Ibuku tersayang meninggal tahun 2010. September 2010, di usia 73 tahun. Menyusul Ayah, yang sudah mendahului 2 tahun sebelumnya. Saat Ibu berpulang, aku, anak bungsu, usiaku masih 39 tahun waktu itu. Dengan kesibukan kantor yang masih banyak, urusan anak-anak yang masih kecil, urusan kuliah lagi, perlahan-lahan rasa dukaku berhasil sedikit demi sedikit menghilang. Rasa kehilangan, rasa menjadi yatim piatu, masih tergantikan dengan hadirnya suami, anak-anak, dan teman-teman kantor maupun teman-teman kuliah yang bertemu hampir setiap hari.
Tahun 2011 ketika aku pergi Haji, rindu itu masih belum pergi. Aku bisa mengumrohkan Ayahku, karena beliau Muslim. Tapi Ibuku seorang Katholik. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu di depan Ka'bah, setelah selesai sholat Duha. Dan biasanya suamiku akan dengan sabar menungguku berlama-lama di depan Ka'bah. Merindukan Ayah Ibuku. Mendoakan mereka. Tak disangka terkadang dalam setiap hening selesai isak tangisku, aku merasakan kehadiran Ayah Ibuku. Disana, di Masjidil Haram. Ayah dan Ibu, tidak hanya Ayah. Tak peduli apa kata orang, aku merasakan mereka disana. Aku sudah cukup bahagia. Ketika pulang ke Indonesia, kuceritakan dengan bahagia pada kakakku, bahwa Ayah dan Ibu ada disana, dan mereka bahagia.
Sekarang, terkadang aku iri dengan beberapa teman yang masih bisa menunggui ayah dan ibunya. Sekarang, rata-rata kami berusia 50th nan. Alangkah beruntungnya. Akan lebih banyak lagi nasehat, pelajaran hidup, yang bisa dicontoh dari mereka. Sekarang, baru aku merasa dulu masih terlalu muda ketika ditinggalkan orang tua. Masih banyak ilmu yang seharusnya bisa kupelajari jika saja. Hanya jika saja.
Aku rindu Ibuku. Ketika hati ini lelah, aku rindu Ibu. Karena keadaan, suami dan aku harus tinggal berjauhan sudah 5 tahun ini. Anak yang paling besar sudah bekerja di kota lain juga. Anakku yang kecil sudah sibuk dengan dunianya sendiri, kuliah dan teman-temannya. Ketika masalah mendera, aku rindu Ibu. Dan berfikir, jika Beliau masih ada, pasti dengan senang hati akan membantu dan biasanya Ibuku akan tau solusi dari semua masalah, ajaib dan hebatnya Ibuku. Meski aku anak paling kecil, aku tak tega untuk bercerita dengan kakak-kakakku, maupun berkeluh kesah, karena setiap keluarga juga punya masalah masing-masing. Hanya Ibu yang selalu mendengarkan. Bahkan terkadang tau bahwa kita punya masalah meskipun kita pendam.
Aku rindu Ibu. Ibuku yang kusayangi..
0 komentar:
Posting Komentar