Jumat, 26 Agustus 2022

Chemistry Reuni

Bulan September bagiku adalah bulan reuni, bulan lustrum. Ada lustrum SMP, SMA, dan sebagian teman ada yang mulai membahas bulan Desember untuk reuni kuliah (UGM). Ini mengingatkanku akan peristiwa beberapa tahun yang lalu.


Saat itu, aku menghubungi teman SMA yang juga teman kuliah, untuk ikut reuni kuliah, secara khusus. Karna teman ini sangat akrab denganku baik saat SMA maupun kuliah. Tapi sekali lagi dia menolak ikut dengan halus. Penasaran, kukejar saja alasan dia, kenapa kok berkali-kali reuni gak pernah ikut. Jawabnya, "Karna dengan temen-temen kuliah tidak ada chemistry". Jawaban itu sudah cukup buatku untuk tidak bertanya lagi. Karna aku menjadi termangu akan jawabannya. Kok bisa gitu ya? Padahal setiap reuni SMA temen ini dateng lo?


Bertahun-tahun kemudian, alasan temen tersebut akhirnya kuungkapkan. Dan ada jawaban teman kuliahku, yang kebetulan juga temen SMA, yang malah berbanding terbalik. Secara implisit dia justru menyatakan yang tidak ada chemistry justru reuni SMA. Biasa-biasa saja, hambar. Lebih seru reuni kuliah. Kok iso lo? Padahal 2 orang itu, SMA-nya sama sekolahnya, kuliahnya juga sama kampusnya, 😜..


So, kesimpulanku adalah, chemistry itu adanya di dalam hati. Bukan masalah teman, bukan masalah tempatmu sekolah ataupun kuliah. Sudah berapa tahun kita sekolah/kuliah? 30 tahun lebih, bukan waktu yang sebentar. Kenangan lama, kenangan pahit, kenangan manis, kita semua punya. Tapi apakah waktu selama itu akan kita gunakan untuk menyimpan kenangan pahit saja? Melupakan kenangan manis? As Shakespeare said, "If u love me, I'll always be in your heart, if u hate me, I'll always be in your mind".., hehe..


Reuni SD, SMP, SMA, kuliah, bagiku sama pentingnya, sama asyiknya. Ketemu teman lama, bercanda, tertawa, serasa jaman dulu, tanpa memandang apakah dia pejabat, direktur, guru, dosen, ibu rumah tangga, pengangguran, pensiunan, tukang parkir, pengusaha warung indomie, tukang service, seniman, wartawan, manajer, kutu kupret, bawang kothong, dll. Pokokmen koncoku, wkwk.. 


Apa aku tidak ada kenangan pahit? Ya ada.. Jaman dibully karena cungkring, jaman cinta bertepuk sebelah tangan, jaman ditikung temen sendiri, jaman diputusin saat jeda kuliah. Pahit, tapi itu hanya bagian dari sejarah. Tak perlulah disimpan dalam pikiran, apalagi dalam hati. Kenangan manis lebih banyak, temen-temen yang baik. Temen-temen SD yang tetap setia runtang-runtung (kemana-mana bersama-sama) nemenin aku main sehabis sekolah di warung bu Suwal sambil nunggu dijemput Bapak, temen-temen SMP yang tetap setia runtang-runtung  sambil nunggu bis kota, temen-temen SMA yang runtang-runtung motoran ke Geronimo, temen-temen kuliah yang runtang-runtung nemenin aku malam-malam lesehan ke beberapa tempat makan di sudut-sudut kota Jogja tanpa bertanya ada masalah percintaan apa. Itu sangat manis, sampai pahit yang dulu pernah ada, hilang 😁..


Jadi, kita besok ketemu di tempat reuni kan? Hehe..


Reuni kuliah

Reuni SMA

Reuni SMP

Reuni SD

Sabtu, 13 Agustus 2022

Kenapa Pilih SMA 3?

Suatu hari di Jogja tahun 1986, setelah lulus SMP. Gak nyombong lo, NEM-ku lumayan, 9 komalah pokoknya. Juara kelas, bukan juara sekolah tapi, masih kalah sama Ayes. Ya iyalah, jelaass, wkwk..


Sebagai anak bungsu dari 8 bersaudara, mungkin saat masih kecil, gizinya tercukupi, ortu sudah mapan, gak kayak kakak-kakakku yang lain, dadi rodo mletik. Makanya ortu berharap banyak, anak lumayan pinter nih, bisa dong masuk SMA 1, SMA Teladan. Jare.. 🤭. 


Tapi, ortu ngajak aku lihat-lihat sekolah yang lain juga dulu sebelum mendaftar. Pertama kali ditawari ke SMA 8, dengan alasan dekat rumah. Gak usah dilihat, aku udah hafal, lha kakakku kan sekolah sana. Dengan tegas kutolak, "Emoh, sekolah kok cedak banget". (Gak mau, sekolah kok dekat sekali). Dah gitu aja alasannya, hehe..


Ortu ngalah, kemudian mengunjungi sekolah kedua, SMA 1. Cuman liat dari mobil aja, aku gak mau turun. Liat bangunan sekolahnya. "Gak turun?", tanya ibuku. "Gak usah, lanjut aja sekolah ketiga", jawabku mantap.


Akhirnya sampailah kita ke sekolah ketiga yang diusulkan ortuku, SMA 3. Entah kenapa, baru masuk aja udah merasa jatuh cinta. Sekolahnya terkesan ramah, hidup, dan seakan menyambut kedatanganku. Masuk kedalam lebih asyik lagi, karna ternyata ada halaman luas ditengah, pohon besar yang bawahnya ada tempat-tempat duduknya. Kamipun duduk disitu sebentar, menikmati semilir angin, dan kemudian pulang.


Setelah sampai rumah, ibuku akhirnya nanya, "Gimana, suka yang mana sekolahnya?. Dan kujawab, "Suka SMA 3 mah, besok daftar sana aja ya?". "Kenapa lebih suka SMA 3? Gak SMA 1 aja?", Ibuku masih berusaha membujukku. "Gak ah, SMA 1 gedungnya kaku, serem, sajak (seolah) tidak bersahabat. Kalo SMA 3 enak, akeh wite (banyak pohonnya), ada tempat duduknya lagi bawahnya, enak buat ngobrol2", jawabku mantap.


Ibuku ngakak denger jawabanku, "Hla kok sekolahan penak nggo ngobrol, sekolah ki sinau yo nduk, haha..". Aku cuma meringis aja dengernya. Tapi beneran loh, kok ya gak kepikiran bangku dibawah pohon itu buat duduk-duduk sambil belajar. Kan enak duduk-duduk sambil ngobrol. Untung ibuku adalah seorang yang berpikiran terbuka dan tidak memaksakan kehendak. Besoknya, aku diperbolehkan mendaftar di SMA 3, dan bukan di SMA yang diinginkan ortuku.


Dan alasan itu rupanya sungguh membekas di hati Ibuku. Tiap ketemu sodara, tiap ketemu temennya, diceritain alasan kenapa aku pengen masuk SMA 3. Hanya karena wite ngisore ono bangkune, enak nggo ngobrol-ngobrol, 😜..


Bertahun-tahun kemudian, terbukti loh, memang itu bangku paling enak kalo buat ngobrol siang-siang. Istirahat kedua kalo gak salah, pas bokek, kaum kantong pas2an, uang saku cuman cukup buat umbar (istirahat) pertama. Sampe bel selesai istirahat juga gak denger kadang, guru lewat kita digusah (diusir) baru masuk kelas, haha..


Jogja hujan,

13 Agustus 2022


Reuni 2009, kembali ke bangku itu, hehe..

Temen sekelas F2, alm dabyut, aku, icong, gewor

 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design