Rabu, 23 Agustus 2017

4 KEGAGALAN YANG DIIKUTI 4 KESUKSESAN

Kegagalan adalah sukses yg tertunda. Jargon itu sudah sering kita dengar bukan? Seberapa banyak dari kita yang agak2 mencibir jika mendengarnya? Jargon yang muskil, berkesan ngeyem2i. Itu juga yang dulu ada di dalam pikiranku. Tapi sejak peristiwa ini tidak. Peristiwa kegigihan anakku. Anak perempuanku, anak wedok, anak ragil, dalam mencari sekolah, tempat kuliah. Anak yang selama ini sungguh feminin (bertolak belakang dgn ibunya hehe), terkesan lemah, akan tetapi ternyata berkemauan kuat.

Adalah tekadnya untuk terus berjuang untuk dapat sekolah di PTN Yogyakarta. Dimulai dengan pindah SMA di Yogya, kemudian mengikuti les private 6 mapel UNAS. Alhamdulillah, mendapatkan hasil, nilai UNAS yang memuaskan.

Kegagalan pertama dimulai saat akan mengikuti SNMPTN (kalau dulu namanya jalur undangan), yang ternyata sekarang hanya diperkenankan 50% siswa mendaftar, dan pindahan tidak diperbolehkan. Baik itu pindahan dari sekolah lain, maupun pindah jurusan. Aturan baru yg aneh! Padahal jika diranking, anakku wedok ini harusnya masih masuk daftar. Tapi, ya sudahlah, mungkin belum rejekinya.

Kegagalan kedua adalah saat mengikuti SBMPTN (kalau dulu namanya Sipenmaru). Kelelahan yg sangat, belajar marathon, membuat anakku habis energi di saat2 terakhir. Bosan belajar, sehingga seminggu sebelum test, gairah belajarnya hilang. Alhasil, test dilalui tanpa belajar. Ditambah lagi kondisi tempat test yang tanpa meja dan memakai sistem manual, membuat kekagetan dan kelelahan. Sebelum pengumuman pun anakku sudah merasa bahwa akan tidak diterima.

Akan tetapi masih ada harapan nanti test mandiri Utul (Ujian tulis) UGM. Hari yang ditentukan pun tiba, test diadakan di salah satu SMK Negeri di Yogyakarta. Kondisi sekolah yang familiar, ada meja, dan telah terbiasa test manual, membuat anakku lebih rileks dan bisa mengerjakan dg baik. Akan tetapi karena belajar kurang optimal, maka kali ini pun belum diterima. Rupanya jurusan yang diminati anakku adalah jurusan favorite ke3 di UGM.

Masih ada test PTN yang lain, yaitu jalur mandiri yang didasarkan atas nilai SBMPTN, jadi tanpa test. Tidak semua PTN di Yogya menyelenggarakan test jalur ini. Pantang menyerah, anakku pun mencoba mendaftar. Kali ini di UNY. Meskipun agak sedikit pesimis, karena saat SBMPTN sepertinya agak kesulitan mengerjakan soal, tapi kata anakku dengan percaya dirinya justru meyakinkan mamanya, “Gak ada salahnya dicoba kan ma?” “Yowis nduk, mamah manut wae, wong sing sekolah yo koe”, ujarku. Tapi lagi2 tidak diterima. Ini adalah kegagalan ke4. 

Akhirnya, kami mencoba mendaftar ke PTS, dengan beberapa pilihan akhirnya anakku memilih melalui  jalur UNAS, jalur tanpa test. Jalur ini kami pilih karena nilai UNAS anakku yang bagus, sayang kalau sama sekali tidak dipakai, dan kebosanan untuk belajar soal2 lagi, hehe.. Alhamdulillah PTS ini diterima. Akan tetapi, akhirnya tidak diambil oleh anakku, dikarenakan ada 4 hari pendidikan profesi yang waktunya hampir berbarengan dgn test mandiri UPN.

Oh ya, kegigihan anakku masih berlanjut. Pantang menyerah, masih mencoba msk PTN. Kali ini melalui jalur mandiri, di UPN dan UNY. Disamping itu juga mendaftar lagi PTS yang lain, dengan jalur UNAS juga. Ketiganya kami ambil, karena test UNY dilakukan sblm pengumuman UPN, dan pengumuman PTS juga setelah test PTN dilakukan.

Kali ini dilancarkan strategi, untuk menghindari kebosanan, belajar dimampatkan dan dimepetkan, hanya 3 hari sebelum test, dan hanya latihan soal2. Ibaratnya refresh saja. Akhirnya test UPN bisa dilalui dgn lancar dan rileks. Anakku merasa optimis dan merasa bisa mengerjakan soal-soal. Begitu pula test UNY, lebih optimis lagi karena dengan sistem CBT (Computer Based Test), gak capek melingkar2i katanya.

Hari yang dinantipun tiba. Pengumuman UPN anakku diterima. Mamae nganti melu jingkrak2 plus mbrambangi, hehe.. Selang sehari kemudian, pengumuman PTS, anakku juga diterima. Dan 4 hari kemudian, pengumuman UNY, anakku juga diterima, Alhamdulillah, ya Allah..

Masyaallah nduk, kerja-kerasmu, kegigihan hatimu, terbayarkan sudah. Mamah ikut lega dan bangga tentu saja. Semoga ke depan akan lancar juga jalanmu, sukses, dan pantang menyerah. Mama selalu berdoa untukmu, dan selalu berharap Allah menyertai langkah2mu. Aamiin..


Yogyakarta, 9 Agustus 2017
Mamah yang masih berbahagia


Highlight:
- Setiap anak mempunyai cara sendiri2 dalam belajar. Ada yg bisa ngedur, terus menerus digembleng tiap hari dalam bimbel, ada yg bisa lebih menyerap jika les privat. Kenali anakmu!
- Ada anak type diesel, yang pelan belajar didepan ngegas di belakang, ada type bensin yg tidak bisa marathon belajar, menggebu belajar di depan, kelelahan atau jenuh di belakang. Kenali anakmu!
- Ortu sekarang harus tahu bahwa banyak jalur menuju PTN dan berbeda2 tiap universitas. Ada jalur SNMPTN, SBMPTN, dan jalur mandiri. Jalur mandiri pun ada yg dengan nilai SBMPTN, test Utul, dan jalur paralel. Ada juga jalur Internasional. Terkadang tiap tahun bisa berbeda2 aturannya. Dan untuk PTS, ada juga jalur rapor dan jalur UNAS (tanpa test), selain jalur test tertulis reguler.


4 kesuksesan tersebut

Selasa, 25 Juli 2017

KAMI BEREMPAT & RUJAK

Kami berempat berteman sudah sejak tahun 1994, jadi sudah 23 tahun lebih, pantaslah disebut sebagai saudara. Suka dan duka kami lalui, dan anehnya tanpa friksi, tanpa caci-maki, tanpa perselisihan. Kami sangat menjaga perasaan masing2. Bahu-membahu dalam kesulitan, saling ajak-mengajak dalam keriaan.

Dulu, kami berempat disatukan dalam proses recruitment yg sama. Keri (dalam foto satu2nya yg duduk, karena masih menjabat sd sekarang, dituakan, mendapat kehormatan untuk duduk, hihi), Amel, dan Oboy dari D3 politeknik ITB. Sedangkan saya dari S1 akuntansi UGM. Meskipun begitu, kami seumuran, sama2 lahiran 1971, karena waktu SD saya masuknya kecepetan 1 tahun. Mereka bertiga masuk duluan tgl 5 januari 1994, sedangkan saya menyusul tgl 19 januari 1994, karena pas panggilan masuk kerja masih liburan di Bali, di tempat kakak saya. 

Kami disatukan dalam ruang kecil, satu ruang dg bendahara, plus satu kakak senior, Mas Agus namanya. Jadi kami umpel2an berenam. Karena datang akhir, maka bisa dipastikan saya gak kebagian meja, hanya meja kecil bekas naro mesin ketik, dan tanpa komputer. Komputernya gantian hehe.. Saya gantian dengan Amel, Keri gantian dengan Oboy. 

Tugas kami berbeda2, saya bagian penagihan, Oboy bagian evaluasi laporan keuangan, Amel dan Keri bagian data entry. Entah kenapa meskipun cewek, saya kebagian nagih MC (Monthly Certificate). Mungkin karena tomboy dan penampilan blangsak kala itu. Lha atasan saya aja kalo manggil Pak Ratih kok, haha..

Kami berempat pada awalnya sebelum kost adalah Ratu Plaza Squad. Pasukan jalan kaki dari kantor Simprug sd depan Ratu Plaza, untuk ngetem di halte, nunggu bis. Jangan tanya asyiknya kami bercanda, berjalan bersama sepulang kerja. Dan tak lupa menikmati aroma pesing pengkolan belakang Bank Panin. Entah kenapa itu pengkolan pesing melulu, dari sejak kita datang sd gak jadi lagi pasukan jalan kaki.

Ada lagi kesamaan hobi yg menyatukan kami, yaitu kami sama2 hobi ngerujak. Aneh tapi nyata kan? Hehe.. Dan itu masih berlanjut sd sekarang. Kala itu, saat saya dan Amel sudah kost bareng satu tempat, Keri dan Oboy kadang2 main ke tempat kami. Jalan kaki lewat Patal Senayan, lewat jalan pintas, melewati depan rumah Jay Subiakto, yg kadang dicegat anjing atau orgil, wkwk.. Tapi juga ada pohon mangga di jalanannya. Adalah tugas Keri dan Oboy buat nylepet mangga, dan dimakan di kostan kita, saya dan Amel. Tapi ya namanya anak kost, boro2 bikin sambal rujak, yg ada ya dimakan aja sama garam. Kecut? Jangan ditanya lagi, tapi herannya 2 cowok itu juga nyam-nyem aja makannya, kayak cewek aja sukanya ngerujak mangga muda, haha..

Ada cerita lucu tentang rujak. Waktu itu Amel masih kost di dekat Moestopo, pinggir kali, yg kalau hujan kebanjiran, hehe.. Kami berempat habis pulang kantor ngerujak di tempat Amel, trus pulang ke rumah dan kostan masing2. Cerita ini baru diceritain Amel keesokan harinya, maklum, kala itu belum ada HP buat cerita, wkwk.. Ternyata, beberapa saat setelah kami pulang, Amel keluar kamar pengen ke toilet. Papasan lagi dengan Oboy. "Lha boy, bukannya kamu udah pulang daritadi?", kata Amel. "Iya, tapi nyampe Moestopo balik lagi, kebelet", jawab Oboy. Sangking kebeletnya, gak sempet ijin ama Amel, atau yg punya kostan, langsung nyelonong aja ke toilet. Bikin kaget pas papasan. Haha, hadeh, Oboy2, ada2 aja..

Kini kami semua sudah berkeluarga dan beranakpinak, tapi masih saja sering kangen ketemu. Amel dan Keri masih di kantor lama, sedangkan Oboy di kantor lain, tapi masih grup yg sama. Hanya saya satu2nya yg sudah ambil pensiun dini. Terpengaruh bukunya Vadjar neh, Rich Dad Poor Dad, yang padahal waktu itu Keri duluan yg pinjem, hihi.. Bertukar kabar, saling balas-membalas kiriman oleh2, adalah kesibukan kami sekarang ini. Menyempatkan bertemu berempat jika saya ke Jakarta adalah sebuah keharusan, harus menggerus rindu, hehe.. Mengenang kembali masa2 indah kami dulu sungguh sangat seru. Masa2 masih nakal, wkwk..

Really miss u guys. Hope this friendship last forever, aamiin..


Kamis, 13 Juli 2017

MAJU-MUNDUR

Aku selalu tersenyum jika ingat kakakku yang mobilnya 3 tapi semuanya manual, gak ada yg matic. Alasannya,”Lha mobil kok aneh persnelinge, nek maju mundur, nek mundur maju”. Dan selalu kujawab sembari sedikit tertawa geli, “Yo rapopo to mbak, kan ono tulisanne nang speedometer, gari didelok”.

Tapi sejak kejadian 3 minggu yang lalu, mungkin aku tidak lagi tersenyum tapi akan mengangguk takzim, jika kakakku bilang begitu. Begini kejadiannya..

Malam itu, bulan Ramadhan. Aku berniat menjemput anak di Hartono Mall yang habis bukber dengan teman-temannya. Waktu sudah menunjukkan pkl 20.30. Masih belum terlalu malam sih, jika saja bukan bulan Ramadhan. Tapi mata sebenernya udah sepet. Maklum, jaran gendengan, kebiasaan hbs buka, sholat tarawih di rumah, njuk ngantuk, hehe..

Kubuka google maps, dan dari arah jalan Veteran disarankan melalui jalan pintas, jalan Wahid Hasyim. Okelah kalo begitu, dengan maps di tangan, mantap berjalan. Singkat cerita, sampailah aku di ujung jalan Wahid Hasyim. Mungkin karena ngantuk, atau karena malah lagi asyik liat kanan ada motor atau enggak, pas keluar ringroad belok kiri, aku ambil terlalu ke kanan. Jadilah nabrak pembatas jalan jalur lambat.

Weh lahdalah, mana nyangkut lagi bawahnya. Terpaksa harus mundur lagi to? Refleks kumundurkan persnelingnya, dan kugas keras-keras. Lha kok tetep nyangkut? Grok,grok, grok, gitu.. Kucoba 3x tetap gak bisa. Sik, iki mesti ono sing salah, hmmm.. Diam dulu 3 detik, berpikir, tanpa gas rem dan ganti persneling. Dieemm aja..

Ambil nafas sedikit panjang, tenang-tenang, dalam hati.. Dan diam-diam kuamati speedometer yang menunjukkan posisi persnelingku. Lha rak tenan too.. Blaik! Jebul dudu posisi mundur tapi malah maju! Haha.. Pantes ket mau kon mundur kok malah maju. Geli-geli gimana, lha wong masih deg-degan.

Akhirnya, setelah tenang, kulihat speedometer dan penunjuk posisi persneling, sekarang sudah R, baru kugas pol. Nah, baru deh bisa lolos sangkutan ke pembatas jalan itu. Alhamdulillah.. Dan untungnya saat ugak-ugek yang konyol tadi, jalanan lagi sepi, jadi gak ada yg denger, gak ada yg nonton. Kalo enggak, kan tengsin kite, koyo wong ajaran wingi sore, haha..

Ternyata, kakakku, mbakyuku sing ayu kae ono benere juga. Dalam posisi panik (karo ngantuk mungkin) filosofi nek maju mundur nek mundur maju ki kadang tidak sesuai dengan pola pikir alam bawah sadar kita. Hehe..

Selamat sore kawan dan,
Salam maju mundur! :)



Senin, 08 Mei 2017

RUJAK vs LOTIS

Pagi menjelang siang yang cukup terik. Sehabis mengantar anak wedok ke sekolah, pas di parkiran tiba2 menjengongok tukang rujak klasik di belakang mobilku. Haiki, tuku ah.. Kebetulan kangen rujak klasik Djogja. Bagi temen2 yang belum tahu, rujak di Jogja itu seger ya, tanpa diulegin kacang. Dulu waktu pertama beli rujak di Jakarta kaget bin heran, lha kok rujak diulegin kacang, koyo lotek wae, hehe.. Inget gak bu Amel Thea and pak Agus Ariestanto, tukang rujak Patal Senayan dekat kostan? Yang ada lalernya tapi endesnya gak ketulungan? Yang kalo beli si Oboy pasti sakit perut? Haha..

Balik lagi ke rujak Jogja tadi. Lagi2 bagi temen2 yang belum tahu, di Jogja itu dibedakan antara RUJAK dan LOTIS. Kalo RUJAK itu bumbu dan buahnya dicampur, buahnya diserut. Kalo LOTIS itu bumbu dan buahnya dipisah, buahnya dipotong2. Dulu awal2 di Jakarta sempet bingung pas beli rujak, lha kok dapetnya lotis? Hehe.. Ternyata harus special request kalo mau rujak ala Jogja, minta abangnya untuk serut buahnya. Itu juga kalo abangnya punya alat serutnya. So, di Jakarta itu ada rujak potong dan rujak serut. Ribet ah..



Begini serutan rujak di jogja tuh.. Bukan lotis ya, hehe..


Nah, sekarang ttg rujak Jogja depan sekolah anakku tadi, celingak-celinguk aku cari penjualnya mana? Ternyata lagi ndepis deket mobilku, ndodok and lagi telp pake hape. Pas kupanggil, lamat2 kudengar dia berkata, “Udah dulu ya bu, ada pelanggan neh”.. Wehehe, gue jadi pelanggan rujak. 

Setelah pesan rujak 1, kepo, kutanya beliau, “Telp siapa je pak?”. Katanya telp rumah, karena anaknya yang kerja di Jakarta sdh 3 hari tidak bisa dihubungi. Anaknya laki, lulusan STM Mesin, tapi sekarang kerja di Kalbe Farma, baru 6 bulan kerja di Jakarta. Kepo lagi kutanya, “Tau ada kerjaan di Jakarta dari mana pak? Ada saudara atau kenalan disana?”. “Enggak bu. Dya cuman liat2 hape kayak ibu itu (padahal aku lagi ngandid bapake), terus lamarannya juga lewat hape, dipanggil test nya juga disini kok bu, di Klaten”. Oh ya, lupa cerita gue, si Bapak tukang rujak ini rumahnya di Klaten, di Jogja kost. Pulang seminggu sekali, karena istri dan 4 anaknya yang lain masih di Klaten. Kadang2 baru 3 hari sdh pulang lagi, kalo ada tetangga/saudara butuh tenaga dan mau ngongkosi. Sepertinya bpk tukang rujak yang anaknya 5 ini tenang2 saja, malah aku yg heran, le nguripi anak 5 piye? Hehe..

Kekepoanku berlanjut, “Namanya siapa pak?” tanyaku ke beliau. “Muhammad Shiddiq”, kata bapak tukang rujak itu. Woh, apik men jenenge, dalam hati. Tapi suwe2 curiga, kutanya lagi, “Itu nama bapak?”. “Oh, itu nama anak saya yg di Jakarta tadi, kalo nama saya Basuki, bu..”, jawab bapake sambil mesam-mesem. Oalah si bapak promoin anaknya, hihi..

Rujak belum selesai dibuat, kekepoan berlanjut. “Klaten-nya dimana pak?”, tanyaku. Jangan2 sodara nih, secara mbah buyutku juga dari Klaten ndeso. “Saya Jatinom, bu”, kata pak Basuki. Wah, cedak omahe mbahku tenan ik.. “Simbah saya Troso pak, deket ya?”, kataku. “Oh ya deket bu, itu Jatinom dari desa Troso tinggal lurus aja dikit, kalo dari arah Penggung”, kata pak Basuki. Lha iki, suwe2 nek dirunut sedulur tenan ki, haha.. Untung rujak udah jadi, bayar dan langsung aku ngacir pergi..



Masih diuleg manual satu persatu. Tak lupa pisang batunya. Konon mencegah perut mules..

RS - Sekedar Sharing

Setahu saya, diagnosa yg didasarkan pengamatan fisik dan pengalaman hrs ditunjang dgn data medis yg akurat. Jika tdk maka pemberian obat akan terkesan coba2.

Contoh, saat anakku kelas 5 sd dulu, masuk di rs swasta di jaksel, karena panas sdh 5 hari tdk turun2. Dokter anak yg memeriksa ketika visite sore hari (anakku msk rs siang), berdasarkan pengalaman lgs bisa tahu bahwa anakku bp (bronkus pnemonia). Beliau berkata pd suster, "Hmm, bp ini sus, coba lihat wajahnya yg bengap". Dan lgs meminta suster unt cek darah khusus bp. Dan dgn ramah beliau menjelaskan pd saya secara singkat tp jelas apa itu bp, dan test apa yg akan dilakukan unt memastikannya.

Pagi harinya ketika dokter visite lg, hasil lab sdh tersedia (kok cepet ya kalo di jakarta? hmm), dan ternyata benar anak sy positif bp. Langsung dokter menuliskan obat yg harus diberikan bersamaan dg penguapan. Beliau lagi2 menyampaikan dg singkat dan jelas, knp obat hrs diberikan dg uap dan tidak dg oral atau infus. 4 hari kmdn anak sy sembuh dan diperbolehkan pulang.
Jadi, sy tetap percaya dg data medis yg akurat. Kamu?



Selasa, 21 Februari 2017

UMBANG TIRTO



Berenang. Aktivitas olahraga ini selalu kutulis dalam kolom hobi, jika ada isian ini di biodata, dari sejak SD sampai dengan sekarang. Dari kecil, mungkin karena kebiasaan dalam keluarga, papah mamahku selalu mengajak kami, anak2nya untuk bertamasya berenang. Ya di Clereng, Ponggok, Baturaden, Tretes, Ancol, Kalibayem, dan masih banyak lagi. Ditambah lagi hampir semua kami 8 bersaudara bersekolah di SMP 1 Jogja, yang pelajaran olahraganya adalah berenang, setiap Rabu, waktu itu di kolam renang Colombo. Jadi, kami keluarga yg pintar berenang, hehe..

Jaman sekarang, pilihan berenang hanya di Umbang Tirto, karena Colombo sekarang sudah gak ada. Maksudku, pilihan kolam renang yg masih dikuras, dan diganti air satu kali seminggu. Kolam renang kok dikuras? Njuk sopo sing ngosek? Wkwk.. Dulu waktu di Jakarta pernah diketawain petugas kolam renang di kompleks dekat rumah karena menanyakan hal itu. Aneh kali ya? Bagi orang yg bukan orang Jogja dan kenal dengan kolam renang Colombo dan Umbang Tirto.

Masih setia dengan kesederhanaannya, Umbang Tirto tetap memadai tapi menurutku, dan bersih, untuk ukuran HTM Rp.10.000. Setiap Minggu siang, kolam renang ditutup hingga Senin, untuk proses kuras, pembersihan, dan pengisian. Selasa baru buka kembali. Menurut petugas disana, Selasa dan Rabu masih kaporit-free, karena air baru saja diganti. Coba, hari gini dimana bisa dapat berenang kaporit-free harga segitu? Hehe.. That's why I love this legendary swimmingpool.. Kamis baru dikasih kaporit dengan kadar minimal. Jumat adalah hari khusus wanita. Disini biasanya mbak2 dan ibu2 jilbaban berenang dengan leluasa, dan juga ibu2 stw, dan ibu2 sedengan (kayak gue hihi) yg risih kalo berenang campur bapak2, berenang dengan riang gumbira. Nah, cerita seru dimulai dari sini..

Jumat 1,
Ada kelompok ibu2 stw bermarkas di pojokan kolam renang sebelah kanan yg kedalaman 3m. Para ibu ini biasanya datang jam 7, pulang jam 9, tapi tetap aja hitungan berenangnya sama ama aku yg cuman 30-45menit nyemplung kolam, hehe.. Banyak ngobrol dan becandanya, tapi seru buat dikupingin. Hari itu, salah seorang 'anggota' ada yg bawa arem2 bikinan sendiri 1 tas kresek. Ibu2 bergumbira, dan pesta arem2 di pinggir kolam dan didalam kolam (weleh2).. Pembahasan tentang arem2 ini sungguh seru. Dari mulai ukuran, sd cara pegangnya. Hihi, ibu2 kasepuhan, apa yg ada di pikiran kalian? Ketawanya kok sampe membahana sekolam renang, haha.. Bahkan di pinggir kolam ada ibu2 yg menunjukkan pada teman2nya baik yg dipinggir maupun dalam kolam, bagaimana cara yg baik memegang arem2.. Halagh! Haha..

Jumat 2,
Kali ini aku beralih ke pojokan sektor kiri, msh di kedalaman 3m. Memberanikan diri, hari ini aku ikut nimbrung ngobrol, sithik. Kelompok ibu2 stw seperti biasa, tapi ini tidak terlalu banyak dan tidak terlalu heboh, kalem. Pembicaraan tentang obat kolesterol. Minum air rendaman jeruk nipis pagi hari sebelum minum dan makan apa2. Begitu bangun tidur, langsung seduh jeruk nipis yg sudah diiris2 beserta kulitnya, dalam gelas dengan air panas. Kemudian ditinggal sholat, baca Al-Quran. Hangat2 kuku langsung diminum. Nant bisa refill 2-3 kali dalam sehari. Ibu yg lain menanyakan, “Apa gak kecut bu, apa gak perih di lambung?” Ibu tadi menjawab, “Gak bu, tadinya saya juga takut, tapi karena kakak saya sudah mencoba dan gak papa, jadinya saya berani. Awal2 cuman 1 butir dulu bu, nanti kalo sudah biasa nambah. Saya sekarang sudah 3 butir tiap bikin. Alhamdulilah kolesterol dari 300 lebih (wow!) sekarang normal, dibawah 200. Klo gak suka kecutnya, boleh sambil nguntutin gula jawa. Gak boleh dicampur tapi ya buu, nanti khasiatnya hilang.” (Gue dalam hati: kok iso?). Ada satu ibu yg menimpali, “Kalo sy gak kuat paitnya bu, itu kan sama kulitnya kan? Sama suka kliyengan habis itu, karena saya punya darah rendah.” (Ternyata paitnya kulit jeruk nipis juga bisa menurunkan tekanan darah, baru tau). Saya ikutan menimpali, “Kasih madu bu, madu itu obat mujarab untuk tekanan darah rendah, soalnya saya dulu jg darah rendah.” Ibu narasumber kembali menimpali, “Boleh bu dg madu, tp tetep jgn dicampur ya..” (Hehe..)


Jumat 3,
Hari ini aku beralih beristirahat sejenak di kolam kedalaman 1m. Disini ada kelompok ibu2 stw juga yg sedang ngobrol. Setiap jumat juga kulihat, prediksi sih sama, berenang jam 7-9 dg intensitas ala kadarnya hehe.. Kali ini topiknya tentang klithih. Seru banget, berita2 koran diceritain semua plus bumbu2 segar sana sini dan komentar sana sini. Keprihatinan intinya. Tiba2 kok obrolan pindah ke masa lalu, tentang "gali" (preman dalam bahasa Jawa). Seorang ibu menunjuk teman lain yg ternyata kakaknya adalah seorang gali. Tapi gali sopan dan ganteng katanya. Walah, kok ada ya? Haha.. Katanya mereka sering main bersama. Temen yg lain nimpali,”Llha nek nggantheng kok gak mok pacari wae mbiyen bu?” Ucapan ini malah disamber ibu yg punya kakak gali tadi, “Lha sekarang suami dia itu kan malah gali-ne gali bu, haha..” Hwaduh, tak lanjut renang we, jebul kumpulan keluarga gali iki, hihi..

Jumat 4,
Kali ini tumben pojok kanan 3m ibu2 heboh gak keliatan. Mungkin karena gue-nya kesiangan hehe.. Tapi tetap saja ada 2 ibu sedang mengobrol. Kebetulan ibu yg berswimsuit pink-hitam dulu pernah ngobrol sedikit ama saya. Jadi senyum dikit dan ikut nimbrung. Ibu satunya ternyata lagi menanyakan, “Pakai apa wajahnya kok putih bersih cantik. Perawatan apa, katanya. Yang nanya ini kayak aku, ireng thuntheng, ra ayu, wkwk.. Setelah berbasa-basi, ah bisa aja bu, akhirnya terkuaklah rahasianya, “Saya pake masker beras bu, kalo nyuci beras itu, airnya saya simpan semalaman, yg air pertama. Bsk pagi saya pakai untuk cuci muka, setelah membersihkan muka dg susu pembersih dan face-toner. Trus endapannya dipake unt maskeran.” “Ooo, pantes ibu putih cantik begini. Kalo saya gak telaten bu, palingan beli masker bengkoang (sambil menyebutkan salah satu merk kosmetik tradisonal Indonesia), haha”, kata ibu thuntheng tadi. Waktunya sy menimpali, “Kalau ibu pink ini memang sudah cantik dan putih dari sononya bu..” Ibu yg kupuji pun tertawa renyah sambil menepuk bahu saya. Dalam hati, ini ibu thuntheng memang gak liat apa, leher, tangan si ibu pink ini memang sudah putih. Jadi memang sudah putih bersih dari sananya, hehe.. Tapi resepnya oke juga tuh, bisa dicoba, murmer dan gampang. Kali aja gue bisa agak putihan dikit juga, haha..


Selasa, 14 Februari 2017

TUMPENG AMONG-AMONG


Kata kakakku, mbak rita, paling tidak sekali dalam seumur hidup, seseorang itu harus dibancaki, jenenge gawe tumpeng among-among. Jadilah Di ultahku kemarin yang ke-46, mbak rita memberikan hadiah tumpeng ini. Makasih mbak rita.. Filosofi jawa pembuatan tumpeng ini adalah untuk keselamatan diri. Kalau kita sekarang ya ambil aja sisi baiknya, silaturahmi, makan bersama keluarga besar, begitcu... Berikut ini beberapa filosofi jawa tentang uborampe tumpeng ini, yang baik ya kita ambil manfaatnya. Hasil wawancaraku dengan mbak rita, hehe..

Cobek tanah liat,
Bagian paling bawah dari tumpeng ini adalah cobek dari tanah liat, maknanya adalah sebagai pengingat jika manusia itu berasal dari tanah.

Kalo,
Kalo ini adalah alat penyaring santan tradisional dari bambu, dengan saringan yang cukup rapat. Maknanya adalah untuk menyaring hal-hal yang kotor dalam hidup ini. Manusia hidup di dunia ini harus bisa memiih dan memilah mana yang baik diantara yang buruk

Daun pisang,
Daun pisang yang utuh diletakkan diatas kalo, maknanya melambangkan kebulatan tekad. Sedangkan sisa-sisa daun pisang, yg kecil-kecil, sisa sesetan, atau sisa merapikan pincuk, diletakkan/ditinggal dibawah kalo, diantara cobek tanah liat dan kalo. Artinya adalah setelah dilakukan filter (dengan kalo tadi), maka hal-hal yang buruk harus kita tinggalkan.

Gudangan 7 macam sayuran,
Sayuran yang dipilih jenisnya bebas, tapi harus ada 7 macam jenis sayur yang berbeda-beda. Kemarin mbak rita memilih 7 macam sayuran itu adalah: bayem, kangkung, mbayung (daun kacang panjang), kacang panjang, wortel, kecambah, dan kobis. Maknanya adalah bahwa dalam hidup ini kita akan menemui bermacam-macam peristiwa, baik sedih maupun senang. Hidup ini bermacam-macam warnanya, tapi ibarat gudangan yang saling berdampingan, maka seharusnya keanekaragaman hidup ini serasi berdampingan juga. Karena yang dibuatkan tumpeng sudah dewasa, maka sambel gudangannya agak pedas, yang maknanya adalah supaya kuat menghadapi masalah dalam hidup ini.

Telur 7 butir,
Jumlah telur yang 7 ini dalam bahasa jawa disebut pitu. Artinya pitulungan. Maknanya adalah, dalam menghadapi masalah hidup, kita selalu memohon pada Allah SWT agar diberikan pitulungan (pertolongan). Sedangkan makna dari telur yang tidak dikupas adalah pengingat bagi kita untuk selalu mengupas masalah dahulu, sabar, sebelum menemui putihnya telur, yang dimaksud sebagai menemui titik terang (putih) dalam menghadapi masalah.

Tumpeng putih,
Setelah masalah dikupas, maka dilakukan pengerucutan pembahasan masalah untuk mencari solusi, yang dilambangkan dengan kerucut tumpeng nasi putih. Makna dari nasi putih ini adalah supaya pemikiran kita tetap putih, bersih, sebelum menuju puncak tumpeng.

Bawang merah (brambang) dan lombok abang,
Disematkan bawang merah utuh yang bundar di ujung tumpeng, melambangkan agar kita dalam mencari solusi masalah melihat dari segala aspek, mempertimbangkan dari segala arah terlebih dahulu. Sudut pandang yang bulat dilambangkan oleh bulatnya bawang merah. Untuk kemudian menemukan solusi yang tepat, dilambangkan dengan lombok abang yang tunggal dan menjulang tinggi. Hal ini menandakan tercapainya satu tujuan yang tepat. Jika semua perlambang diatas dilaksanakan maknanya, maka diharapkan soluisi yang tepat itu akan menjadi penerangan bagi seluruh alam semesta (dilambangkan dengan lombok abang tadi).

Ingkung ayam kampung utuh,
Lauknya adalah ingkung ayam kampung utuh. Ini yang paling enak dari semua yang enak diatas hehe.. Maknanya manusia dalam menjalani hidup harus manekung. Arti kata manekung dalam bahas Indonesia kira-kira adalah tekun dan takwa.

Gereh pethek,
Ini tidak wajib ada sebenernya, tapi kalo ada maka akan melengkapi rasa, hihi.. Iki enak tenan, perpaduan yang pas dengan gudangan pedes, dan ingkung manis, trust me..

Duit tukon,
Berupa uang secukupnya dimasukkan dalam amplop putih kecil dan diletakkan dibawah daun pisang, antara kalo dan daun pisang. Maknanya adalah buat pengamong kita, jika memang makanan yang ada kurang, maka bisa beli sendiri. Rodo mistis jane ki, hehe.. Tapi ini juga kadang jadi inceran kita-kita. Semua tergantung rejekinya tapi. Kemarin karena kita semua lupa, maka yang nemu adalah prt kita. Yo rapopo mbak, wis rejekimu, hehe..



Semoga makna-makna tersebut berguna bagi kita generasi muda (ehem) untuk melestarikan budaya, memahami dan menerapkan filosofi yang baik itu. Aamiin.



Yogyakarta,
30 January 2017


Tumpeng among-among komplit

Penampakan duit tukonnya, hehe..

Senin, 13 Februari 2017

PINDAH SEKOLAH


Note ini kutulis untuk memenuhi janji pada seorang teman dan seorang saudara. Maaf lama, ha lali jee, hehe..

Awal Februari 2016, setelah pemikiran yg mendalam sekitar setahun lamanya, akhirnya anakku perempuan memutuskan untuk pindah sekolah ke Yogyakarta. Hari itu hari rabu, langsung ketelepon kakakku yg mukim di Jogja untuk mulai cari2 info sekolah disana, info awal sebelum nantinya sy dan anak wedok memutuskan untuk mencari sekolah on the spot di Jogja.

Karena bukan awal semester dan sudah kelas 2, ternyata gak gampang mencari info itu, ditambah lagi kakakku juga sedang sibuk mengurus pelatihan di Jogja. Alhasil, hari Senin kami bertiga (sy, anak wedok dan prt), memutuskan untuk berangkat ke Jogja by train. Jag ijug ijag ijug, hehe...

Selasa, perburuan pun dimulai. Kami bertiga, saya, kakak sy dan anak wedok, mulai mendatangi sekolahan satu persatu. Jadwal hari ini adalah sekolah swasta dekat rumah kakak sy di veteran. Tanggapan bagus, tinggal masuk, uang pangkal sekian, tidak masalah. Tapi melihat kondisi fisik sekolah yg kurang terawat, anak sy meminta melihat sekolah lain.

Kami pun mencoba mendatangi sekolah swasta nasional di kawasan jalan magelang. Sekolah bagus, gurunya welkam, uang pangkal masuk akal. Tidak ada masalah. Hati sudah senang dan berbunga2. Wah, akhirnya dapat sekolah neh, cepat juga hehe.. Tapi ternyata ketika bagian administrasi melihat rapor, kelas 11. “Maaf bu, sekolah SMA baru dibuka tahun ini, jadi kelas 11 belum ada, baru angkatan 1”, kata mbak admin. Aduh mbak, bukannya dari tadi, tiwas udah keliling2 sekolah segala, ealah, haha..

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang, kami pun makan di sebuah restaurant di daerah jakal atas undangan kakak saya yg lainnya. Perburuan hari ini selesai, karena setelah ini kami harus mengantarkan kakak laki2 sy untuk kontrol tulang di RS Panti Rapih.

Rabu, anak wedok memutuskan untuk tetap mencoba mencari sekolah Negeri, meskipun informasi awal dari kakak (sebelum kami datang ke Jogja), adalah NEM tidak msk, karena memakai NEM luar kota (lebih tinggi 1 sd 2 point diatas NEM dalam kota). Maka kami pun mencoba sekolah Negeri diluar Kodya, yaitu di Bantul, yg masih relatif dekat dari veteran.

Pertama yg harus dilihat adalah NEM pada saat tahun masuk, yaitu 2014. Jika memenuhi syarat, kemudian baru dilihat apakah kursi tersedia. Ternyata keduanya bisa, maka anak wedok bisa msk ke sekolah ini. Tapi lagi2 mungkin sixth sense-nya berbicara, hehe.. Msh kurang sreg. “Coba lagi coba mah, sekolah Negeri di Jogja”, kata anak wedok. Okelah, siapa takut? Mamae sopo to.. :)

Kami pun meluncur ke 2 sekolah negeri di Kodya yg menurut perkiraan kami NEM masih masuk. Tentu saja sekolah2 favorite sudah tidak masuk daftar kami, untuk mempersingkat waktu pencarian. Sekolah pertama di daerah Ngupasan, NEM masuk tapi kursi sudah penuh. Sekolah kedua di daerah Jetis, NEM tidak masuk tapi kursi masih tersedia. Di sekolah kedua ini sungguh aduhai, karena permintaan kami untuk bertemu bagian kesiswaan tidak dikabulkan, dan hanya diterima pegawai TU, beliau dibalik meja resepsionis, dan kami berdiri. Hanya dijawab NEM tidak masuk, tidak bisa. Wis ngono thok, tanpa solusi, mengingat ini anak pengen sekolah looh, mau belajar looh, ealah..

Waktu makan siang tiba, kakak saya yg rumahnya Jakal bergabung dan kami makan di daerah jalan Jend Sudirman. Hujan deras. Setelah makan kami pun lanjut ke sekolah Negeri dekat situ. Kali ini kami berganti strategi, hanya mau ketemu Kepsek. Tapi yg ini lebih aduhai lagi. Kami diterima Kabag Kesiswaan, sedangkan Kepsek tetap di ruang kacanya (kelihatan). NEM tidak msk meski kursi ada. Bahkan Bapak ini berkata, meski anak Presiden kalo memang NEM tidak masuk, ya gak bisa. Kalo sampai ada sekolah Negeri di Jogja yg bisa menerima (kelak), sy angkat jempol tinggi2. Wehlah, rodo2 iki.. Tapi kemudian melunak ketika tau kakak sy yg Jakal itu, anakny dulu alumni dan menyumbang banyak piala untuk sekolah dalam lomba pidato Bahasa Inggris. Hanya jika ada rekomendasi Diknas. Wah, tantangan baru neh..

Waktu msh sempat neh, kami beranjak ke SMA Islam swasta di kawasan Maguwoharjo. Parkir depan gak bisa, padahal tamu kita neh, mau menambah pundi2 uang mereka kalo diterima, ya kan? Hehe.. Akhirnya kita parkir di belakang, padahal masih hujan, berbasah2an dan mlipir2. Akhirnya diterima ibu2 di ruang TU. Kursi sudah penuh katanya, padahal sebelumnya ada info dari temen yg anaknya sekolah disini kalo ada yg pindah. Kami terus mencoba beberapa jurus rayuan, sampai akhirnya si Ibu bersabda, “Bahkan jika pak A sebagai pendiri sekolah ini yg menitipkan orang, jika tidak ada kursi ya tetap kami tolak bu..” Oalah, galake, wkwk.. Yowis rapopo, durung rejekine.

Lanjut dari situ waktu sudah sore, kami berspekulasi mendatangi sekolah terakhir, SMA Negeri di jalan Magelang. SMA-nya kakak sy yg nomer 2. Kami langsung bertanya pada pak Satpam dimana ruang Kepala Sekolah, dan tanpa diduga malah langsung diantarkan ke ruang Kepsek dan Wakepsek. Dan kemudian diterima langsung oleh Ibu Kepsek. Orangnya ramah dan sangat membantu kami, mengerti kesulitan kami. Setelah tahu bahwa pindahan dari luar kota dan melihat NEM serta rapor anak sy, maka Beliau memberikan informasi untuk  besok pagi ke Diknas Yogya, bertemu langsung dg Kepala Diknas Menengah. Pesan Beliau untuk datang jam 7 pagi dan langsung bertemu dengan Ibu Kepala Bagian, jangan dengan anak buahnya, karena supaya tepat solusinya. Alhamdulillah, secercah harapan telah terbersit, dengan informasi dan keramahan beliau, hilang sudah capek fisik dan capek hati tadi, hehe..

Karena waktu telah beranjak maghrib, maka kami pun mengakhiri perjalanan hari itu dengan mengunjungi Ibu Mertua di sekitar jalan magelang juga. Memohon restu dan doa, agar esok hari urusan lancar dan cucunda tercinta bisa segera mendapatkan sekolahan.

Kamis, kami pun (saya dan kakak sy) berangkat pagi-pagi sekali ke Diknas Yogya di jalan Hayam Wuruk. Kami berdandan rapi, berbaju batik, bersepatu pantofel, dan meneneteng map. Agak was2 karena jam telah menunjukkan pk.07.15 ketika kami sampai disana. Ternyata ada apel pagi. Wah, Ibu Kepala yang kami tunggu belum datang. Dalam hati kok tumben ya? Sudah jam segini, jangan2 Beliau tidak masuk. Setiap ada orang yang menanyakan keperluannya apa, sy hanya menjawab ingin bertemu Ibu Kepala, sy dari Jakarta. Sesuai arahan kemarin. Alhasil kamipun diminta menunggu di ruang tunggu khusus Ibu Kepala, mungkin dikira kami dari Diknas Jakarta, hehe..

15 menit setelah apel selesai, baru Ibu Kepala datang. Menanyakan dengan ramah keperluan kami. Alhamdulillah Beliau sangat kooperatif dan mengerti kesulitan kami. Segera Beliau meminta anak buahnya menyiapkan data NEM seluruh SMAN di Yogya pada tahun anak sy seharusnya masuk kelas 1. Setelah dilihat, ternyata anak sy bisa masuk di 4 buah sekolah SMAN dengan NEM dalam kota. Beliau merekomendasikan kami untuk memakai NEM dalam kota dengan melihat fakta bahwa kami berdomisili di Yogya. Nantinya harus dibuktikan dengan surat domisili sementara dari RT/RW untuk anak sy. Kemudian Beliau menyarankan kami untuk mendatangi masing2 sekolah tersebut untuk menanyakan ketersediaan kursi.

3 dari 4 buah sekolah rekomendasi tadi kemarin sudah kami datangi. Jadi tinggal 1 sekolah lagi, di daerah Mantrijeron. Maka kami pun tak menyia2kan waktu dan beranjak kesana. Sebelumnya kami pulang dahulu ke Veteran, untuk menjemput anak sy. Setelah sampai di sekolah yang kami tuju, kamipun langsung menemui guru jaga untuk meminta ijin bertemu Kepsek. Setelah guru jaga menelepon ke dalam dan mendapat konfirmasi bahwa Pak Kepsek ada, kamipun diantar ke ruang TU. Tak berapa lama keluarlah Bapak2 yang mengenalkan diri sebagai Kabag Kesiswaan. Weh, Pak Kepseknya tidak berkenan menemui kami, yasutralah..

Kami pun langsung mengutarakan maksud kedatangan, termasuk rekomendasi dari DiknasJogja. Kami juga menanyakan ketersediaan kursi. Bapak ini menjawab bahwa kursi masih banyak. Kami pun lega. Tapi ketika melihat ijazah, NEM dan rapor, Beliau langsung bertanya apakah anak sy dari SMA swasta di Jakarta? Tentu saja sy iyakan. Dan langsung saja Beliau berkata,”Kalau begitu gak bisa bu”. “Lha kenapa pak? Kmrn kami sudah konsul dengan Ibu Kepala Bagian Menengah di Diknas Jogja boleh tuh pak?”, jawab sy. Eh, dengan entengnya si Bapak menjawab, “Ya gak tau saya, itu mungkin aturan di Diknas, kalo disini gak bisa. Ha nanti kalo dari swasta diperbolehkan masuk negeri, semua orang berbondong-bondong masuk kesini”. “Ya enggak berbondong2 to pak, ini anak sy aja kok”, jawab sy. “Ya pokoknya gak bisa, pindahan swasta ya masuknya swasta. Kalo sampai ada sekolah Negeri yang bisa menerima putri panjenengan, sy acungin jempol”, begitu kata Beliau. Hadeh, agak gondok sebenernya, menurutku kok gak masuk akal ya? Diknas memperbolehkan, sekolah lokalnya malah yg enggak. Tapi yo gandeng butuh, kami diam aja, buru2 bilang terimakasih dan pamit. Selak wegah weruh Bapake hehe..

Harapan terakhir, kami pun melaju ke SMA Negeri di jalan Magelang, yg kemarin menyarankan kami untuk ke Diknas. Karena ternyata termasuk dalam 4 sekolah rekomen Diknas, dan kmrn kami telah mendapatkan informasi kursi tersedia jika NEM dalam kota. Setelah terlebih dahulu makan siang di warung soto, kami pun sampai di sekolah tersebut dan langsung ditemui oleh Ibu Kepsek. Beliau pun menanyakan solusi yg diberikan oleh Diknas. Setelah kami informasikan bhw anak sy bisa memakai NEM dalam kota dg surat domisili sementara, Beliau pun mempertanyakan kenapa Diknas tidak menelepon ke Beliau. Kebetulan kemarin ibu Kabag Menengah di Diknas juga sudah menyarankan pada kami, jika sekolah yg mempunyai kursi sudah ketemu, maka dipersilahkan untuk menghubungi Beliau.

Kami pun menyampaikan info tersebut, dan kemudian Ibu Kepsek mohon ijin sebentar untuk menelepon Diknas. Kami bertiga H2C diluar, plus komat-kamit berdoa. Semoga kali ini anak sy dapat sekolah, aamiin.. Tak berapa lama Ibu Kepsek pun menemui kami dan mengabarkan bahwa benar telah ada rekomendasi Diknas. Alhamdulillah, sungguh tak terkira senangnya kami saat itu. Tidak sia2 perjuangan kami 3 hari ini kesana kemari dengan menemui berbagai macam arogansi sekolah. Beliau langsung memerintahkan Bagian Kesiswaan unt membuat surat keterangan diterima, dan kelengkapan lainnya menyusul. Kamipun akhirnya ditemui Bapak Kabag Kesiswaan, dan Ibu Kepsek kembali masuk ke ruangannya, setelah sebelumnya memperkenalkan dan mempersilahkan proses selanjutnya. Sungguh kami merasa dimanusiakan. Begini lah seharusnya unggah ungguh Jawa dalam menerima tamu yg benar, dengan mengesampingkan apakah kami diterima atau tidak.

Jumat, dengan berbekal surat penerimaan kemarin, sy pun kembali ke Jakarta untuk mengurus surat pindah dari sekolah lama. Kali ini dengan senyum mengembang di wajah. Sungguh, total 3 hari perburuan yg melelahkan.. :)

Dengan Ibu Mertua

Sabtu, 11 Februari 2017

SITUS WARUNGBOTO


Namanya pak Gono. Beliau adalah bapak2 penjual angkringan di dekat pintu masuk situs warungboto. Orangnya ramah, dan banyak cerita. Dari beliau mengalirlah banyak cerita situs ini, yang tidak bakalan bisa kita temui melalui browsing internet.

Obrolan dimulai dari cerita masa kecil beliau, yang saat itu masih bisa berenang di situs itu. Nama ngetop situs warungboto oleh penduduk sekitar (termasuk saya and mbakyu2 and kamas2ku) adalah Tuk Umbul. Tuk dalam bahasa jawa artinya mata air, sedangkan Umbul juga berarti sama. Pengulangan kata, hiperbola, hehe.. Makanya daerah tempat situs ini juga dinamakan kecamatan Umbulharjo, yang artinya mata air yg memakmurkan.

Ceritapun bergulir ke saya. Waktu saya kecil, Tuk Umbul ini sudah hampir asat (kering, tidak ada airnya). Meski begitu, saya kecil masih sempet keceh (main air) disini, tapi sudah tidak bisa berenang. Berjalannya waktu, modernisasi dan bermunculannya sumur2 bor, Tuk ini mulai ditinggalkan. Lumut mulai bermunculan disana-sini, dan terkesan singup (angker). Itu terjadi sekitar tahun 80an. Konon ternyata, menurut pak Gono, ada yang bunuh diri di Tuk ini. Sekitaran tahunnya sama di tahun seingat saya Tuk ini mulai singup. Menurut cerita pak Gono, ada seorang pemuda lari dari dalam kampung warungboto langsung menyeberang jalan dan terjun ke dalam Tuk. Cerita ini baru kudengar sekarang. Serem ya? Hii.. Untung udah selesai explore-nya, hehe..

Pak Gono dengan semangat melanjutkan (lihat foto beliau dengan gaya nuding2), menanggapi pertanyaan saya tentang kenapa pintu depan belum dibuka, sehingga kita harus turun di gapuro selatan situs, mlipir utara dan lewat belakang. Konon kata pak gono, renovasi memang belum sepenuhnya selesai. Masih ada tanah 350m2 didepan, dan sekitar 150m2 di belakang, yang masih belum bebas. Lagi2 pak Gono mempertanyakan, kenapa ya mbak, tanah dengan benda purbakala gini kok bisa penduduk itu punya sertifikat hak milik? Karena gak punya jawaban, sy hanya mesem, manggut2, dan nyeruput teh manis anget plus nyomot pisgor dinginnya.

Menurut beliau, di belakang situs itu (yang saya tau adalah langsung berbatasan dengan kali gajahwong), masih ada peninggalan bersejarah, yaitu berupa patung ular dan patung manuk beri. Haini, menarik..! Luas antara situs dan kali itulah yg masih dikuasai penduduk yg bersertifikat shm dgn luas 150m2. Sayang ya jika tidak dilestarikan? Moga2 patung itu msh ada sd sekarang. Menurut pak Gono sih masih, tapi sayang sy ternyata tidak berkesempatan melihat dengan mata kepala saya sendiri ke arah sungai, karena harus buru2 pulang naik motor, keburu hujan bok (jarak antara situs dg rumah kakak yg sy ngengeri hanya 950m saja, miturut mbah gugel mep, hehe)..

Yang masih menjadi misteri bagi sy adalah keberadaan makam, yg kata mas2 parkiran ada di sebelah kiri situs. Sy gak nemu jee.. Plus jika ada, itu makam siapa? Mungkin next, harusnya ada next ya, wong deket rumah ini, hehe, sy harus explore situs ini lagi. Tapi konon kata mbak Rita, kakak sy, makam itu adalah makam abdi dalem yg ditugaskan menunggu petirahan ini. Spt diketahui, situs ini dahulunya adalah tempat peristirahatan (pesanggrahan) Sultan HB II. Masih lanjut pertanyaan sy sebenernya, kenapa harus dibangun disini? Sedangkan sudah ada Tamansari? Dan lagi letak warungboto ini (dahulu bernama pesanggrahan rejowinangun) cukup jauh dari istana, malah sudah hampir mencapai daerah Bantul. Apa mungkin saat Sultan jalan-jalan berkuda, membutuhkan tempat peristirahatan kemudian? Angan2ku menjadi melayang2, hehe..

Monggo yg mau menikmati situs ini, semoga informasi ringan diatas cukup bermanfaat. Sukur2 bisa kontribusi melengkapi cerita sy diatas tadi hehe.. Btw, situs ini memang belum dibuka resmi, sehingga masuk masih gratis, paling hanya bayar parkir 3000 yg dikelola penduduk setempat.

Masukan sy untuk pengunjung, mohon hormati situs peninggalan bersejarah ini. Minimal, jangan foto berdiri diatas Tuk, bahkan ngangkangi Tuk. Mata air adalah sumber kehidupan. Tak pantas rasanya apabila kita “nranyak” terhadap sumber kehidupan tsb.

Masukan untuk dinas kepurbakalaan. Mohon dapat dilengkapi cerita awal tentang situs ini di pintu masuk. Sejarah asal muasalnya situs. Perbanyak rambu2 dan tanda larangan untuk melestarikan budaya.

Cerita lucu dari kunjungan kemarin, ada sekelompok muda-mudi trendi poti2 di situs. Mereka berlima atau enam. Setelah selesai dgn santainya salah seorang pemuda nyeletuk, sebenernya tempat apa to ini..? Hadeh, pemuda harapan bangsaaa, sampeyan kan bisa browsing2 dulu sblm mengunjungi salah satu tempat hits di Jogja, yg mungkin kamu liat fotonya di IG? Jangan cuman browsing berita ra mutu selebgram aja looh.. Karena mesakke, ya tak terangin kepada mereka situs apa itu, plus keterangan bahwa sy tau karena penduduk dekat situ. Lha kok malah temen pemuda itu ganti nanya dengan muka tengilnya, ibu guide ya? Bukaann, dgn muka datar kujawab. Untung aku wis sweet-forty le, wis rodo wise saiki, nek jik podo umure, wis tak jotos sampeyan, wkwk..

So, selamat menikmati keindahan Jogja ya gais.. :)

Ref:
http://kamuslengkap.com/kamus/jawa-indonesia/arti-kata/umbul https://suharjono.wordpress.com/tag/harjo/ http://yogyakarta.panduanwisata.id/wisata-sejarah-2/situs-warungboto-jadi-keren-lho-yakin-nggak-mau-kesini/


Jumat, 10 Februari 2017

MINDSET (2017)

Pernah satu waktu, seorang temannya teman memposting status dan gambar tentang gak benernya orang memposting foto makanan. Intinya bahwa, orang yang gemar memposting foto makanan itu tidak mempunyai hati, rasa empati, terhadap orang-orang yang makannya sederhana. Status tersebut disertai gambar makanan sederhana tersebut beserta harganya dan profesi orang yang memakannya.

Aku rodo tersindir jee, hehe..

Tapi sekali lagi itu balik ke masalah MINDSET. Si ibu yang memposting status tersebut saya akui memang tidak pernah memposting foto makanan. Tapi gemar memposting foto diri dengan tattoo nya, baju sedikit terbuka dan terkadang kepulan asap rokoknya terlihat. Bagaimana kalau pola pikir ibu saya pakai? Menurut saya, ibu juga tidak mempunyai hati dan empati, terhadap orang-orang yang tidak punya tattoo, tidak bisa berpose sexi, dan tidak merokok atau bahkan alergi terhadap asap rokok. Piye nek mekaten bu? Hehe..

Itu yg namanya MINDSET. Pola pikir saya sederhana kok. Mungkin dengan postingan saya tentang makanan, saya bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama teman saya yg juga doyan makan? Atau mungkin saya bisa memberikan rekomendasi mana-mana saja tempat makan yang enak atau perlu dikunjungi? Tapi terkadang juga hanya iseng aja, karena tampilan makanan kok bagus, komposisi warna bagus, atau makanan sederhana tapi sudah jarang ditemui, begitu saja. Hobby gitu lah. Bisa dikatakan begitu. Seperti orang yang hobi moto kucing, anjing, bunga, kupu-kupu, dlsb. Seperti juga ibu iseng foto rung adus, nganggo daster, sambil ngopi ro ngerokok.

Jadi, semoga kita bisa selalu belajar berpikir positip. Misalnya, contoh sederhana, di jalan disalip motor mak seleyor terkesan ugal-ugalan dan ngebut. Rasah esmosa, njuk dikejar, melu ngebut, po misuh2, po ngelakson2 ra karuan. Positive thinking aja, mungkin dia buru2, selak pengen tekan omah, karena kebelet ik-ok, qeqeqe..

Suwun.




Yogyakarta,
Jumat, 10 February 2017


WANG-SINAWANG

Pernah pada saat aku masih kerja, salah satu saudaraku (yang ibu rumah tangga full selama lebih dari 25th) berkata, “Enak ya, wanita bekerja itu, bisa keluar rumah tiap hari, dandan bagus, cantik, wangi, haha hihi ama temen-temennya.” – Dan aku hanya terdiam meringis.

Kenapa aku hanya terdiam dan meringis? Yang pertama, karena yang berkata itu adalah saudara yang lebih tua dariku. Ra wani njawab, ndak kualat, dadi jambu mete, hehe.. Yang kedua, aku teringat kata-kata ibuku, bahwa wong urip iku WANG-SINAWANG, sing ketok kepenak durung tentu kepenak tenan, sing ketok ra kepenak durung tentu ra kepenak tenan.

Tahukah saudaraku, apa yang kurasa sebenarnya pada saat itu?

Ingin aku berkata, Aku juga sebenarnya pengen di rumah saja, daripada pagi-pagi harus menempuh kemacetan 1-1.5jam, dan akhir-akhir ini 2.5-3jam. Aku juga sebenernya pengen bisa arisan, kumpul ama teman di hari kerja, tanpa khawatir telepon panggilan dari kantor atau boss, njuk buru-buru balik kantor sambil deg-degan, takut dimarahi. Aku juga sebenernya pengen dasteran, kathok cendakan saja, dan tidak wangi sebentar, tidak harus buru-buru mandi di pagi hari. Aku juga sebenarnya pengen bisa punya waktu lebih untuk anakku, bercerita, menemani tidur siang, membantu mengerjakan peernya, dan banyak lagi. Aku juga sebenarnya pengen bisa ikut senam, yoga, pengajian ibu2, dan masih banyak lagi yang dilakukan pagi hari selain rutinitas ke kantor. Aku juga sebenarnya pengen bisa punya waktu lebih untuk memasak, mencoba resep baru, membikin kue, dan masih banyak lagi hal2 yang bisa kulakukan di dapur. Aku juga sebenarnya pengen bisa punya banyak waktu lebih untuk mengatur rumah, bersih-bersih, membeli pernak-pernik, mempercantik rumah, dlsb..

Mungkin saudaraku itu tidak tahu dibalik ceria dan kerapihan dan kewangian baju-baju kantorku itu, Saat aku dimarahi atasan. Saat aku dikejar deadline. Saat aku harus bertanggung jawab atas masalah personal dan kantor dari anak buahku. Saat aku harus membagi pikiran masalah kantor dan rumah. Saat aku harus memisahkan perasaan personal untuk bisa tetap fokus bekerja di kantor. Saat aku kepikiran pekerjaan jika di rumah, dan tak nyenyak tidur. Saat aku berselisih paham dengan sesama rekan kerja. Saat aku terancam jiwa ketika harus menegakkan kebenaran di kantor. Saat aku harus pasrah kepada Allah akan keselamatan perjalanan dinasku. Saat aku harus membagi pikiran dan tenaga di kala orangtuaku atau anakku sakit.

Tapi tak satu kata pun terucap dari bibirku pada saat itu..

Teringat salah satu cerita ibuku, Ketika suatu siang yang terik, di saat berhenti pada traffic light, seorang pengendara motor melihat ke sebelahnya, pria berdasi di dalam mobil mercy. Dalam pikirannya, enaknya di dalam mobil, ber-ac, adem, disopirin. Gak kayak gue, kepanasan, kena debu, asap knalpot, kasian banget deh gue.. Tapi sebenarnya, pria berdasi itu juga sedikit melirik ke pengendara bermotor itu dan berkata dalam hati, enaknya naik motor, bisa nyelap-nyelip kesana-kesini, gak kena macet berjam-jam bikin bete kayak gue. So..? Enak mana menurut anda? Pengendara motor atau pria berdasi dalam mercy? Itulah gambaran sederhana dari WANG SINAWANG itu.

Sekarang aku sudah pensiun, dan menjadi ibu rumah tangga full time. Berbekal kata WANG SINAWANG tadi, aku mencoba menikmati current time ku kini. Saat jadi karyawati ya harus dinikmati. Saat jadi ibu rumah tangga ya juga harus dinikmati. Untuk apa karyawati iri hati pada ibu rumah tangga? Untuk apa ibu rumah tangga iri hati pada karyawati? Tapi, Tak perlu juga menjadi karyawati itu berbangga hati. Tak perlu juga menjadi ibu rumah tangga itu berbangga hati. Kabeh kui mung WANG SINAWANG…


Yogyakarta, 3 Desember 2016
Renungan/catatan/uneg2 setelah hampir setahun pensiun dini 

Coz we are friends. No matter who i am, or where i am..

Rabu, 08 Februari 2017

NYEKAR IBU

Ada yg bilang, berdoa bisa dimana saja dan kapan saja.
Aku tahu itu.
Tapi kali ini aku ingin berdoa disini, saat ini.
Menyentuh pusaramu.
Bercakap denganmu, tak hanya berdoa.
Meski hanya berkata, "Ibu, aku kangen"

Ada yg bilang, yang sudah tiada tak bisa mendoakan kita.
Aku tahu itu.
Tapi kali ini aku ingin sejenak melepas penat duniaku ibu,
berkeluh kesah padamu, dan meminta restumu.

Ada yg bilang, tak bawa bunga tak apa.
Aku tahu itu.
Tapi kali ini aku ingin memaknai nyekar dg sesungguhnya.
Membawa sekar.
Sekar itu bunga.

Ada yg bilang, kalau sudah berpulang ya sudah putus amalanmu.
Aku tahu itu.
Tapi kali ini aku ingin merawat pusaramu.
Mempercantiknya, membersihkannya, merapihkannya.
Berbakti padamu krn kumerasa belum cukup dahulu.


Yogya, 22nov16

Airmata membasahi pipi


Senin, 06 Februari 2017

KENANGAN BERSAMA ALMARHUM AYAH (2016)

Almarhum Ayahku adalah orang yang tegas dan berwibawa, seperti orang tua jaman dahulu pada umumnya. Meskipun begitu, di dalam hatinya, Beliau adalah orang yang sangat sayang kepada keluarga, terutama anak-anaknya.

Waktu dulu aku masih kecil, setiap sakit, sesibuk-sibuknya Beliau, pulang kantor pasti menyempatkan diri memegang dahiku. Mengecek, panas atau tidak. Tak lupa membawakan apapun permintaanku karena biasanya setiap aku sakit karena menginginkan sesuatu. Entah itu boneka, buku, sepatu, atau perhiasan. Percaya atau tidak, setelah dibelikan permintaanku, maka aku akan sembuh. Ada cerita lucu tentang itu. Suatu saat aku ditanya oleh Beliau, “Kamu sakit memangnya kepingin apa nduk?”. Kujawab bahwa aku menginginkan gelang kaki emas. Dan pulang kantor Beliau membawakan gelang kaki emas besar, dan seperti biasa aku langsung sembuh. Tapi 3 hari kemudian aku sakit lagi, ketika tahu bahwa itu bukan gelang emas karena perlahan berubah biru dan luntur di kaki. Geli rasanya kalau ingat cerita itu lagi.

Ketegasan Beliau terlihat saat aku mulai beranjak dewasa. Waktu itu, usia dianggap dewasa adalah ketika berumur 17 tahun. Tepat sehari setelah perayaan ulang tahun ke-17 ku, Beliau mengajak ke RT, RW dan Kelurahan untuk mengurus KTP. Tapi Beliau hanya sebatas mengantar dan tidak ikut masuk. Kata Beliau waktu itu, aku ‘harus’ belajar mandiri. Satu hal penting yang banyak orang tua lupa (apalagi masa sekarang ini) untuk mengajarkan kepada anak-anaknya: kemandirian.

Kewibawaan Beliau yang paling aku kagumi tercermin dalam prinsip Beliau untuk selalu berada pada koridor aturan. Ada cerita menarik terkait prinsip Beliau itu, adalah saat aku mengurus SIM C pertama kali. Beliau samasekali tidak menganjurkan untuk memakai biro jasa. Aku harus lulus sesuai aturan baik itu teori maupun praktek dengan usahaku sendiri. Dibelikannya aku buku-buku tentang rambu-rambu dan aturan berlalulintas, dan akhirnya aku lulus teori. Sedangkan praktek? Jangan ditanya, aku tidak lulus! Tapi meskipun begitu masih ada kesempatan ke-2. Dengan telaten, sepulang dari Samsat, Beliau mengajariku di halaman kantornya dengan memakai kapur dan botol-botol di aspal. Dan untuk ujian praktek ke-2, aku akhirnya lulus.

Ketelatenan Beliau tentu saja merupakan cerminan kasih sayang kepada anak-anaknya. Seperti juga ketika setahun kemudian tiba waktuku untuk belajar mengemudi. Setelah selesai belajar mengemudi resmi di lembaga kursus setir mobil ternama di Yogyakarta, Beliau dengan telaten setiap jam 5 pagi menyuruhku sendiri menyetir mobil untuk membeli gudeg yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari rumah. Perlahan-lahan pintu gerbang pagar depan dibuka dan ditandai dengan botol oleh Beliau. Lama kelamaan jika dirasa oleh Beliau aku sudah mahir, maka pintu gerbang pagar itu akan ditutup separuh. Begitu sayang dan telatennya Beliau kepadaku.

Bahkan ketika jatuh pada pilihan suami yang tidak sepenuhnya disetujui oleh Ibuku, Beliau tidak marah. Beliau hanya bertanya menegaskan kepadaku bahwa si A ini adalah lulusan Fakultas Anu, kerjanya nanti menjadi Anu, apakah aku sudah siap? Ketika aku menangguk tegas, Beliau tidak bertanya lagi. Tanggung jawab, salah satu hal penting lagi yang diajarkannya.

Itulah Ayahku. Meski sebagian besar orang menilai Beliau galak dan kaku, tapi bagiku Beliau adalah orang yang hebat. Berprinsip, berwibawa, penuh kasih sayang dan mengajarkan banyak hal kepadaku.

Yogyakarta, 25 September 2016.
(Memperingati 8 tahun kepergian papah, 25 September 2008)...


 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design