Senin, 19 April 2021

Ilmune Ra Kanggo (Ilmunya Tidak Terpakai)

Tulisan ini terinsiprasi oleh status temennya temen yang dokter, sudah ngecipris ternyata ilmune ra kanggo untuk mamanya. Dan ternyata terbukti baik-baik saja, wkwk..


Alkisah, suatu hari di tahun 1996 saat aku melahirkan anak pertama, di Jogja. Dengan sangu ala kadarnya dari Boss, ternyata uang Jakarta bisa untuk mondok di RS Swasta di Jogja kelas 1 Utama, tapi sekamar sendiri. Mayan, hehe..


Yang pertama, waktu itu baru awal-awal usum rawat gabung, jadi anak baru lahir, dijadikan 1 di kamar ibunya, dengan harapan agar bound lebih kuat. Kalo jaman dulu, sebelum saya persis, ada ruang bayi tersendiri, dan bayi dibawa ke kamar ibunya hanya saat menyusui. Saat itu pagi setelah melahirkan, bayiku (mastio) dibawa ke kamar, untuk disusuin. Setelah selesai, saya taruh di box bayi dorong yang sudah dibawa ke kamar. Saat itulah ibuku datang, dan bertanya, "Lho, bayine kok rung digowo meneh? Suwi men?" (Lho, bayinya kok belum dibawa lagi? Lama amat). Dan saat itulah aku menerangkan tentang konsep rawat gabung. Dan ibuku langsung menyergah, "Wah, ra bener ki, kowe kan ora iso istirahat mengko" (Wah, gak bener nih, kamu kan gak bisa istirahat nanti). Langsung deh Beliau telpon perawat dan minta bayi diambil kembali dengan sedikit pesan, "Pokoknya kesini hanya untuk menyusu ya mbak, habis itu diambil lagi, jangan lama-lama". "Iya bu", jawab perawatnya nurut ke ibuku yang terlihat sangat berwibawa, hehe..


Yang kedua, saat tiba waktunya pulang ke rumah setelah 3 hari di RS. Ibuku berkata, "He, sesuk wis muleh? Kok cepet men mung 3 dino, kamar bayi di rumah belum siap, extend aja jadi 5 hari" (He, besok sudah pulang? Kok cepat sekali cuma 3 hari). Dan mbak perawatnya lagi-lagi hanya mengaminkan perkataan ibuku. Yang di kemudian hari baru aku tau, ternyata bukan karena kamar bayinya belum jadi di rumah Ibuku di veteran, tapi Ibu menghendaki aku sudah benar-benar fit nanti di rumah pas giliran sendiri merawat anak, tanpa bantuan perawat, wkwk..


Yang ketiga, saat sudah pulang ke rumah. Karena anakku laki-laki, nyusunya sangat kuat. Sedangkan asiku belum banyak, serta aku tidak kuat makan banyak untuk mengimbanginya. Meski Ibuku selalu menyediakan makan malam kedua di kamar, sampai pagi tidak kusentuh. Akhirnya di pagi hari asiku habis. Anakku menangis. Kata ibuku, "Disambung aja pake susu formula, mesakke (kasihan) anakmu". Aku pun menurut. "Disendokin mah?", tanyaku. "Lha ngopo ndadak disendoki? (Lha kenapa harus pakai sendok?)", Ibuku malah ganti bertanya. "Kata dokter, nanti kalo pake botol, anaknya bisa bingung puting", jawabku. "Halahhh, ora, oraa, percoyo mamah wis (halahh, enggak, enggak, percaya mamah deh)", kata Ibuku pasti. Oke deh, nurut saja. Dan bener tuh, sampai saatnya disapih, gak ada tuh anakku namanya bingung puting, hehe..


Pokoknya, dokter, perawat, kalo sama Ibuku kalah semua. Ilmune ra kanggo, haha..


Aku saat bayi dalam buaian ibuku dan kedua anakku dalam buaianku.. 💕


0 komentar:

Posting Komentar

 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design