Note ini kutulis untuk memenuhi janji pada seorang teman dan seorang saudara. Maaf lama, ha lali jee, hehe..
Awal Februari 2016, setelah pemikiran yg mendalam sekitar setahun lamanya, akhirnya anakku perempuan memutuskan untuk pindah sekolah ke Yogyakarta. Hari itu hari rabu, langsung ketelepon kakakku yg mukim di Jogja untuk mulai cari2 info sekolah disana, info awal sebelum nantinya sy dan anak wedok memutuskan untuk mencari sekolah on the spot di Jogja.
Karena bukan awal semester dan sudah kelas 2, ternyata gak gampang mencari info itu, ditambah lagi kakakku juga sedang sibuk mengurus pelatihan di Jogja. Alhasil, hari Senin kami bertiga (sy, anak wedok dan prt), memutuskan untuk berangkat ke Jogja by train. Jag ijug ijag ijug, hehe...
Selasa, perburuan pun dimulai. Kami bertiga, saya, kakak sy dan anak wedok, mulai mendatangi sekolahan satu persatu. Jadwal hari ini adalah sekolah swasta dekat rumah kakak sy di veteran. Tanggapan bagus, tinggal masuk, uang pangkal sekian, tidak masalah. Tapi melihat kondisi fisik sekolah yg kurang terawat, anak sy meminta melihat sekolah lain.
Kami pun mencoba mendatangi sekolah swasta nasional di kawasan jalan magelang. Sekolah bagus, gurunya welkam, uang pangkal masuk akal. Tidak ada masalah. Hati sudah senang dan berbunga2. Wah, akhirnya dapat sekolah neh, cepat juga hehe.. Tapi ternyata ketika bagian administrasi melihat rapor, kelas 11. “Maaf bu, sekolah SMA baru dibuka tahun ini, jadi kelas 11 belum ada, baru angkatan 1”, kata mbak admin. Aduh mbak, bukannya dari tadi, tiwas udah keliling2 sekolah segala, ealah, haha..
Jam sudah menunjukkan waktu makan siang, kami pun makan di sebuah restaurant di daerah jakal atas undangan kakak saya yg lainnya. Perburuan hari ini selesai, karena setelah ini kami harus mengantarkan kakak laki2 sy untuk kontrol tulang di RS Panti Rapih.
Rabu, anak wedok memutuskan untuk tetap mencoba mencari sekolah Negeri, meskipun informasi awal dari kakak (sebelum kami datang ke Jogja), adalah NEM tidak msk, karena memakai NEM luar kota (lebih tinggi 1 sd 2 point diatas NEM dalam kota). Maka kami pun mencoba sekolah Negeri diluar Kodya, yaitu di Bantul, yg masih relatif dekat dari veteran.
Pertama yg harus dilihat adalah NEM pada saat tahun masuk, yaitu 2014. Jika memenuhi syarat, kemudian baru dilihat apakah kursi tersedia. Ternyata keduanya bisa, maka anak wedok bisa msk ke sekolah ini. Tapi lagi2 mungkin sixth sense-nya berbicara, hehe.. Msh kurang sreg. “Coba lagi coba mah, sekolah Negeri di Jogja”, kata anak wedok. Okelah, siapa takut? Mamae sopo to.. :)
Kami pun meluncur ke 2 sekolah negeri di Kodya yg menurut perkiraan kami NEM masih masuk. Tentu saja sekolah2 favorite sudah tidak masuk daftar kami, untuk mempersingkat waktu pencarian. Sekolah pertama di daerah Ngupasan, NEM masuk tapi kursi sudah penuh. Sekolah kedua di daerah Jetis, NEM tidak masuk tapi kursi masih tersedia. Di sekolah kedua ini sungguh aduhai, karena permintaan kami untuk bertemu bagian kesiswaan tidak dikabulkan, dan hanya diterima pegawai TU, beliau dibalik meja resepsionis, dan kami berdiri. Hanya dijawab NEM tidak masuk, tidak bisa. Wis ngono thok, tanpa solusi, mengingat ini anak pengen sekolah looh, mau belajar looh, ealah..
Waktu makan siang tiba, kakak saya yg rumahnya Jakal bergabung dan kami makan di daerah jalan Jend Sudirman. Hujan deras. Setelah makan kami pun lanjut ke sekolah Negeri dekat situ. Kali ini kami berganti strategi, hanya mau ketemu Kepsek. Tapi yg ini lebih aduhai lagi. Kami diterima Kabag Kesiswaan, sedangkan Kepsek tetap di ruang kacanya (kelihatan). NEM tidak msk meski kursi ada. Bahkan Bapak ini berkata, meski anak Presiden kalo memang NEM tidak masuk, ya gak bisa. Kalo sampai ada sekolah Negeri di Jogja yg bisa menerima (kelak), sy angkat jempol tinggi2. Wehlah, rodo2 iki.. Tapi kemudian melunak ketika tau kakak sy yg Jakal itu, anakny dulu alumni dan menyumbang banyak piala untuk sekolah dalam lomba pidato Bahasa Inggris. Hanya jika ada rekomendasi Diknas. Wah, tantangan baru neh..
Waktu msh sempat neh, kami beranjak ke SMA Islam swasta di kawasan Maguwoharjo. Parkir depan gak bisa, padahal tamu kita neh, mau menambah pundi2 uang mereka kalo diterima, ya kan? Hehe.. Akhirnya kita parkir di belakang, padahal masih hujan, berbasah2an dan mlipir2. Akhirnya diterima ibu2 di ruang TU. Kursi sudah penuh katanya, padahal sebelumnya ada info dari temen yg anaknya sekolah disini kalo ada yg pindah. Kami terus mencoba beberapa jurus rayuan, sampai akhirnya si Ibu bersabda, “Bahkan jika pak A sebagai pendiri sekolah ini yg menitipkan orang, jika tidak ada kursi ya tetap kami tolak bu..” Oalah, galake, wkwk.. Yowis rapopo, durung rejekine.
Lanjut dari situ waktu sudah sore, kami berspekulasi mendatangi sekolah terakhir, SMA Negeri di jalan Magelang. SMA-nya kakak sy yg nomer 2. Kami langsung bertanya pada pak Satpam dimana ruang Kepala Sekolah, dan tanpa diduga malah langsung diantarkan ke ruang Kepsek dan Wakepsek. Dan kemudian diterima langsung oleh Ibu Kepsek. Orangnya ramah dan sangat membantu kami, mengerti kesulitan kami. Setelah tahu bahwa pindahan dari luar kota dan melihat NEM serta rapor anak sy, maka Beliau memberikan informasi untuk besok pagi ke Diknas Yogya, bertemu langsung dg Kepala Diknas Menengah. Pesan Beliau untuk datang jam 7 pagi dan langsung bertemu dengan Ibu Kepala Bagian, jangan dengan anak buahnya, karena supaya tepat solusinya. Alhamdulillah, secercah harapan telah terbersit, dengan informasi dan keramahan beliau, hilang sudah capek fisik dan capek hati tadi, hehe..
Karena waktu telah beranjak maghrib, maka kami pun mengakhiri perjalanan hari itu dengan mengunjungi Ibu Mertua di sekitar jalan magelang juga. Memohon restu dan doa, agar esok hari urusan lancar dan cucunda tercinta bisa segera mendapatkan sekolahan.
Kamis, kami pun (saya dan kakak sy) berangkat pagi-pagi sekali ke Diknas Yogya di jalan Hayam Wuruk. Kami berdandan rapi, berbaju batik, bersepatu pantofel, dan meneneteng map. Agak was2 karena jam telah menunjukkan pk.07.15 ketika kami sampai disana. Ternyata ada apel pagi. Wah, Ibu Kepala yang kami tunggu belum datang. Dalam hati kok tumben ya? Sudah jam segini, jangan2 Beliau tidak masuk. Setiap ada orang yang menanyakan keperluannya apa, sy hanya menjawab ingin bertemu Ibu Kepala, sy dari Jakarta. Sesuai arahan kemarin. Alhasil kamipun diminta menunggu di ruang tunggu khusus Ibu Kepala, mungkin dikira kami dari Diknas Jakarta, hehe..
15 menit setelah apel selesai, baru Ibu Kepala datang. Menanyakan dengan ramah keperluan kami. Alhamdulillah Beliau sangat kooperatif dan mengerti kesulitan kami. Segera Beliau meminta anak buahnya menyiapkan data NEM seluruh SMAN di Yogya pada tahun anak sy seharusnya masuk kelas 1. Setelah dilihat, ternyata anak sy bisa masuk di 4 buah sekolah SMAN dengan NEM dalam kota. Beliau merekomendasikan kami untuk memakai NEM dalam kota dengan melihat fakta bahwa kami berdomisili di Yogya. Nantinya harus dibuktikan dengan surat domisili sementara dari RT/RW untuk anak sy. Kemudian Beliau menyarankan kami untuk mendatangi masing2 sekolah tersebut untuk menanyakan ketersediaan kursi.
3 dari 4 buah sekolah rekomendasi tadi kemarin sudah kami datangi. Jadi tinggal 1 sekolah lagi, di daerah Mantrijeron. Maka kami pun tak menyia2kan waktu dan beranjak kesana. Sebelumnya kami pulang dahulu ke Veteran, untuk menjemput anak sy. Setelah sampai di sekolah yang kami tuju, kamipun langsung menemui guru jaga untuk meminta ijin bertemu Kepsek. Setelah guru jaga menelepon ke dalam dan mendapat konfirmasi bahwa Pak Kepsek ada, kamipun diantar ke ruang TU. Tak berapa lama keluarlah Bapak2 yang mengenalkan diri sebagai Kabag Kesiswaan. Weh, Pak Kepseknya tidak berkenan menemui kami, yasutralah..
Kami pun langsung mengutarakan maksud kedatangan, termasuk rekomendasi dari DiknasJogja. Kami juga menanyakan ketersediaan kursi. Bapak ini menjawab bahwa kursi masih banyak. Kami pun lega. Tapi ketika melihat ijazah, NEM dan rapor, Beliau langsung bertanya apakah anak sy dari SMA swasta di Jakarta? Tentu saja sy iyakan. Dan langsung saja Beliau berkata,”Kalau begitu gak bisa bu”. “Lha kenapa pak? Kmrn kami sudah konsul dengan Ibu Kepala Bagian Menengah di Diknas Jogja boleh tuh pak?”, jawab sy. Eh, dengan entengnya si Bapak menjawab, “Ya gak tau saya, itu mungkin aturan di Diknas, kalo disini gak bisa. Ha nanti kalo dari swasta diperbolehkan masuk negeri, semua orang berbondong-bondong masuk kesini”. “Ya enggak berbondong2 to pak, ini anak sy aja kok”, jawab sy. “Ya pokoknya gak bisa, pindahan swasta ya masuknya swasta. Kalo sampai ada sekolah Negeri yang bisa menerima putri panjenengan, sy acungin jempol”, begitu kata Beliau. Hadeh, agak gondok sebenernya, menurutku kok gak masuk akal ya? Diknas memperbolehkan, sekolah lokalnya malah yg enggak. Tapi yo gandeng butuh, kami diam aja, buru2 bilang terimakasih dan pamit. Selak wegah weruh Bapake hehe..
Harapan terakhir, kami pun melaju ke SMA Negeri di jalan Magelang, yg kemarin menyarankan kami untuk ke Diknas. Karena ternyata termasuk dalam 4 sekolah rekomen Diknas, dan kmrn kami telah mendapatkan informasi kursi tersedia jika NEM dalam kota. Setelah terlebih dahulu makan siang di warung soto, kami pun sampai di sekolah tersebut dan langsung ditemui oleh Ibu Kepsek. Beliau pun menanyakan solusi yg diberikan oleh Diknas. Setelah kami informasikan bhw anak sy bisa memakai NEM dalam kota dg surat domisili sementara, Beliau pun mempertanyakan kenapa Diknas tidak menelepon ke Beliau. Kebetulan kemarin ibu Kabag Menengah di Diknas juga sudah menyarankan pada kami, jika sekolah yg mempunyai kursi sudah ketemu, maka dipersilahkan untuk menghubungi Beliau.
Kami pun menyampaikan info tersebut, dan kemudian Ibu Kepsek mohon ijin sebentar untuk menelepon Diknas. Kami bertiga H2C diluar, plus komat-kamit berdoa. Semoga kali ini anak sy dapat sekolah, aamiin.. Tak berapa lama Ibu Kepsek pun menemui kami dan mengabarkan bahwa benar telah ada rekomendasi Diknas. Alhamdulillah, sungguh tak terkira senangnya kami saat itu. Tidak sia2 perjuangan kami 3 hari ini kesana kemari dengan menemui berbagai macam arogansi sekolah. Beliau langsung memerintahkan Bagian Kesiswaan unt membuat surat keterangan diterima, dan kelengkapan lainnya menyusul. Kamipun akhirnya ditemui Bapak Kabag Kesiswaan, dan Ibu Kepsek kembali masuk ke ruangannya, setelah sebelumnya memperkenalkan dan mempersilahkan proses selanjutnya. Sungguh kami merasa dimanusiakan. Begini lah seharusnya unggah ungguh Jawa dalam menerima tamu yg benar, dengan mengesampingkan apakah kami diterima atau tidak.
Jumat, dengan berbekal surat penerimaan kemarin, sy pun kembali ke Jakarta untuk mengurus surat pindah dari sekolah lama. Kali ini dengan senyum mengembang di wajah. Sungguh, total 3 hari perburuan yg melelahkan.. :)
maaf bu saya mau nanya anak ibu pindah ke magelang apakah nemnya di pertanyakan bu? terima kasih saya harap ibu menjawab pertanyaan saya hehe:)))
BalasHapusKalo saya mau tanya" soal pindah ke smansa magelang secara lebih lanjut boleh tidak??saya butuh infonya:(( mohon bantu saya
BalasHapusMaaf mbak, sy baru baca komennya, kok gada notif ya?
BalasHapusSy gak tau info kalo di magelang, mungkin bs ditanyakan lgs ke sekolah yg dimaksud. Tp sepertinya tetap ditanya NEM.
Sekolah anak sy yg sy maksud di blog diatas itu di Jl Magelang km 5 mbak, masih masuk wilayah Kodya Yogyakarta..