan kurma baik saat buka maupun sahur, sebelum konsumsi makanan yang lain. 1 butir kurma cukup, kalau tidak ada makanan pembuka lain, saya makan 3. Saat sahur, bangun tidur langsung minum air putih hangat. Tidak perlu segelas penuh kalau tidak kuat, semampunya saja. Kemudian sambil menyiapkan masakan sahur, ngemil kurma, paling tidak 1 butir saja. Kemudian saat buka, setelah makan malam, jika tidak ada minuman manis (juice buah, es buah, cendol, teh bunga) saya minum nabeez. Air kurma dingin, dibuat saat ashar. 3 kurma ajwa, buka, ambil bijinya, disuwir-suwir, tambahkan air 200-250cc, kalau saya pake botol kecil, kemudian tutup, masukkan kulkas. Segar, nikmat, aman di lambung. Gula tetap perlu selama puasa, meski tidak banyak, untuk kekuatan. Mungkin untuk puasa kali ini kekuatan saya ya di kurma ini. Kurma yang saya konsumsi bukan manisan kurma, tapi manis asli dari buah kurma. Biasanya saya beli kurma palm, yang masih ada batangnya. Untuk nabeez saya pakai kurma ajwa. Sudah trial & error, yang paling enak dan keluar manisnya ya kurma ajwa. Aneh ya, padahal kalo dikonsumsi langsung, kurma ajwa itu justru tidak terlalu manis. Tapi kalo gak ada, kurma apa saja boleh juga, gak masalah.

Sepertinya itu saja tip-tip nya. Banyak? Enggaklah, masih lebih banyak sayang Allah sama kita, eeaaa. Susah, ribet? Gak lah, merawat dalam diri masak gak mau ribet, yang merawat luar diri aja, skin care, lulur, meni-pedi, facial, lebih ribet lagi mau, hehe. Mohon maaf telat ya, hari terakhir puasa baru kasih tips. Harus tunggu dulu benar-benar puasa full tanpa obat baru berani sharing. Semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun mendatang. Aamiin2 yra..

Stay healthy stay happy.. 🥰

Yogyakarta, 1 Mei 2022


Ref:

Tidur Siang, Sunnah Rasulullah SAW yang Dipraktikkan Barat | Republika Online Mobile - https://www.republika.co.id/berita/qn5pi8320/tidur-siang-sunnah-rasulullah-saw-yang-dipraktikkan-barat

Contoh menu buka puasa


Kamis, 21 April 2022

Ibuku, Kartiniku

Almarhumah Ibuku hanyalah lulusan SD. Karna disaat Beliau kelas 2 SMP, sudah menikah, dijodohkan dengan Bapak. Tapi meskipun begitu, pada waktu itu Beliau punya pandangan yang jauuh ke depan. Melebihi pandangan perempuan pada masa itu, sebagai seorang Ibu. Bahwa putra-putrinya harus sekolah tinggi, sampai dengan minimal Sarjana Muda (pada masa itu, atau D3 kalau sekarang). Tidak pandang bulu. Anak laki-laki dan perempuan sama. Meski kata Bapak waktu itu, "Wong wedok ngopo sekolah duwur-duwur, SMA cukup" (Perempuan untuk apa sekolah tinggi-tinggi, SMA saja sudah cukup).


Mungkin pada saat itu pemikiran Bapak praktis saja, karena anak 8. Mungkin yang dimaksud juga mengenai kecukupan biaya. Tapi kata Ibu saat itu, "Yo ora, kudu podo. Ben mengko entuk jodone yo cah kuliahan, dudu lulusan SMA thok". (Ya enggak begitu, harus sama. Supaya nanti dapat jodohnya anak kuliahan, gak cuman lulusan SMA saja).


Simpel, seperti itu. Saat aku tau alasan Beliau itu adalah saat aku sudah dewasa dan bertanya. Alasan itu sungguh diluar dugaan dan sangat visioner. Kalo supaya tidak hanya jadi lulusan SD seperti Ibu, aku sudah tau. Kalo supaya sebagai Ibu bisa pinter dan bisa nantinya mendampingi anak belajar, aku sudah tau. Tapi ini merupakan hal baru bagiku kala itu, dan tidak terpikirkan olehku. Ibuku, ingin mengangkat derajat semua anaknya! Tidak hanya yang laki-laki, tapi juga perempuan. Masyaallah..


Dan untuk mewujudkan keinginannya itu, Ibu tidak segan membantu Bapak dalam perekonomian keluarga. Dari sejak Beliau muda. Subuh Beliau sudah bangun, ke pasar, ngukus singkong, melumatnya untuk dibuat getuk lindri, dan dijual di depan rumah. Setiap jam 7 pagi, getuk lindri sudah habis, laris manis, alhamdulillah. Kemudian jam 8 Ibu mulai bekerja sebagai buruh jahit di tacik cina di daerah Jl Diponegoro, Jogja. Terkadang Ibu juga membawa lemburan jahitan di rumah.


Dari Tante Cho ini (nama tacik tsb), Ibu mencoba belajar jualan berlian, karna kenalan Ibu di pasar banyak. Dan alhamdulillah juga berhasil. Dan justru laba dari jualan berlian inilah yang lumayan. Bahkan saking lumayannya pernah sampai bisa untuk membeli rumah yang lain di dalam kampung Bausasran. Begitulah, Ibuku pantang menyerah, sampai dengan akhirnya anak-anak sudah besar, Ibu tidak jualan getuk dan buruh jahit lagi. Seiring meningkatnya karier Bapak, sebagai wakil kepala Balai, maka Ibu pun menjadi wakil ketua Dharma Wanita. Dan kemudian dipercaya memegang catering untuk pelatihan selama 3 bulan, bersama ibu-ibu Dharma Wanita lainnya. Itulah cikal bakal berdirinya Purvitasari Catering. Disaat tidak ada orderan catering partai besar, Ibuku pergi ke Jakarta, beli baju-baju grosiran di Tanah Abang. Kemudian di rumah diperbaiki lagi, disesuaikan standar butik. Dan dijual ke kenalan atau pasar. Pada akhirnya, Ibuku juga sempat membuka butik di rumah.


Itulah Ibuku, seorang wanita maju pada jamannya, berpikir kedepan, visioner, pantang menyerah, mandiri, dan mencintai sepenuh hati suami & anak-anaknya.


Pada akhirnya, alhamdulillah, semua putra-putri Ibu lulus sarjana muda. Bahkan 3 putra-putri terakhir menjadi Sarjana. Dan pada akhirnya, semua putri-putri Beliau mendapatkan anak kuliahan, insyaallah hidup berkecukupan, seperti yg diinginkan Almh Ibuku. 


Selamat Hari Kartini untuk ibu-ibu tangguh yang telah melahirkan putra-putri hebat di Negeri ini 💗💗💗


Yogyakarta, 21 April 2022


Saat menerima catering di kantor Bapak

Saat wisuda sarjana muda kakak no 2


Saat sedang menunggu kastemer di butik jl veteran jogja


Saat acara kantor sebagai wakil ketua Dharma Wanita


Saat bersama Bapak mendampingiku (anak bungsu) wisuda sarjana di UGM


Rabu, 02 Maret 2022

Saya Terkena COVID-19 Untuk Kedua Kalinya

Hari Minggu siang, selepas sholat dhuhur, tiba-tiba aja aku bersin-bersin gak brenti-brenti. Akhirnya kupencet aja hidung beberapa saat, pake tissue, sampai bersin berhenti. Ketika bersin berhenti, pileknya datang. Seperti biasa, maklum, pilek habis bersin aja, dibersihkan, kuras, habis tissue berlembar-lembar. Sembuh. Sudah. Gak tau kenapa, kayak alergi debu aja. Saat itu gak ada kepikiran mau pilek kek, atau mau flu kek. Tapi untuk jaga-jaga, karna kasus Covid Omicron lagi tinggi dong, karna tadi pagi anak cerita temennya 5 hari yang lalu yang datang ke rumah ternyata positive covid dong, WA ke Apotek, minta pesanan obat tetes mata yang tadi, ditambahin Decolgen. Sore mau kuambil sekalian pergi makan malam dengan anak.


Skitar jam 21 sampai rumah baru inget, gak mampir apotek tadi ambil obat. Tapi kok tenggorokan gatal juga ya, batuk2 dikit, pilek malah udah enggak. Yasudah, WA apotek lagi, minta OBH Combi Plus. Begitu obat datang, minum OBH dan minum obat hisap Sp-troche, terus tidur. Biasanya besoknya sudah membaik. Gak mau negative thinking. Jangan-jangan sugesti aja nih, karna denger ada yang positive terus gatal-gatal tenggorokan, wkwk..


Senin, minum OBH dan Sp-troche masih kulanjutkan. Tapi bukannya membaik, kali ini tenggorokan jadi sakit, seperti ada luka di dalam. Perih. Apalagi buat nelan. Batuk2 tambah sering, dan suara jadi serak, gerok kalo orang jawa bilang, ngebass gitu deh, suara nada rendah dan dalam. Serem deh pokoknya suaranya, dan cepet bgt, kemarin masih sehat-sehat aja, suara biasa aja.


Senin malam, udah gak tahan lagi deh eike, ini kayaknya gak kayak sakit biasa. Biasanya obat yang biasa kukonsumsi paling gak meringankan gejala, ini kok malah tambah parah. Perlu swab gak ya? Dari beberapa teman dan saudara yang kutanya kok malah nyaranin gak usah aja. Ada yang bilang obatnya bakalan itu-itu aja, ada yang bilang nanti gak bisa pergi-pergi loh. Laahh, bukannya kalo swab kan jadi jelas gitu, obatnya harus apa. Ibarat matiin nyamuk pake obat nyamuk, gak perlu pake bom nuklir, ato justru matiin gajah pake peluru tajam kaliber sekian, pake obat nyamuk ya gak matilah yaw. Dan kalo gak swab pergi-pergi ya kalo negative, kalo positive? Bingung, mending tanya dokter saja, manut yang ahli lebih enak, hehe..


Langsung buka aplikasi JKN pilih konsultasi dokter, chat dokter langganan di Klinik Faskes 1 BPJS. Jelaskan tentang gejala yang dialami. Belum ada jawaban. Dalam pikiranku, mau swab atau tidak kan tetap butuh ke dokter to? Karena obat biasa sudah tidak mempan. Sejam kemudian aku chat dokter lagi, menjelaskan bahwa 5 hari sblmnya aku ketemu suspect. Langsung dokter jawab, "Sebaiknya swab dulu bu, nanti kalau ada hasilnya baru kesini". Okedeh. Langsung buka aplikasi RS, dan daftar untuk swab antigen drive thru besok pagi.


Selasa pagi, antigen drive thru di salah satu RS di Sleman, yang dekat rumah. Cepat, karna sudah daftar dan bayar, biaya terjangkau, hanya 60k saja. Hasil jika ditunggu 30 menit, jika dikirim via WA 1 jam, karna ada proses antrian katanya. Yasudah, gak papa, 1 jam masih bisa nanti langsung ke dokter, karna waktu sudah menunjukkan pukul 08.30. Setelah sampai rumah, ditunggu sejam kok blm ada WA, untung dulu punya nomor WA Lab RS tsb, karna tahun lalu pernah PCR disana. Setelah ku-WA, diberikanlah hasilnya, positive.


Okedeh, langsung buka aplikasi JKN lagi untuk daftar dokter. Lha sudah tutup? Ternyata pendaftaran via onlen ditutup sejam sebelum jam praktek selesai. Haduh, telpon Klinik sajalah. Masih bisa ternyata, tapi harus datang langsung, dan antri, masih tunggu 14 pasien lagi. Duh, udah Klinik jauh (karna belum sempet ganti Faskes), antrinya banyak pulak, biasanya cuman 1-2 antri, tumben banyak. Nanti sore skalian ajadeh. Tapi obat batuk habis, untuk nanti siang gak ada. Oh iya, WA temen dokter yang di Dinkes saja, kirim bukti hasil swab positive dari RS dan minta advice sebaiknya kemana, tetap ke Klinik Faskes 1, Puskesmas, ato RS tempat swab tadi. Ternyata sama temen diarahkan ke puskesmas, okedeh, brangkaatt..


Ketika sampai depan Puskesmas, masih di mobil, di parkiran, WA temen lagi, "Aku udah di Puskesmas, njuk piye?". Jawab temenku, "Loh, sampeyan positive, di rumah aja. Dokternya udh ku-WA kok, nanti Beliau hubungi kamu". Weladalah, hihi, siyapp, untung WA sik, ra langsung mudun. Akhirnya keluar lagi dari parkiran, pulang. Untung juga Puskesmas nya dekat, gak nyampe 1 km dari rumah.


Sekitar jam 12 kurang akhirnya dokter Puskesmas telpon, menanyakan gejala, apa yang dirasakan, dll. Dan akhirnya diberikan obat 5 macam, termasuk antivirus. Vitamin C aku udah punya di rumah, hanya vitamin D yang belum, tapi kebetulan kosong di Puskesmas. "Gpp dok, nanti saya bisa beli ke apotek via WA", kataku. "Oke bu, ini obat sudah siap bisa kirim gosend ke Puskesmas", jawab bu Dokter. "Nggih bu dokter, maturnuwun..", jawabku..


Cerita selanjutnya bergulir seperti kronologi di bawah. Sebelumnya badan hanya kerasa nggregesi, jika ditemp masih dibawah 37.4°C, cuman sudah diatas 37°C. Bagiku yang biasa suhu tubuh hanya kisaran 36°C, sungguh sudah gak enak badan, berasa panas dalam. Tapi akhirnya sempat demam juga malahan hari Rabu-nya, sampai tertinggi 38.5°C. Dan itu rasanya gak karu-karuan, gak enak badan, kepala pusing juga, kliyengan kalo buat duduk atau berdiri. Menurutku, ini lebih parah dari kena Covid sebelumnya, Juni 2021. Wkt itu hanya nggregesi semalam, diminumin parasetamol juga turun. Ini tetep gak turun juga. Akhirnya anak lanang yang di Bandung WA menenangkan, "Tenang mah, itu tandanya tubuh sedang melawan virus". Yohh..


Hari ini adalah hari ke 11 dari gejala. Hari Rabu, 2 Maret 2022, alhamdulillah hasil antigen tadi pagi sudah negative. Tapi karena masih batuk sedikit, oleh pihak Puskesmas ditambah waktu isomannya selama 3 hari. Jika dirunut-runut, qadarullah kena Covidnya malah di rumah. Waktu itu malam hari, temen anak pamit sambil salim. Biasanya aku gak mau lo, tapi karna anak ini sudah kuanggap seperti anakku sendiri, anak asuhku, ya kuterima. Dan sepertinya dia baik-baik saja, sehat. Dan karna sedang asyik nonton tv, habis disalimin, aku gak cuci tangan atau minimal pake hand sanitizer. Lha kok besoknya ternyata dia demam. Dan dia gak tau lo, taunya pas mau masuk suatu tempat, cek suhu, ternyata 38°C, duh..


Gejala yang paling terasa Covid ini adalah batuk kering, yang sangat gatal, sampai sakit perut ini, njarem kalo orang jawa bilang, sangking seringnya batuk. Sakit tenggorokan, yang seperti ada luka, dan diobati dengan antiseptic biasa gak sembuh (kemarin juga dikasih antibiotics sama dokter Puskesmas). Anosmia dan ageusia malah enggak. Beda dengan Covid sebelumnya, yang gak batuk, gak sakit tenggorokan, hanya nggregesi, tapi anosmia, ageusia. Jadi, siapa bilang varian ini lebih ringan? Menurutku semuanya tergantung daya tahan tubuh kita. Kebetulan awal bulan memang aku sempat sakit diare karena keracunan makanan sudah ke dokter dan bukan Covid. Tapi mungkin masih masa pemulihan, karena kemarin itu seminggu masih agak lemes juga. Jadi tubuh baru mulai mau fit lagi, baru enak makan lagi, baru mau mulai olahraga lagi, trus kena virus ini, imho..


Jadi semuanyaa, tetap jaga kesehatan yaa, prokes jangan lupa, tidak hanya di luar rumah, di dalam rumah juga. Salam sehat..! 🤗


----------


Kronologi:


11-13 feb, suspect nginep di rumah

15 ketemu lagi, salim, tapi tidak nginep

16 suspect demam

18 malam suspect test positive


1. Minggu siang, 20 feb, saya bersin2 

Malam mulai batuk2 dikit, tdk pilek, tdk bersin2. Tenggorokan gatal bgt, minum obh n hisap sp-troche, diteruskan sd hari ini

2. Senin, 21 feb, batuk n suara serak, getok, ngebass, tenggorokan sakit. Temp pagi 35.6, saturasi 95-96, sore 36.6, sat 96-97.

3. Selasa, 22 feb, msh batuk dikit, suara ngebass & gerok, tenggorokan sdh gak trll sakit, tapi gatel bgt lagi. Akhirnya memutuskan test antigen, hasil positive. Temp pagi 36.5, sat 97, sore 37, sat 96, malam 37.4 sat 96, mulai minum obat antivirus n antibiotics.

4. Rabu, msh batuk, tenggorokan sdh gak terlalu sakit gak gatel, malah demam. Temp 38.1, sat 95-96, stlh mnm obat temp 36.8, siang 38.1 lagi, sore sempet 38.5..

5. Kamis, msh batuk, demam sdh turun, alhamdulillah, pagi 37.1, malam 36.5 sat 95

6. Jumat, masih batuk, malah ada pilek sedikit juga. Pagi 36.0, sat 96, mlm 36.1 sat 96.

7. Sabtu, masih batuk, kadang ngikil malahan. Pagi 36.2, sat 95.

8. Minggu, masih batuk, tenggorokan gatal, pilek sdh enggak. Pagi 36.2, sat 94.

9. Senin, masih batuk. Pagi 36.4, sat 94.

10. Selasa, masih batuk sedikit, siang temp 36.0, sat 96

11. Rabu, masih batuk dikit, pagi 35.7, sat 95, antigen hasil negative


Obat dari pusk:

1. Parasetamol, demam/nyeri

2. Acetylcysteine, batuk

3. Cefixime, antibiotics

4. Cetirizine, pilek/gatal tenggorokan

5. Favipiravir, antivirus


Obat beli sendiri:

1. Ester-c, vitamin C

2. Tride, vitamin D

3. Myk ikan

4. Vit B komplek IPI






 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design