Jumat, 13 November 2020

PENSIUN DINI

Suatu hari di tahun 2002, awal-awal aku mendapat promosi dari Kasie Akuntansi menjadi  Kabag Akuntansi & Keuangan dan "dikandangkan" (istilah anak buahku dewe yg ndlegek mengunekkan ibu buahnya yang sekarang punya ruangan sendiri, asemok), lagi jalan menuju ruangan dari ruang Dirkeu karena dipanggil. Mendadak lewat meja anak buahku yg mendlegek ini, kok ada buku Rich Dad Poor Dad (RDPD)? Sepertinya menarik. Judulnya kontradiktif ngono, isine opo yo? Sontak brenti, menimang-nimang, dan membuka sedikit, "Udah selesai baca belum? Pinjem boleh gak?", tanyaku. Anak buahku hanya mengangguk. Oke deh, sippo, kuambillah buku itu, dan kubaca saat itu juga dan lanjut di rumah.


Awal-awal bukunya menarik, lama-lama semakin ke belakang semakin mudeng buku apa itu. Oalah, buku yang all about money. Agak gak setuju sih sebenernya, apa- apa kok dinilai dengan uang. UUD, Ujung-Ujungnya Duit. Menurutku, banyak hal di dunia ini yang bisa dinilai tidak hanya dengan uang. Tapi, diluar itu, ada 2 hal yang menarik dari buku ini. Yang pertama, ide bahwa seharusnya orang itu pensiun dari pekerjaan tetapnya di usia 40 th, dan menikmati hidup. Apa jadinya jika kita bekerja terus hingga usia 58 th, kemudian berencana menikmati hidup setelahnya? Kelamaan dan ketuaan, hehe..

Rutinitas selama berpuluh-puluh tahun, kemudian setelah pensiun menyadari, bahwa rutinitas bekerja telah menjadi gaya hidup, dan lupa menikmati hidup ketika pensiun. Ketuaan, ketika kesehatan sudah kurang mendukung untuk aktivitas menikmati hidup itu. Contoh kecil, kolesterol, darah tinggi, penyakit jamak rata-rata umur segitu, jadi gak bisa menikmati soto betawi rempoa yang yahud bingits itu kan? Kan? Hihi..

Setelah bertahun-tahun bekerja untuk mencari uang, di usia 40 th adalah saatnya uang yang bekerja untuk kita. Taruhlah kita bekerja di usia 23 th, di usia 40 th berarti sudah 17 tahun bekerja, seharusnya sudah cukup waktu untuk mencari uang, dan saatnya membuat uang itu yang gantian bekerja untuk kita.

Hal kedua yang menarik, bahwa bisnis untuk mempersiapkan waktu pensiun adalah 10 tahun dari usia yang kita rencanakan untuk pensiun. Jadi jika kita berencana untuk pensiun di usia 40 th, maka bisnis harus dimulai saat kita usia 30 th. Wehlah kok meh pas iki? Saat itu usiaku 31 th, bisnis opo yoo, putar otak. Nah ini yang tidak ada di buku RDPR, berdoa, memohon petunjuk Allah SWT.

Dan tak disangka-sangka kesempatan itu datang, suatu hari, salah 1 staf seniorku menghadap dan berkata bahwa dia membutuhkan investor untuk memulai bisnis persewaan mobil. Aku percaya pada stafku ini, karena orangnya ubet dalam bekerja dan jujur. Tapi dalam bisnis, uang tidak ada teman dan saudara. Aku harus memperhitungkan faktor resiko, disamping perhitungan analisa keuangan tentu saja. "Butuh berapa pak?", tanyaku. "Gak banyak Bunda, atau tidak cash juga gak papa, kalo ada mobil nganggur boleh aja", jawabnya. Wah, menarik ini, investasi tapi tanpa duit, hehe..

Pikir punya pikir, kan mobil cuman 1 dipakai lagi. Tiba-tiba inget, kakakku punya 2 mobil, yang 1 sering nganggur, kutawarkanlah kerjasama itu, eh dia tertarik. At least, aku harus lihat dulu minimal 1 tahun, apakah usaha ini berjalan lancar? Apakah aman? Karena invest gede nih, 1 mobil bisa senilai 100jt lebih waktu itu. Saat itu aku belum dapat bagi hasil, hanya komisi.

Waktu berjalan 1 tahun, ternyata bisnis bagus. Mobil aman, pendapatan lancar per bulan. Ditambah lagi mobil terawat, karena stafku ini punya team, dan disewakan hanya ke perusahaan asing beserta sopirnya. Baru deh berani invest 1 mobil lagi, via kredit, dengan perhitungan matang. Dalam perhitunganku masih masuk, dan sesuai dengan prinsip pengelolaan keuanganku, bahwa untuk konsumtif tidak boleh kredit, tapi untuk barang yang harga terus naik (misal tanah atau rumah), dan untuk barang yang menghasilkan revenue, tidak apa-apa. Toh semua bisa dihitung. Bismillah, berjalan.

Alhamdulillah, jumlah mobil bisa terus bertambah, dan ketika th 2008, di usiaku yg ke-37 th, revenue dari bisnis itu secara bersih setelah dikurangi penyusutan (perlu dihitung untuk peremajaan setiap 5 tahun sekali), bisa mendapatkan paling tidak setengah dari gaji kantoranku. Perhitunganku, tahun depan, di usia 38th aku akan kuliah lagi S2, sehingga usia 40th lulus dan siap-siap mengajukan pensiun dini (pendi). Dengan bekal ijazah S2, aku akan mengisi waktu dg mengajar nantinya, sekedar untuk self esteem dan membagikan ilmu, sesuatu yg sangat kuinginkan pada akhirnya, sebagai nobel goal, bukan lagi mengejar uang.

Tapi rencana tinggal rencana, Allah rupanya berkehendak lain. September 2008, Papahku berpulang ke Rahmatullah. Sebelum berpulang, Beliau berpesan padaku, "Titip ibumu yo?". Aku hanya mengangguk, meski dalam hati berpikir. Kok titip ke aku ya? Bukankah aku di Jakarta, Mamah di Jogja? Dalam pemikiranku yang mendalam saat itu, titip, berarti mungkin biaya. Yasudah, rencana pendi aku tunda dulu, agar supaya lebih leluasa secara finansial memenuhi keinginan Mamah, apapun itu. Airmataku mengalir mengingatnya, Mamahku yg paling aku sayangi.

Ternyata curahan kasih dan sayangku ke Mamah hanya bertahan 2 tahun saja. September 2010, Mamahku ikut berpulang ke Rahmatullah. Sejak meninggalnya Papah, kesehatan Mamah semakin menurun. Mamah yg memang waktu Papah masih ada sudah keluar masuk RS, semakin sering sakit. Adalah menjadi keharusan bagiku untuk pulang ke Jogja jika Mamah sakit, meski hanya saat wiken saja.

Saat itu setelah Mamah tiada, aku merasa tugas yang diamanahkan Alm Papah telah selesai. Saatnya untuk pendi. Akan tetapi ternyata dengan bergantinya manajeman, peraturan perusahaan juga mengalami perubahan. Pensiun dini hanya dapat dilakukan setelah bekerja minimal 15 tahun (aku sudah lewat nih), dan berusia 45th. Pakai DAN sekarang, heleehh..

Yasudaahh, sesuai rencana awal, aku akan kuliah dulu, mendekati tahun ajaran baru, Juli 2011, aku mendaftar kuliah S2 UI, test, dan diterima, alhamdulillah. Akan tetapi lagi-lagi Allah berkehendak lain. Tiba-tiba ada panggilan Haji. Aku sangat terkejut waktu itu, karena baru 2 tahun sebelumnya mendaftar. Konsul ke akademik UI, akhirnya diputuskan untuk ambil cuti saja dulu, dan baru mulai kuliah 2012. Belum kuliah kok udah cuti, wisjiaan, wkwk..

Singkat cerita, aku lulus th 2014, akan tetapi baru bisa mengajukan pendi Januari 2016, persis saat usiaku 45th, di hari ulang tahunku. Akan tetapi, 1 th sebelum pendi, surat sudah kuluncurkan ke Direksi. Belum disetujui, malah ditawarkan posisi lebih tinggi di anak perusahaan, aku tak bergeming. Saat itu kebetulan ada temen yg menginfokan ada PTS di Jakarta yg membutuhkan tenaga pengajar. Aku pun melamar, saat wawancara ternyata yg dibutuhkan tenaga tetap, tentu saja aku belum bisa, kulepaskan kesempatan itu.

Awal 2016, ketika sudah pendi, aku msh dihire 6 bulan oleh perusahaan dg hanya wajib masuk 2x seminggu. Waktu itu ada tawaran lagi mengajar di PTS dekat rumah, semester depan. Tentu saja kusambut dg antusias. Tapi rupanya Allah berkehendak lain lagi, Februari 2016 anakku tiba2 memutuskan untuk pindah sekolah ke Jogja, karena ada masalah bullying. Meski ada Budenya, tapi sisa waktu selama hire itu kugunakan untuk wira-wiri Jakarta-Jogja mencari sekolah (sudah kutulis di blog judul tersendiri), dan merawat anakku, hingga aku sendiripun jatuh sakit, GERD (kapan-kapan kutulis ya, sembuhnya aku dari sakit ini).

Pengobatan selama 3 bulan membuatku turun berat badan sebanyak 6 kg. Keinginan untuk mengajar kupending dahulu. Dan kini, sudah 4 tahun sejak aku pensiun dini, ternyata ijazahku gak laku untuk mengajar di Jogja, karena disini lebih banyak yg muda-muda, hehe..

Tak apa2, selama rentang waktu 2016 sd sekarang, bisnis persewaanku masih berjalan, meski dengan jumlah mobil tidak sebanyak dulu, karena sebagian dialihkan ke property. Itulah yang kupakai sebagai penghasilan tambahan, disamping gaji suami sebagai PNS. Dan terkadang membantu jualan reseller saudara/teman di Jogja secara online, untuk kesibukan. Meski ukuran cukup masing-masing orang berbeda-beda, tapi itu sudah cukup bagiku, dan aku sangat bersyukur. Kini saatnya uang yang bekerja untukku, persis seperti yang dikatakan Robert Kiyosaki, penulis buku RDPR, meski yaaa, agak telat-telat dikit, hehe..

Sekian, semoga bermanfaat..

Berkebun, salah satu kegiatanku sekarang

Rabu, 04 November 2020

MOTORAN

Tergelitik tulisan rekan disini tetang romantika pacaran motoran, tak nulis yaa, hehe.. 

Dulu eike ketemu mantan yg sekarang jadi misoa, di KKN UGM di Candiroto, Temanggung, tahun 1993. Alkisah, suatu waktu jadwal saya pulang ke Jogja. Biasanya naik bus sih, kali ini tidak. Karena doiku ini ternyata mabok kalo naik bus, haha.. 

Jadilah kami motoran ke Jogja, 90 km loh, 2 jam perjalanan. Mayan pegel, harusnya. Tapi karena sama pacar ya gak kerasa tuh. Singkat cerita, motoranlah kita, berangkat sudah agak sore. Lha ternyata kok ditengah jalan hujan. Pakai mantellah kita, 1 berdua, seperti biasa, mantelnya yang model kelelawar, jadinya eike nunduk di belakang, kaki tetep basah dong yaa. Ada kali sejam posisi gitu, pegel, dingin. 

Mendekati posisi Jogja, hujan mereda. Meski doi masih pakai mantel, eike buka karena supaya bisa duduk tegak lagi, gak nunduk. Dan biasa, ada yang cari kesempatan dalam kesempitan. Langsung deh doi pegang lutut eike dan berujar, "Basah ya?".. Yak opo? Kudanan, yo basahlah. Harusnya pertanyaannya kan, dingin ya? Tapi karena masih awal-awal pacaran, masih malu-malu, ya kujawab aja, "Iya".., haha.. 

Masa-masa pacaran setelah KKN di Jogja, setiap malam minggu, jam 7 pas, doi selalu ngapel ke rumah. Jarak Sleman-Jogja gak masalah. Dan kita selalu disuruh pergi sama Mamaku, karena gak enak ama kakak katanya, raono sing ngapeli. Halah. Kita kok disuruh malam mingguan pergi, padahal gada duit. 

So, kadang-kadang kita cuman pergi putar-putar kota Jogja, aku masih ingat, doi dengan jaket hijau tebalnya yang wangii banget. Tapi wangi enak, madu kalo gak salah. Suka berlama-lama nempel karena baunya enak. Dan tau gak, pas doi udah pulang ngapel, waktu eike mau tidur, masih nempel loohh baunyaa. Mungkin di bajuku ato di daguku, ato di tanganku, baunya enaakk, wangi madu. Jadi inget doi, dan eike suka berangkat tidur sambil senyum-senyum sendiri, ehehe.. 

Bertahun kemudian, setelah jadi suami, bau wangi madu itu gak ada lagi. Pinisirin tapi tetep sama bau wangi parfum madunya dulu. Waktu kutanya, jawabnya, "Oh, itu dulu biang parfum yang kupakai, makanya tahan wangi. Yang jual mas A yang kost tempat Ibu, sekarang udah balik ke kota asalnya di Kalimantan, makanya gak bisa beli lagi. Ealaah, jebul biang parfum, pantes wangi bingits, haha..  

Sekarang, kadang-kadang jika masih ada kesempatan, baik di Jakarta maupun Jogja, jika deket-deket saja, aku minta naik motor aja. Dan biasa, aku nempel ke suami. Enak je, wangi dan anget. Meski sekarang ganti bau wangi shampoo, hehe. Masukin tangan ke kantong jaketnya. Kata suami, "Ngopo to mah? Koyo nang omah raiso wae..". Wisjiaann ra romantis blass, haha..



Sabtu, 19 September 2020

LAWUH TAHU TEMPE

Cerita ini bergulir karena tergelitik dari cerita teman jaman awal-awal masuk PNS, dan sepertinya kok mesakke nemen, untung bojoku orak, hehe..

Waktu masih pacaran dulu, suami sudah bercita-cita pengen bekerja sebagai PNS. Sebuah cita-cita yg absurd menurutku, kala itu. Lha aku yg punya bapak PNS aja gak mau nantinya kalo disuruh kerja jadi PNS. Waktu saya masih kecil, kami sekeluarga hidup berkecukupan dengan Bapak yang menjabat Kepala Balai Kecil. Waktu itu saya pikir gaji Bapak besar, Kepala Balai loh. Ternyata itu semua ditopang oleh Ibu yang mempunyai usaha catering. Saat menginjak tahun kedua kuliah, saat memenuhi syarat-syarat penerima beasiswa, salah satunya adalah surat keterangan pensiun bapak. Saya tertegun membacanya, 200 ribu. Uang segitu jaman itu memang bisa membayar uang kuliah saya 2 semester. Tapi 2 kakak yg lain yg masih kuliah di PTS? Belum buku-buku mereka yg tebal dan mahal (anak teknik). Belum untuk makan, bensin, dll. Waduh, berat nian tugas Ibu ternyata selama ini.

Eh, lha kok sekarang pacarku bilang begitu. Aku tertegun untuk kedua kali. Jaman old, pacaran itu untuk menyamakan persepsi, bukan hanya sayang-sayangan kayak anak jaman now. Lamaaa aku berpikir, tapi untung saat itu kami sudah sama-sama dewasa, jadi pola pikir sudah matang. Apa yg kubutuhkan? Materi atau hal yang lain? Keinginan kepingin jadi PNS itu diutarakan calon, karena melihat gaya hidupku yg sedikit agak hedon, kala itu. Tapi menilik bahwa calon ini orangnya tenang, bisa membuat hati nyaman, stabil, selalu optimis, sesuai apa yg kubutuhkan saat itu, aku, yang masih terkadang labil. Duit iso digoleki bareng. Wislah, lanjuuttt, hehe..

Kemudian hakok beneran, setelah sempat kerja sebentar di perusahaan swasta, calon ini diterima menjadi PNS, setelah melalui proses panjang. Kok iso yo, padahal kalo saja seleksi masih pake IPK kayak sekarang, mesti raiso, hehe.. Tapi sudah menjadi kehendak Allah. Iseng aku tanya beliau, "Nek aku ra nyambut gawe rapopo mas?" Jawabnya sungguh mencengangkan, "Rapopo". "Tenan?", tanyaku lagi mencoba meyakinkan. "Iyo", jawabnya mantap. Tapi dengan kalem, ditambahi jawabannya, "Asal gelem mangan lawuh tahu tempe.."

Weehh, hayo wegaaahhh, haha.. Lha aku anakke wong catering jee, dulu makan lauk apa aja ada. Tinggal milih, nyomot, yg mana aja boleh sama staffnya Ibu, haiyo wong anakke sing duwe, wkwk.. Jadilah saya, saat itu tetap bekerja, dengan ijin suami, niat ingsun membantu keuangan keluarga, dan bisa makan tahu, tempe, telur, ayam, udang, dll. Jadi, tidak ada cerita mesakkake di cerita saya sebagai istri PNS. Alhamdulillah, hehe..




Selasa, 01 September 2020

10 KOTA IDAMAN

Kemarin di beberapa WAG beredar picture yang memberikan urutan 10 kota idaman. Nomor 1 adalah Yogyakarta. Dan banyak teman serta saudara yang mengaminkannya. Tapi taukah teman, meski sekarang aku sudah pensiun dini dan tinggal di Jogja lagi, aku tidak termasuk yang mengaminkannya? Paradoks banget, hehe..


Bagiku, tinggal di kota mana saja bisa menjadi idaman, jika itu berarti dekat dengan orang yang kau cintai. Cintai tidak selalu harus kekasih/suami/istri loohh. Bisa juga anak, ibu/bapak, atau saudara2 kita. Klise? Mungkin. Tapi bagiku itu fakta dan pernah kurasakan, 27 tahun yang lalu. Dan fakta itu masih benar adanya sampai dengan sekarang. Nyatanya bahwa tinggal di Jakarta 22 tahun yang kata bu Tedjo, keras, aku merasa biasa aja tuh? Kalo tak bisa dibilang menikmati ya paling tidak mensyukuri. Dekat dengan suami, anak2, saudara2, teman2 kantor, teman2 sekolah/kuliah, tetangga yg baik2. Suami dan aku bekerja dengan baik, anak2 sekolah dengan baik. Idaman.

Kenapa bisa begitu? Flashback, cerita dimulai bulan Desember tahun 1993. Lama bingits ya, hehe.. Sebagai orang yang lahir dan besar di Jogja, kurang idaman apa coba kotaku ini. Asyik buat sekolah/kuliah, banyak tempat nongkrong, kala itu. Alkisah, malam minggu saat itu, karena gabut (istilah anak jaman now), jalan2lah aku naik motor keliling2 Jogja, dan berakhir dengan berhenti, thethek istilahnya, di depan benteng Vredeburg. Melihat orang lalu-lalang disitu saja biasanya akan menghibur hati, damai, tentram. Tapi tidak malam itu. Karena saat itu untuk pertama kalinya sejak 6 bulan sebelumnya, aku malam minggu sendirian, karena kekasihku ada di Jakarta, sudah diterima bekerja disana. Aku merasa sunyi di tengah keramaian. Sungguh rasa yg aneh.

Dari situlah kemudian aku menyadari bahwa sebenarnya bukanlah tempat atau kota yg bisa membuatmu bahagia. Rasa itu ada di hati.

Jakarta, kota yang menurutku biasa saja tadinya, plus macet dgn segala tetek bengek gak karuannya menjadi indah kala itu, ketika Januari 1994 kemudian aku menyusul kesana, karena diterima bekerja. Nongkrong di Blok M, jalan2 di Citraland, naik bus kota tanpa AC ke Pesing, naik motor ke Bekasi via Pondok Gede, jalan kaki menyusuri jalan Sudirman, OR pagi di Monas, menjadi indah saja tuh? Hehe..

Nah, sejak saat itu, jika ada yg berbicara dengan menunjukkan wajah heran kepadaku, kok bisa, seorang yg lahir dan besar di Jogja, mau dan betah hijrah ke Jakarta? Aku akan tersenyum dan berujar, "The world is only a place, the truly happines is in your heart"..




Minggu, 19 Juli 2020

WHITE LIE

There is no such a white lie, menurutku. Paling sebel kalo ada yang bilang gitu, "Kan white lie?". White lie dari Hongkong? Bohong ya bohong aja, kecuali 3 hal yang diperbolehkan, menyelamatkan nyawa, mendamaikan yang berselisih, dan suami memuji istri atau sebaliknya istri memuji suami.

Dari kecil aku diajari oleh orang tua untuk tidak berbohong, dan setelah dewasa menyadari bahwa falsafah itu benar adanya. Kebohongan pasti harus ditutupi dengan kebohongan selanjutnya, jika ingin tidak terbongkar. Belum lagi harus selalu konsisten, melelahkan bukan? Mending jujur, enak, tidak membebani, apa adanya. Kalo salah ya salah aja, dimarahi ya diterima saja, tapi habis itu kan sudah. Makanya dulu saat mau pergi main, saat SMA atau kuliah ke tempat yang kira-kira Mamahku bakalan tidak memperbolehkan, tiap ditanya Mamahku, "Mau kemana?". Kujawab aja, "Mau main, bunek di rumah, capek belajar mulu". Dan biasanya ibuku gak bertanya lagi dan memperbolehkan. Baik ya Mamahku? Hehe..

Tapi ada saat aku berbohong sekali ssiihh, saat melamar pekerjaan di perusahaan tempatku bekerja dulu, saat fresh graduate sd pensiun dini sekarang (type setia, hehe..). Saat ditanya, "Melamar dimana saja?". Kujawab dengan mantap, "Gak ada pak, disini aja". Padahal saat itu aku melamar ke beberapa tempat. Spontan aja jawab itu, dengan pikiran bahwa ya harus menjawab dg baik dan mantap. Daaann bertahun2 kemudian, sang pewawancara yang notabene adalah Kabagku langsung mengungkit hal tsb, katanya hal itu adalah menjadi salah satu pertimbangan menerima kerja aku. Aku ngakak dan berujar, "Masak sih paakk saya bilang begitu? Padahal saat itu saya juga lagi melamar di Bank Anu, perusahaan Anu loh, haha..". "Woh, hooh to? Ngerti ngono ra tak tompo..", kata Kabagku itu sambil ikutan tertawa kecil dan ngeloyor pergi, hihi..

Nah, ada lagi nih terlalu jujur yang gak perlu. Saat pacar anakku yang beda agama ditanya ama anakku, "Gimana kalo kakak ketemu cewek yg cocok tapi agamanya sama. Pilih dia daripada aku?". Dan setelah berpikir sesaat, sambil menghela nafas, cowoknya anakku ini bilang, "Yaaa, akan aku pertimbangkan". Haduh, piye to kowe lee, jawaban salah, harusnya, "Ya milih kamu laaahh", dengan mantap, hihi.. Yasudah, saat anakku mutusin dia, itu jadi salah 1 pertimbangan juga, alasannya beda agama (meski sebenernya banyak alasan lain), kapokmu kapan. Daann, ketika sekarang anakku lagi pedekate lagi dgn cowok yang beda agama lagi, si mantan ini komen, geneeoooo (dalam bhs inggris tapi), haha..

Nah piye Lurs? Adakah 1 bohongmu yang berkesan? Ahihi..

Rabu, 03 Juni 2020

DRAKOR (DRAMA KOREA)

Sesudah #stayathome selama 1 bulan lebih, ternyata acara tv sudah habis kujelajahi semua. Iseng-iseng lompat ke iflix, eh, ada seri drakor (drama korea). Tontonan pertama sebelumnya "Legend of The Blue Sea" cuman nunut adek, pake laptop dia. Gak pernah jenak nonton via laptop tuh. Capek. Nah, yang iflix ini ngasal aja, pilih "Rain and Shine". Karena memang itu yang ada di depan. Meski pemainnya gak terlalu ganteng, tapi ceritanya seru, ada cerita pedih dibalik romansa, berlatar belakang masa lalu runtuhnya sebuah mall. Wah, mayan ki, gratis, nontonnya nyaman, via smarttv. Lanjut.

Cerita ke3 iseng-iseng search, "My ID is Gangnam Beauty", karena pernah nonton 2 episode pertama sama adek gak diteruskan, karena ceritanya diawali dengan bullying, anakku gak nyaman. Yowis, kali ini nonton dewe. Jebul apik, ada moral of the storynya dibalik operasi plastik yang dilakukan pemeran utama wanitanya. And pemeran prianya juga ganteng maksimal, jebul anggota boyband Astro, pantes yo, hihi. Lanjut..

Drakor ke4, hasil liat deretan related film dari drakor sebelumnya, ngasal aja, ambil yang paling kiri, "Rich Man". Nonton 1 episode, menarik, lanjutlah, meski pemain cowoknya gak terlalu cakep, meski ternyata anggota boyband EXO juga. Tapi ceritane keren, ada benang masa lalunya juga, dan intrik bisnis. Di tengah-tengah seri, karena tugas negara kutinggal mangsak, tak pause doang. Eh, diterusin ama misoa. Beliau seneng karena ada intrik-intrik bisnisnya. Sebenernya gak papa sih, tapi spoilernya itu yang gak nahan. Masak pas kita mulai episode yang terputus kemarin, tiba2 doi bilang, "Mah, tuan Min akhirnya dipenjara loohh..". Yak opo papah kiii.., haha, lanjutt..

Drakor ke5, cari dulu di internet yang rekomen sekarang, tapi agak susah secara gak semua ada di iflix. Dapet deh "What's Wrong With Secretary Kim". Episode 1 kurang menarik, krn pemeran utamanya kurang ganteng, menurutku. Tapi lumayan lucu. Semakin kesini kok semakin lucu, yowis terusin. Misoa ikut nonton dan kepo karena pemeran wanitanya cantik katanya, hehe. Makin kesini kok ceritanya makin saru. Yo malah seneng. Misoa yo mengamini istrinya nonton drakor, soalnya habis itu biasane njuk colak-colek, haha. Lanjut..

Drakor ke6, semakin pintar search. Karena kategori drakor sebelumnya ternyata drama roman komedi, ya search itu aja. Dapetlah "Clean With Passion". Liat episode 1, lucu, meski pemeran prianya kurang ganteng, malah lebih mirip mas Roy Kiyoshi, haha, rapopolah, critane apik. Lagi2 ada benang merah masalalunya. Sama seperti drakor sebelumnya. Ada juga latar belakang penyembuhan penyakit mysophobia. Romanne yo lumayan ehem deh. Sampai episode 15, selesai, tak ganti tv biasa, karena mau manasin sop iga, anak lanang mau makan. Lha kok malah misoa yang ternyata diam-diam ikut nonton di belakang malah mbengok, "Terusin aja, tanggung kurang 1 episode inii". Ealah, sopo sing nonton, sopo sing kecanduan, haha. Lanjut..

Drakor ke 7, baru episode 2. Hasil search drama komedi di iflix juga. Critane lucu, rodo gak masuk akal, tapi gak papalah, buat tombo stress kok. Sebelumnya sempet coba 1 episode drakor lain, rekomen baca di internet, drama doang gak pake komedi, hanya karena pemeran wanitanya yg jadi sekretaris Kim, cantik, misoa suka, ternyata mboseni, tempo lambat, rasido tak teruske. Ditambah lagi ternyata si mbak sekretaris ini ketika tidak dandan sbg wanita karier ketok tuwir, tidak fresh. Drakor ke7 ini judule opo? Tentang opo? Nanti ya, reviewnya kalo udah tamat, hehe..

List drakor selama 2.5 bulan covid:
1. Legend of the blue sea
2. Rain and shine
3. My ID is gangnam beauty
4. Rich man
5. What's wrong with secretary kim
6. Clean with passion
7.

Legend of The Blue Sea

Rain and Shine

My ID is Gangnam Beauty

Richman

What's Wrong With Secretary Kim

Clean with Passion

Selasa, 12 Mei 2020

25 Tahun Perjalanan Pernikahan Kita

25 tahun perjalanan pernikahan kita, rasanya baru 25 hari saja saat kemarin aku bikin video, edit foto-foto, dan dengerin lagi lagu kita saat pacaran. Kasih by Ismi Azis. Ketika kuperdengarkan lagu itu, kamu cuma senyum-senyum dan berujar, "Hooh po?". Aku yakin kamu ingat, hanya saja malu mengakui. Seperti juga saat itu kamu pernah malu mengakui, mengirimi surat cinta aku berbendel-bendel, yang masih rapih kusimpan di Jakarta, dan malu mengakui pernah mengirimiku satu-satunya puisi yg kautulis dan kubingkai, tersimpan di rumah ibuku di Jogja. Ya, kamu memang mencintaiku dengan cara yang unik.

25 tahun perjalanan pernikahan kita, hari ini aku mengingat lagi saat pertama kita bertemu. Saat KKN, saat kita satu kecamatan saling kunjung-mengunjungi desa-desa tetangga. Saat itulah aku melihatmu. Seorang pemuda rapih, rambut agak gondrong sedikit, putih, keren, khas anak mapala, baju kotak-kotak flanel dimasukkan, celana panjang jeans, sedang khusuk sholat, makmum, ditengah-tengah perjalanan kita. Pemandangan yang aneh, kataku dalam hati. Biasanya orang keren itu gak sholat, ato orang sholat itu gak keren, pada jaman itu yaa, hehe.. Segera saja kutanya ke temenku, "Siapa itu?". "Oh itu Bobby, ketua kelompok desa J", jawabnya. "Salam ya", kataku lagi dengan ringan. Udah gitu aja. Dan aku sudah lupa ketika pulang. Tak dinyana, besoknya si Bobby ini datang ke desaku, dengan alasan pengen bantuin bikin peta desa. Padahal kata temennya, alasan sebenernya pengen liat siapa sih kemarin yang kasih salam ke dia, ahihi.. Dan sejak itu, hubungan kami berlanjut.

25 tahun perjalanan pernikahan kita, apakah mudah memperjuangkannya? Tentu saja tidak. Pada awal sebelum menikah, seperti orang Jawa pada umumnya, pernikahan adalah merupakan bersatunya 2 keluarga besar. Ibuku dan beberapa kakakku yang Katholik, tentu menjadi pertimbangan juga oleh calon mertuaku, yang sangat teguh dalam menjalankan ibadah Islam. Ketika kutanya ke pacarku ini, "Apa jawabmu mas?". Dengan enteng dia bilang, "Yang mau nikah kan aku, bukan Bapak-Ibuku".. Dan sebaliknya, ketika itu Ayahku masih kurang sreg dengan pilihanku, Beliau berkata, "Itu nanti kerjanya cuman tukang ukur tanah, kamu siap?". Kujawab mantap, "Siap Pah". Dan akhirnya, atas restu kedua orangtua kami menikah.

25th perjalanan pernikahan kita, aku ingat kita memulai segalanya dari nol. Saat pacaran, kamu belum bisa nyetir mobil. Kamu dengan segala kealimanmu, mau mengantarkan aku ke dokter hewan, memeriksakan anjingku yang lagi sakit. Aku menyetir dan kamu di sampingku, sedangkan Z anjingku ada di belakang. Dalam perjalanan, anjingku ini jalan ke depan, ke pangkuanmu. Aku tau kau tak suka anjing, tapi perasaan itu kamu tahan demi aku. Begitu juga saat aku nemu anjing baru, putih dan lucu namanya Snowy, susah payah kamu mau carikan orang untuk adopsinya. Di saat awal menikah pun, sungguh kita belum berpikir akan tinggal dimana. Saat itu, hanya 2 minggu sebelum menikah saat di rumah Kakakku di Bekasi, kita lihat iklan Pos Kota, ada rumah disewakan di daerah Radio Dalam. Langsung kita lihat, dan cocok harga, meski di dalam gang sempit, lalu kita sewa. Hampir 2 tahun kita disitu, dan kebanjiran 2x. Sungguh, kekuatan cinta, tak membuat kita berpikir panjang dan kesusahan.

25 tahun perjalanan pernikahan kita, tentu saja tak selamanya halus lurus. Berombak, berkelok, kadang harus memecah batu cadas. Ketika rintangan datang dan rasa sayang itu memudar, apa yang kulakukan? Mengingat kembali rasa cinta yang dulu sangat kurasakan. Ketika rindu padamu rasanya sangat sakit di dada, seperti sembilu menusuk jantungku. Ketika Jogja tiba-tiba menjadi terasa sepi, padahal saat itu aku sedang berada di keramaian malam di depan Benteng Vredeburg, kala kau mendahuluiku kerja di Jakarta. Dan tiba-tiba rasa hangat akan menjalari dadaku, rasa cinta itu kembali meluap di dalam dada.

25 tahun perjalanan pernikahan kita, apakah sama rasa cintaku padamu seperti rasa cintamu padaku? Entahlah. Yang pasti kamu selalu ingat hal-hal kecil tentang diriku. Aku ingat dulu saat perjalanan dinas ke Jombang, kita dapat hotel kecil. Saat itu kuajak kamu dan anak-anak yang masih kecil, karena kebetulan long wiken. Kau berujar pada staff proyek kala itu, "Ada hotel yang lebih bagus gak?". Dijawab sama staffku, "Ada pak, tapi di Kediri, gimana?". "Gak papa, gak terlalu jauh kan? Yang penting ada air panas. Bunda gak bisa mandi air dingin, terbiasa mandi air panas", begitu kata suamiku. Padahal itu sudah malam. Kami pun menempuh perjalanan hampir 1 jam lamanya untuk pindah hotel, demi aku. Dan aku, hanya tersenyum simpul, kok ngerti, batinku, dalam hati, hehe..

25th perjalanan pernikahan kita, aku, kamu, kita, akan terus selalu belajar, meski waktu bersama telah berlalu selama ini. Karena manusia, cinta dan hidup itu akan selalu penuh perjuangan, pelajaran. Terimakasih telah memberikan warna pada hidupku. Seperti yang pernah almh Ibuku bilang, bahwa aku tak kan pernah bisa diam. Tak kan pernah bisa betah pada hal-hal yang stagnan. Flat life is boring me. Setiap riak itu datang, pada akhirnya aku menerimamu apa adanya, seperti kamu pun pada akhirnya menerimaku apa adanya. Aku kan selalu ingat kata-kata ibuku tadi, dan kemudian menyadari bahwa kamu ada disampingku, untuk memberi warna itu.

25 tahun perjalanan pernikahan kita, terimakasih sudah mendampingiku dalam suka maupun duka. Dalam sedih maupun senang. Dalam sakit maupun sehat. Dalam gejolak rasa dan emosiku yang kadang naik dan turun. Dalam diam, aku tau kamu mencintaiku. Dalam banyak bicara, kamu tau aku juga mencintaimu. Jangan pernah bosan padaku, jangan pernah bosan pada tingkah seperti anak kecilku, yang sampai sekarang pun masih suka duduk di pangkuanmu. Sampai kapan? Semoga sampai nenek-nenek pun aku masih begitu, karena itu caraku menjaga cinta kita.

Terimakasih suamiku..


Senin, 27 April 2020

Pulang Kampung vs Mudik

Hari kamis, jam 7 pagi, saat ngecek wag dan untuk bersih-bersih file. Nemu postingan di wag keluarga, larangan mudik mulai 24 april. Masih tenang2, anakku kan pulang kampung, bukan mudik. Tiket KA masih tgl 26 dan dapet. Duduk r.tamu and ngibril sama suami. "Mah, kereta gak beroperasi loh mulai besok", kata suami. "Hah, hooh po?", jawabku. Trus panik deh mbokne inii. Aduh, piye paahh..

Nanya sana, sini, akhirnya wa mastio. "Mattiooo, besok udah gada kereta gimana inii?". Ditelpun nak lanang ya belum bisa, wehlah. Gak kurang akal, lewat adiknya. "Coba kamu wa mastio, suruh telp mama, penting", kataku. Biasanya lewat adiknya wa malah dibaca. Anak sekarang. Hedeh.

Kalo aku sih udah tau bedane pulkam sama mudik. Gak tau orang lain, hihi. Memang anak2 kuliah udah libur dari pertengahan Maret, tp anakku ini lain. Disuruh pulang susaahh, masih bertahan untuk bimbingan TA. Bahkan awal maret pindah kost dari Nangor ke Bandung biar dekat bimbingan. Saat ITB tutup kampus, anakku masih bimbingan ke rumah dosennya. Saat bimbingan onlen, sekitar 2minggu yll, anakku masih bertahan karena TU masih buka, untuk urus sidang bisa kapan. Kepastian sidang setelah lebaran, baru didapat minggu ini. Hadehhh, mbokne sport jantung.

Begitu bangun, baca wa adiknya anakku terus telp. Mbokne mbrubut le ngomong. "Dah cepetan mandi, trus brangkat stasiun, beli tiket goshow, sarapan disana aja. Tiket lama biar dicancel papa onlen", kataku. "Ya mah, aku ik-ok dulu ya, baru bangun nih", jawab anakku. Jam 8 ituu. Nyantai banget, mbokne wis gragapan. "Yowis, cepet yo maass.."

Jam 9, habis papae selesai cancel, berujar, "Iso entek loh tikete mah, coba mbok liat tiket pesawat". "Emang masih ada pah?", tanyaku. "Ya coba aja kali ada", jawab suamiku. Cling! "Eh, masih ada jam 14! Piye ki?", tanyaku. "Kalo menurutku sih dibeli aja, wis langsung bandara", kata suami. Iseng2, tanya temen yg di perhubungan, "Kalo masih, mending beli aja wae nit, bener bojomu. Sapa tau nanyi malam diumumkan penerbangan juga ditiadakan", kata temenku itu. "Ndak iyo?", tanyaku lagi. "Ya jaga2..", jawabnya.

Yowis, langsung beli tiket, trus telp mattio lagi, "Mattio langsung bandara aja!". "Aku belum mandi maahh", jawabnya. "Ealaahhh. Yowis cepet mandi, sarapan disana aja. Naik gojek ato gocar, jam 10 berangkat daripada macet. Inget dulu kan, kita ke bandara naik mobil macet akhirnya turun trus naik ojek?", aku mengingatkan. "Iya mah", jawab anakku.

Wis, pokmen monitor trs ampe bandara, "Masuk dulu cek in, makan di dalam, mahal biarin, mam transfer uang". "Ya mah", jawab anakku. Selesai cek in mamae lego sak ndayak. Skrinning jg lolos, suhu 36.1°C, kondisi sehat. Bar kui anakku wa, plus foto bandara yg sepi, "Gada makan mah, yg buka cuman Roti-O, wkwk..". "Keluar lagi mattio", saranku. "Diluar juga gada yg buka, mah..", jawabnya. "Ya gofood lah", usulku lagi. "Males ah, udah gpp, aku beli Roti-O aja", katanya. Yowis.

Nyampe jogja tak pethuk. Adiknya ikut, gak turun2 dari mobil. Pengen liat dunia luar katanya, mesakke men dek, wkwk.. Ternyata bandara adusucipto tdk bisa masuk juga mobil, pdhl janjian di area drop off kedatangan, "Yawdah kamu keluar aja mattio". Dan dia keluar dgn melambai2kan kertas kuning, "Lolos mah!". Kartu kewaspadaan kesehatan. Alhamdulillah.

Dan dia gantian mbrubut crita, "Suhuku naik 0.1°C jadi 36.2°C dong mah, aku tadi makan Roti-O 2 ama susu coklat. Promo dah mah, masak segitu cuman 23rb. Roti-O nya buy 1 get 1, susu coklatnya diskon 50%". "Alhamdulillah mas", jawabku. Cerita berlanjut, "Tadi pesawatnya kecil banget loh mah, untung gak hujan. Landing aja goyang-goyang tadi". "Baling2 ya mas?", tanyaku. "Iya, mama udah tau ya?", pertanyaan retoris, gak kujawab. Mamae ngguyu wae. Yang penting selamat sd Jogja, dalam dekapan simbok, hehe. Eh, physical distancing ding..

Sampai rumah, sesuai protap, mamae lapor via wa ke pak RT, foto ktp nak lanang, dan foto kartu kuning. Kemudian oleh pak RT diberikan himbauan dari puskesmas, isolasi mandiri 14 hari. Aku bilang, "Gak usah diisolasi juga gak pergi2 dia sih pak. Di Jogja gada temen, temennya di Jakarta/Bandung, hobi main game onlen. Ngedon di kamar aja pak, kalo ngobrol ama temen/sodara ya lewat game onlen". Puskesmas juga tak infokan begitu. "Oh, ada gunanya juga ya game onlen", kata mbak puskesmas, wkwk...

Pasukan ninja hatori, hehe...

Kartu kewaspadaan kesehatan

Himbauan




Jumat, 17 April 2020

SUAMIKU PERNAH PDP

Papah gak libur? 2 hari berturut2 aku wa suami di Jakarta. Ketika pak Jokowi sudah memutuskan untuk meliburkan sekolah dan kantor, ternyata suami masih masuk kerja. Hati istri mana yang tidak was2 mendengarnya. Belum libur mah. Masih masuk, ini tunggu arahan Direktur untuk masuk bergiliran selama 2 minggu. Hatiku kecut. Suami tinggal sendiri di Jakarta, bagaimana jika dia sakit?
Tiba2 selasa sore suami wa lagi, mah nanti malam papah pulang. Ke Jogja? Tanyaku. Karena baru seminggu kemarin dia pulang ke Jogja, belum jadwal tiket keretanya (suami biasa sudah beli tiket untuk sebulan kedepan, biar murah). Iya, libur sampai jumat, ngapain juga sendiri di rumah. Oke, papah sakit gak? Flu mah, tapi tadi udah ke dokter klinik dikasih obat untuk 3 hari. Papah ada kontak dengan suspect gak? Kayaknya gak ada mah. Yawdah.
Jam 1 malem kebangun, iseng2 liat wag keluarga, ada link berita dikirim kakak sy, 1 karyawan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Jakarta, kantor suami saya, suspect corona, dan pak Menteri minta untuk dirawat di RS rujukan covid. Atiku ra penak. Meski suami sudah bilang gak ada kontak dengan suspect. Langsung saat itu juga aku wa suami, pah, besok sampai rumah mam bukain pintu, langsung masuk kamar mandi, baju jaket lepas semua mamah cuci, habis itu baru salaman ya, oke?
Sampai rumah, suami ternyata sudah pake masker, langsung protokol standar tadi aku jalankan, kemudian suami makan kuambilkan, minum obat, dan tidur. Ketika bangun tidur, suami mengabarkan bahwa ternyata karyawan yang suspect corona itu adalah pak S, kasubdit 1 direktorat dengan suami, dan pernah ketemu di klinik. Duh, sebenernya aku panik, dan hati berdegup kencang. Melihat kondisi suami yang lemas, hatiku berkata, ini sakit tidak biasanya. Meski tidak demam, tapi suami meriang, dan mengeluh kalau malam kedinginan. Suamiku ini orang yang daya tahan tubuhnya sangat kuat, biasanya jika flu ringan saja tidak terlihat sakit. Saking tidak terlihatnya, sampai kadang-kadang dia pulang, aku yang sakit, tertular. Segera saja tanpa sepengetahuan dia, aku wa kakakku dan beberapa teman SMA yang dokter. Kesimpulannya sama, bawa periksa ke RS rujukan covid. Susah payah aku mengajak suami periksa, tidak bersedia. Baru besoknya ketika ditelpon pak Direktur, suami bersedia periksa.
Kronologis selanjutnya saya sertakan dibawah, bagaimana vonis ODP kemudian PDP beserta kesulitan kami untuk meminta test terhadap suami. Pasang surut emosi dan hatiku jangan ditanya lagi, dalam kurun waktu 14 hari karantina pertama itu, 3 karyawan KKP meninggal suspect corona. Antara takut kehilangan, takut ketularan, tapi tidak boleh stress karena jika stress nanti sistem imun drop, dan saya masih harus merawat suami. Tidak mudah bagi istri merawat suami itu, karena ego seorang suami tentu saja masih. Setelah antibiotik habis, badan sudah enakan, suami mulai keluar kamar. Itu kesulitan kedua, karena saya harus mendisinfektan semua barang yang pernah dipegang suami, ya saklar listrik, gagang pintu, keran air (karena rumah Jogja hanya punya 1 kamar mandi). Dulu saat di RS rujukan, ketika pulang dokter bilang bahwa corona ini bisa sembuh sendiri, dan obat jika habis beli saja sendiri lagi, hati ini ngendelong, tapi masih bisa tersenyum. Pikiran masih bunek. Saat di rumah, baru kepikiran, lha kalo penyakit bisa sembuh sendiri, kenapa bu dokter, sampeyan, pake APD lengkap mbak? Copot aja kalo gitu, kan nanti juga sembuh sendiri, hadeh.. Le nggrundel nang ngomah.
Kini suami sudah sembuh, hasil swab 2x sudah negatif. Saya pun sudah diswab dan hasil negatif. Dibawah kronologis, saya cantumkan rincian obat dan makanan minuman yang kami konsumsi selama ini. Barangkali bisa sedikit membantu saudara dan teman-teman sekalian. Mohon maaf ini semua dari kacamata awam dan hati seorang istri. Dan sekali lagi, dari hati yang paling dalam, kuucapkan terimakasih tak terhingga kepada teman2 dokterku, teman SD, SMP, dan SMA, yang telah mendampingiku selama ini. Salam sehat!
Lamp.1. Kronologis, Lamp.2. Obat-obatan, Lamp.3. Jadwal makan dan minum
Lamp.1. Kronologis Rabu, 11 maret 2020, Suami ke klinik KKP Jakarta untuk tindakan cabut gigi (ke dokter gigi), bertemu dengab Bpk S di r.tunggu klinik (r.tunggunya sama), mengobrol. Bpk S (kasubdit, 1 direktorat dg suami) akan periksa ke dokter umum. Di klinik juga bertemu dengan staffnya suami, mas W, berobat ke dokter umum. Siangnya, bpk S merasa lemas diantar pulang ke rumah oleh staffnya. Jumat, 13 maret 2020, Bpk S masuk IGD sebuah RS di Bekasi (dekat rumahnya) dgn diagnosa sementara radang paru. Mas W kembali ke Semarang naik bis (memang rumah di semarang, setiap jumat pulang). Senin, 16 maret 2020, Mas W sudah tidak masuk kantor, ijin sakit. Selasa, 17 maret 2020, Pagi, suami berobat ke klinik KKP lagi tapi ke dokter umum, karena merasa flu, batuk, pilek, tidak enak badan (tapi tidak demam). Malam, suami kembali ke jogja dgn kereta, karena mulai tgl 18 KKP WFH. Dalam perjalanan mendapat kabar bahwa Bpk S suspect corona, dan mas W masuk RS Karyadi dgn keluhan sesak nafas, demam. Rabu, 18 maret 2020, Pagi, sampai di jogja, langsung masuk km.mandi tanpa menyentuh apapun dan tidak ada kontak fisik dg saya maupun anak. Kamis, 19 maret 2020, Pagi, mendapat khabar bhw akhirnya bpk S mendapat tempat rawat inap di RS di Depok, dan dilakukan test swab. Sore, sy antar suami ke IGD Sardjito dan diarahkan ke klinik homecare. Oleh dr.jaga dilakukan wawancara skrining, sementara sy melakukan pendaftaran. Semua petugas, perawat n dokter memakai APD lengkap, sy dan suami memakai masker. Kemudian disarankan untuk rontgen thorax dg biaya sendiri. Hasil rontgen diambil 3 jam kmdn, normal. Oleh dokter diberikan kartu dan monitor pemantauan dan dinyatakan ODP, tdk diberi obat, hanya obat dari klinik KKP Jkt diteruskan, jika habis beli lagi. Malam, Bpk S meninggal dunia Sabtu, 21 maret 2020, Pagi, setelah mendapat khabar bhw bpk S meninggal, sy menghubungi hotline covid Sardjito unt menanyakan test corona unt suami, tdk bisa. Sy datang ke RSUD Jogja, ternyata tdk bisa juga. JIH juga belum ada rapid test. Minggu, 22 maret 2020, Pagi, mendapat resep antibiotik unt 5 hari dari teman yg dokter unt mengobati bakteri penyertanya, karena keluhan suami masih sama, dan tdk diberi obat dari RS rujukan. Rabu, 25 maret 2020, Pagi, mendapat khabar bhw ada karyawan KKP Pusat yg meninggal dunia, suspect corona juga, namanya pak A. Akan tetapi tidak ada kontak dg suami selama 14hr sblmnya. Bpk A ini tinggal di depok, dan baru masuk RS 3 hari, sakit selama 1 minggu. Kamis, 26 maret 2020, Pagi, mendapat khabar bhw hasil swab mas W di rs karyadi sdh keluar, dan hasilnya positif corona. Sy coba hub RS Harjolukito untuk rapid test, ternyata blm tersedia jg. Hari ini Jumat, 27 maret 2020, Hasil test bpk S dan bpk A yg suspect corona blm keluar, dan sd hari ini juga suami belum ditest corona. Kondisi membaik, masih batuk dan lemas sedikit. Mohon dapat dilakukan rapid test kpd suami sy dan sy serta putri sy yang sdh tinggal 1 rumah sejak tgl 18 maret 2020 (10 hari). Kondisi sy dan putri sy baik2 saja, dan tetap menjaga asupan makanan bergizi, vitamin, sambil merawat suami, dan disinfektan rmh, barang, dll. Ttd Ibu Ratih Damayanti ----- Minggu, 29 Maret 2020 Mendapat khabar ada staff kpp pusat, pak AM meninggal, positif corona, tapi tidak ada kontak dg suami selama 14hr terakhir Jumat, 3 april 2020 Mendapat surat dari kkp pusat untuk rapid test, 22 orang salah 1 nya suami. Saat itu masih tdk bisa rapid test baik di sardjito, harjolukito, maupun bethesda. Sop sama, alat terbatas sehingga hanya unt nakes dan pdp rawat inap. Disarankan mencari sendiri rs yang bisa. Sabtu, 4 april 2020 Dilakukan rapid test di rsa ugm, hasil positif. Status naik menjadi PDP. Diminta isolasi mandiri lagi 14hr. Dijadwalkan untuk swab test hari senin. Senin, 6 april 2020 Dilakukan rapid test ke saya, hasil negatif. Tp krn pernah ada gejala ringan n kontak erat dg suami, maka di swab juga. Hasil swab saya n suami baru akan didapat 7-10hr kemudian. Sambil menunggu hasil, diminta merawat suami seolah2 sdh konfirm positif. Selasa, 7 april 2020, swab test yang ke2 Senin, 13 april 2020, hasil swab negatif
----------
Lamp.2. Obat Papa, 17 maret 2020, obat bisolvon batuk berdahak, vitamin becom-c, obat pilek, dari dokter klinik KKP Jkt 18 maret 2020, karena meriang, konsumsi sanmol 19 maret 2020, ke rs sardjito, tdk diberi obat 20 maret 2020, obat batuk habis, ganti sanadryl batuk kering. Sanmol berhenti, karena kedinginan. 22 maret 2020, obat pilek habis, tdk beli, sudah sembuh pileknya. Diresepkan antibiotik unt 5hr, azitromisin. 23 maret 2020, baru mengeluh nyeri sendi, diberikan biogesic. Cocok, tdk kedinginan. Diteruskan sd 3 hari. 27 maret 2020, vitamin becom-c habis, sambung ester-c dulu sementara. Antibiotik habis, membaik, nyeri sendi sembuh, tinggal batuk dikit, lemas dikit. Pagi ester-c, malam habatussaudah. 31 maret 2020, batuk sembuh, tinggal lemas dikit, blm sefit biasanya. 2 april 2020, beli vitamin becefort yg kandungan sama dg becom-c (becom-c di apotek kosong) malah lebih lengkap, trmsk vit E. 7 april 2020, Sd sekarang, becefort pagi dan habatussaudah malam. Ps. Semua obat dikonsulkan dahulu via wa dg teman dokter. Ttd istri, Ratih Damayanti (Saya setiap hari minum myk ikan, pagi dan habatussaudah malam sdh sejak sblm korona. Ketika tau suami sakit, saya tambahkan vitalong-c, jika tdk ada ester-c). ----------
Lamp.3. Jadwal Makan n Obat Papa: 06.30: makan pagi dg lauk sop ayam rempah. Minum vitamin becefort dgn pisang. 09.55: cemilan, telur rebus 1butir, 10.00: bejemur 10.15: minum air kacang hijau 12.00: makan siang sayur lauk lengkap. Buah pepaya. Minum myk ikan. 16.00: cemilan siomay/ekado kukus/bakpao (tdk boleh goreng2an), minum air kurma ajwa. 19.00: makan malam lengkap dg sayur dan lauk. Minum habatussaudah dg pisang. Ps. -Makanan/minuman/obat selain itu hrs sepengatahuan mama. -Banyak minum air putih hangat
 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design