Sabtu, 11 Februari 2017

SITUS WARUNGBOTO


Namanya pak Gono. Beliau adalah bapak2 penjual angkringan di dekat pintu masuk situs warungboto. Orangnya ramah, dan banyak cerita. Dari beliau mengalirlah banyak cerita situs ini, yang tidak bakalan bisa kita temui melalui browsing internet.

Obrolan dimulai dari cerita masa kecil beliau, yang saat itu masih bisa berenang di situs itu. Nama ngetop situs warungboto oleh penduduk sekitar (termasuk saya and mbakyu2 and kamas2ku) adalah Tuk Umbul. Tuk dalam bahasa jawa artinya mata air, sedangkan Umbul juga berarti sama. Pengulangan kata, hiperbola, hehe.. Makanya daerah tempat situs ini juga dinamakan kecamatan Umbulharjo, yang artinya mata air yg memakmurkan.

Ceritapun bergulir ke saya. Waktu saya kecil, Tuk Umbul ini sudah hampir asat (kering, tidak ada airnya). Meski begitu, saya kecil masih sempet keceh (main air) disini, tapi sudah tidak bisa berenang. Berjalannya waktu, modernisasi dan bermunculannya sumur2 bor, Tuk ini mulai ditinggalkan. Lumut mulai bermunculan disana-sini, dan terkesan singup (angker). Itu terjadi sekitar tahun 80an. Konon ternyata, menurut pak Gono, ada yang bunuh diri di Tuk ini. Sekitaran tahunnya sama di tahun seingat saya Tuk ini mulai singup. Menurut cerita pak Gono, ada seorang pemuda lari dari dalam kampung warungboto langsung menyeberang jalan dan terjun ke dalam Tuk. Cerita ini baru kudengar sekarang. Serem ya? Hii.. Untung udah selesai explore-nya, hehe..

Pak Gono dengan semangat melanjutkan (lihat foto beliau dengan gaya nuding2), menanggapi pertanyaan saya tentang kenapa pintu depan belum dibuka, sehingga kita harus turun di gapuro selatan situs, mlipir utara dan lewat belakang. Konon kata pak gono, renovasi memang belum sepenuhnya selesai. Masih ada tanah 350m2 didepan, dan sekitar 150m2 di belakang, yang masih belum bebas. Lagi2 pak Gono mempertanyakan, kenapa ya mbak, tanah dengan benda purbakala gini kok bisa penduduk itu punya sertifikat hak milik? Karena gak punya jawaban, sy hanya mesem, manggut2, dan nyeruput teh manis anget plus nyomot pisgor dinginnya.

Menurut beliau, di belakang situs itu (yang saya tau adalah langsung berbatasan dengan kali gajahwong), masih ada peninggalan bersejarah, yaitu berupa patung ular dan patung manuk beri. Haini, menarik..! Luas antara situs dan kali itulah yg masih dikuasai penduduk yg bersertifikat shm dgn luas 150m2. Sayang ya jika tidak dilestarikan? Moga2 patung itu msh ada sd sekarang. Menurut pak Gono sih masih, tapi sayang sy ternyata tidak berkesempatan melihat dengan mata kepala saya sendiri ke arah sungai, karena harus buru2 pulang naik motor, keburu hujan bok (jarak antara situs dg rumah kakak yg sy ngengeri hanya 950m saja, miturut mbah gugel mep, hehe)..

Yang masih menjadi misteri bagi sy adalah keberadaan makam, yg kata mas2 parkiran ada di sebelah kiri situs. Sy gak nemu jee.. Plus jika ada, itu makam siapa? Mungkin next, harusnya ada next ya, wong deket rumah ini, hehe, sy harus explore situs ini lagi. Tapi konon kata mbak Rita, kakak sy, makam itu adalah makam abdi dalem yg ditugaskan menunggu petirahan ini. Spt diketahui, situs ini dahulunya adalah tempat peristirahatan (pesanggrahan) Sultan HB II. Masih lanjut pertanyaan sy sebenernya, kenapa harus dibangun disini? Sedangkan sudah ada Tamansari? Dan lagi letak warungboto ini (dahulu bernama pesanggrahan rejowinangun) cukup jauh dari istana, malah sudah hampir mencapai daerah Bantul. Apa mungkin saat Sultan jalan-jalan berkuda, membutuhkan tempat peristirahatan kemudian? Angan2ku menjadi melayang2, hehe..

Monggo yg mau menikmati situs ini, semoga informasi ringan diatas cukup bermanfaat. Sukur2 bisa kontribusi melengkapi cerita sy diatas tadi hehe.. Btw, situs ini memang belum dibuka resmi, sehingga masuk masih gratis, paling hanya bayar parkir 3000 yg dikelola penduduk setempat.

Masukan sy untuk pengunjung, mohon hormati situs peninggalan bersejarah ini. Minimal, jangan foto berdiri diatas Tuk, bahkan ngangkangi Tuk. Mata air adalah sumber kehidupan. Tak pantas rasanya apabila kita “nranyak” terhadap sumber kehidupan tsb.

Masukan untuk dinas kepurbakalaan. Mohon dapat dilengkapi cerita awal tentang situs ini di pintu masuk. Sejarah asal muasalnya situs. Perbanyak rambu2 dan tanda larangan untuk melestarikan budaya.

Cerita lucu dari kunjungan kemarin, ada sekelompok muda-mudi trendi poti2 di situs. Mereka berlima atau enam. Setelah selesai dgn santainya salah seorang pemuda nyeletuk, sebenernya tempat apa to ini..? Hadeh, pemuda harapan bangsaaa, sampeyan kan bisa browsing2 dulu sblm mengunjungi salah satu tempat hits di Jogja, yg mungkin kamu liat fotonya di IG? Jangan cuman browsing berita ra mutu selebgram aja looh.. Karena mesakke, ya tak terangin kepada mereka situs apa itu, plus keterangan bahwa sy tau karena penduduk dekat situ. Lha kok malah temen pemuda itu ganti nanya dengan muka tengilnya, ibu guide ya? Bukaann, dgn muka datar kujawab. Untung aku wis sweet-forty le, wis rodo wise saiki, nek jik podo umure, wis tak jotos sampeyan, wkwk..

So, selamat menikmati keindahan Jogja ya gais.. :)

Ref:
http://kamuslengkap.com/kamus/jawa-indonesia/arti-kata/umbul https://suharjono.wordpress.com/tag/harjo/ http://yogyakarta.panduanwisata.id/wisata-sejarah-2/situs-warungboto-jadi-keren-lho-yakin-nggak-mau-kesini/


0 komentar:

Posting Komentar

 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design