Minggu, 19 Juli 2020

WHITE LIE

There is no such a white lie, menurutku. Paling sebel kalo ada yang bilang gitu, "Kan white lie?". White lie dari Hongkong? Bohong ya bohong aja, kecuali 3 hal yang diperbolehkan, menyelamatkan nyawa, mendamaikan yang berselisih, dan suami memuji istri atau sebaliknya istri memuji suami.

Dari kecil aku diajari oleh orang tua untuk tidak berbohong, dan setelah dewasa menyadari bahwa falsafah itu benar adanya. Kebohongan pasti harus ditutupi dengan kebohongan selanjutnya, jika ingin tidak terbongkar. Belum lagi harus selalu konsisten, melelahkan bukan? Mending jujur, enak, tidak membebani, apa adanya. Kalo salah ya salah aja, dimarahi ya diterima saja, tapi habis itu kan sudah. Makanya dulu saat mau pergi main, saat SMA atau kuliah ke tempat yang kira-kira Mamahku bakalan tidak memperbolehkan, tiap ditanya Mamahku, "Mau kemana?". Kujawab aja, "Mau main, bunek di rumah, capek belajar mulu". Dan biasanya ibuku gak bertanya lagi dan memperbolehkan. Baik ya Mamahku? Hehe..

Tapi ada saat aku berbohong sekali ssiihh, saat melamar pekerjaan di perusahaan tempatku bekerja dulu, saat fresh graduate sd pensiun dini sekarang (type setia, hehe..). Saat ditanya, "Melamar dimana saja?". Kujawab dengan mantap, "Gak ada pak, disini aja". Padahal saat itu aku melamar ke beberapa tempat. Spontan aja jawab itu, dengan pikiran bahwa ya harus menjawab dg baik dan mantap. Daaann bertahun2 kemudian, sang pewawancara yang notabene adalah Kabagku langsung mengungkit hal tsb, katanya hal itu adalah menjadi salah satu pertimbangan menerima kerja aku. Aku ngakak dan berujar, "Masak sih paakk saya bilang begitu? Padahal saat itu saya juga lagi melamar di Bank Anu, perusahaan Anu loh, haha..". "Woh, hooh to? Ngerti ngono ra tak tompo..", kata Kabagku itu sambil ikutan tertawa kecil dan ngeloyor pergi, hihi..

Nah, ada lagi nih terlalu jujur yang gak perlu. Saat pacar anakku yang beda agama ditanya ama anakku, "Gimana kalo kakak ketemu cewek yg cocok tapi agamanya sama. Pilih dia daripada aku?". Dan setelah berpikir sesaat, sambil menghela nafas, cowoknya anakku ini bilang, "Yaaa, akan aku pertimbangkan". Haduh, piye to kowe lee, jawaban salah, harusnya, "Ya milih kamu laaahh", dengan mantap, hihi.. Yasudah, saat anakku mutusin dia, itu jadi salah 1 pertimbangan juga, alasannya beda agama (meski sebenernya banyak alasan lain), kapokmu kapan. Daann, ketika sekarang anakku lagi pedekate lagi dgn cowok yang beda agama lagi, si mantan ini komen, geneeoooo (dalam bhs inggris tapi), haha..

Nah piye Lurs? Adakah 1 bohongmu yang berkesan? Ahihi..

 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design