Papah gak libur? 2 hari berturut2 aku wa suami di Jakarta. Ketika pak Jokowi sudah memutuskan untuk meliburkan sekolah dan kantor, ternyata suami masih masuk kerja. Hati istri mana yang tidak was2 mendengarnya. Belum libur mah. Masih masuk, ini tunggu arahan Direktur untuk masuk bergiliran selama 2 minggu. Hatiku kecut. Suami tinggal sendiri di Jakarta, bagaimana jika dia sakit?
Tiba2 selasa sore suami wa lagi, mah nanti malam papah pulang. Ke Jogja? Tanyaku. Karena baru seminggu kemarin dia pulang ke Jogja, belum jadwal tiket keretanya (suami biasa sudah beli tiket untuk sebulan kedepan, biar murah). Iya, libur sampai jumat, ngapain juga sendiri di rumah. Oke, papah sakit gak? Flu mah, tapi tadi udah ke dokter klinik dikasih obat untuk 3 hari. Papah ada kontak dengan suspect gak? Kayaknya gak ada mah. Yawdah.
Jam 1 malem kebangun, iseng2 liat wag keluarga, ada link berita dikirim kakak sy, 1 karyawan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Jakarta, kantor suami saya, suspect corona, dan pak Menteri minta untuk dirawat di RS rujukan covid. Atiku ra penak. Meski suami sudah bilang gak ada kontak dengan suspect. Langsung saat itu juga aku wa suami, pah, besok sampai rumah mam bukain pintu, langsung masuk kamar mandi, baju jaket lepas semua mamah cuci, habis itu baru salaman ya, oke?
Sampai rumah, suami ternyata sudah pake masker, langsung protokol standar tadi aku jalankan, kemudian suami makan kuambilkan, minum obat, dan tidur. Ketika bangun tidur, suami mengabarkan bahwa ternyata karyawan yang suspect corona itu adalah pak S, kasubdit 1 direktorat dengan suami, dan pernah ketemu di klinik. Duh, sebenernya aku panik, dan hati berdegup kencang. Melihat kondisi suami yang lemas, hatiku berkata, ini sakit tidak biasanya. Meski tidak demam, tapi suami meriang, dan mengeluh kalau malam kedinginan. Suamiku ini orang yang daya tahan tubuhnya sangat kuat, biasanya jika flu ringan saja tidak terlihat sakit. Saking tidak terlihatnya, sampai kadang-kadang dia pulang, aku yang sakit, tertular. Segera saja tanpa sepengetahuan dia, aku wa kakakku dan beberapa teman SMA yang dokter. Kesimpulannya sama, bawa periksa ke RS rujukan covid. Susah payah aku mengajak suami periksa, tidak bersedia. Baru besoknya ketika ditelpon pak Direktur, suami bersedia periksa.
Kronologis selanjutnya saya sertakan dibawah, bagaimana vonis ODP kemudian PDP beserta kesulitan kami untuk meminta test terhadap suami. Pasang surut emosi dan hatiku jangan ditanya lagi, dalam kurun waktu 14 hari karantina pertama itu, 3 karyawan KKP meninggal suspect corona. Antara takut kehilangan, takut ketularan, tapi tidak boleh stress karena jika stress nanti sistem imun drop, dan saya masih harus merawat suami. Tidak mudah bagi istri merawat suami itu, karena ego seorang suami tentu saja masih. Setelah antibiotik habis, badan sudah enakan, suami mulai keluar kamar. Itu kesulitan kedua, karena saya harus mendisinfektan semua barang yang pernah dipegang suami, ya saklar listrik, gagang pintu, keran air (karena rumah Jogja hanya punya 1 kamar mandi). Dulu saat di RS rujukan, ketika pulang dokter bilang bahwa corona ini bisa sembuh sendiri, dan obat jika habis beli saja sendiri lagi, hati ini ngendelong, tapi masih bisa tersenyum. Pikiran masih bunek. Saat di rumah, baru kepikiran, lha kalo penyakit bisa sembuh sendiri, kenapa bu dokter, sampeyan, pake APD lengkap mbak? Copot aja kalo gitu, kan nanti juga sembuh sendiri, hadeh.. Le nggrundel nang ngomah.
Kini suami sudah sembuh, hasil swab 2x sudah negatif. Saya pun sudah diswab dan hasil negatif. Dibawah kronologis, saya cantumkan rincian obat dan makanan minuman yang kami konsumsi selama ini. Barangkali bisa sedikit membantu saudara dan teman-teman sekalian. Mohon maaf ini semua dari kacamata awam dan hati seorang istri. Dan sekali lagi, dari hati yang paling dalam, kuucapkan terimakasih tak terhingga kepada teman2 dokterku, teman SD, SMP, dan SMA, yang telah mendampingiku selama ini. Salam sehat!
Lamp.1. Kronologis, Lamp.2. Obat-obatan, Lamp.3. Jadwal makan dan minum
Lamp.1. Kronologis
Rabu, 11 maret 2020,
Suami ke klinik KKP Jakarta untuk tindakan cabut gigi (ke dokter gigi), bertemu dengab Bpk S di r.tunggu klinik (r.tunggunya sama), mengobrol. Bpk S (kasubdit, 1 direktorat dg suami) akan periksa ke dokter umum. Di klinik juga bertemu dengan staffnya suami, mas W, berobat ke dokter umum.
Siangnya, bpk S merasa lemas diantar pulang ke rumah oleh staffnya.
Jumat, 13 maret 2020,
Bpk S masuk IGD sebuah RS di Bekasi (dekat rumahnya) dgn diagnosa sementara radang paru.
Mas W kembali ke Semarang naik bis (memang rumah di semarang, setiap jumat pulang).
Senin, 16 maret 2020,
Mas W sudah tidak masuk kantor, ijin sakit.
Selasa, 17 maret 2020,
Pagi, suami berobat ke klinik KKP lagi tapi ke dokter umum, karena merasa flu, batuk, pilek, tidak enak badan (tapi tidak demam).
Malam, suami kembali ke jogja dgn kereta, karena mulai tgl 18 KKP WFH. Dalam perjalanan mendapat kabar bahwa Bpk S suspect corona, dan mas W masuk RS Karyadi dgn keluhan sesak nafas, demam.
Rabu, 18 maret 2020,
Pagi, sampai di jogja, langsung masuk km.mandi tanpa menyentuh apapun dan tidak ada kontak fisik dg saya maupun anak.
Kamis, 19 maret 2020,
Pagi, mendapat khabar bhw akhirnya bpk S mendapat tempat rawat inap di RS di Depok, dan dilakukan test swab.
Sore, sy antar suami ke IGD Sardjito dan diarahkan ke klinik homecare. Oleh dr.jaga dilakukan wawancara skrining, sementara sy melakukan pendaftaran. Semua petugas, perawat n dokter memakai APD lengkap, sy dan suami memakai masker. Kemudian disarankan untuk rontgen thorax dg biaya sendiri. Hasil rontgen diambil 3 jam kmdn, normal. Oleh dokter diberikan kartu dan monitor pemantauan dan dinyatakan ODP, tdk diberi obat, hanya obat dari klinik KKP Jkt diteruskan, jika habis beli lagi.
Malam, Bpk S meninggal dunia
Sabtu, 21 maret 2020,
Pagi, setelah mendapat khabar bhw bpk S meninggal, sy menghubungi hotline covid Sardjito unt menanyakan test corona unt suami, tdk bisa. Sy datang ke RSUD Jogja, ternyata tdk bisa juga. JIH juga belum ada rapid test.
Minggu, 22 maret 2020,
Pagi, mendapat resep antibiotik unt 5 hari dari teman yg dokter unt mengobati bakteri penyertanya, karena keluhan suami masih sama, dan tdk diberi obat dari RS rujukan.
Rabu, 25 maret 2020,
Pagi, mendapat khabar bhw ada karyawan KKP Pusat yg meninggal dunia, suspect corona juga, namanya pak A. Akan tetapi tidak ada kontak dg suami selama 14hr sblmnya. Bpk A ini tinggal di depok, dan baru masuk RS 3 hari, sakit selama 1 minggu.
Kamis, 26 maret 2020,
Pagi, mendapat khabar bhw hasil swab mas W di rs karyadi sdh keluar, dan hasilnya positif corona. Sy coba hub RS Harjolukito untuk rapid test, ternyata blm tersedia jg.
Hari ini
Jumat, 27 maret 2020,
Hasil test bpk S dan bpk A yg suspect corona blm keluar, dan sd hari ini juga suami belum ditest corona. Kondisi membaik, masih batuk dan lemas sedikit.
Mohon dapat dilakukan rapid test kpd suami sy dan sy serta putri sy yang sdh tinggal 1 rumah sejak tgl 18 maret 2020 (10 hari). Kondisi sy dan putri sy baik2 saja, dan tetap menjaga asupan makanan bergizi, vitamin, sambil merawat suami, dan disinfektan rmh, barang, dll.
Ttd
Ibu Ratih Damayanti
-----
Minggu, 29 Maret 2020
Mendapat khabar ada staff kpp pusat, pak AM meninggal, positif corona, tapi tidak ada kontak dg suami selama 14hr terakhir
Jumat, 3 april 2020
Mendapat surat dari kkp pusat untuk rapid test, 22 orang salah 1 nya suami. Saat itu masih tdk bisa rapid test baik di sardjito, harjolukito, maupun bethesda. Sop sama, alat terbatas sehingga hanya unt nakes dan pdp rawat inap. Disarankan mencari sendiri rs yang bisa.
Sabtu, 4 april 2020
Dilakukan rapid test di rsa ugm, hasil positif. Status naik menjadi PDP. Diminta isolasi mandiri lagi 14hr. Dijadwalkan untuk swab test hari senin.
Senin, 6 april 2020
Dilakukan rapid test ke saya, hasil negatif. Tp krn pernah ada gejala ringan n kontak erat dg suami, maka di swab juga. Hasil swab saya n suami baru akan didapat 7-10hr kemudian. Sambil menunggu hasil, diminta merawat suami seolah2 sdh konfirm positif.
Selasa, 7 april 2020, swab test yang ke2
Senin, 13 april 2020, hasil swab negatif
----------
Lamp.2. Obat Papa,
17 maret 2020, obat bisolvon batuk berdahak, vitamin becom-c, obat pilek, dari dokter klinik KKP Jkt
18 maret 2020, karena meriang, konsumsi sanmol
19 maret 2020, ke rs sardjito, tdk diberi obat
20 maret 2020, obat batuk habis, ganti sanadryl batuk kering. Sanmol berhenti, karena kedinginan.
22 maret 2020, obat pilek habis, tdk beli, sudah sembuh pileknya. Diresepkan antibiotik unt 5hr, azitromisin.
23 maret 2020, baru mengeluh nyeri sendi, diberikan biogesic. Cocok, tdk kedinginan. Diteruskan sd 3 hari.
27 maret 2020, vitamin becom-c habis, sambung ester-c dulu sementara. Antibiotik habis, membaik, nyeri sendi sembuh, tinggal batuk dikit, lemas dikit. Pagi ester-c, malam habatussaudah.
31 maret 2020, batuk sembuh, tinggal lemas dikit, blm sefit biasanya.
2 april 2020, beli vitamin becefort yg kandungan sama dg becom-c (becom-c di apotek kosong) malah lebih lengkap, trmsk vit E.
7 april 2020,
Sd sekarang, becefort pagi dan habatussaudah malam.
Ps.
Semua obat dikonsulkan dahulu via wa dg teman dokter.
Ttd istri,
Ratih Damayanti
(Saya setiap hari minum myk ikan, pagi dan habatussaudah malam sdh sejak sblm korona. Ketika tau suami sakit, saya tambahkan vitalong-c, jika tdk ada ester-c).
----------
Lamp.3. Jadwal Makan n Obat Papa:
06.30: makan pagi dg lauk sop ayam rempah. Minum vitamin becefort dgn pisang.
09.55: cemilan, telur rebus 1butir,
10.00: bejemur
10.15: minum air kacang hijau
12.00: makan siang sayur lauk lengkap. Buah pepaya. Minum myk ikan.
16.00: cemilan siomay/ekado kukus/bakpao (tdk boleh goreng2an), minum air kurma ajwa.
19.00: makan malam lengkap dg sayur dan lauk. Minum habatussaudah dg pisang.
Ps.
-Makanan/minuman/obat selain itu hrs sepengatahuan mama.
-Banyak minum air putih hangat
Hebat. Terima kasih sdh sharing pengalaman
BalasHapusSama2 mas, semoga bermanfaat...
HapusTerima kasih atas sharing bund, bunda luar biasa.Sehat dan sukses selalu buat bunda dan keluarga, miss you 😘
BalasHapusSama2, aamiin. Ini siapa yo, kok manggilnya bunda? Temen yasa kah? Soalnya namanya unknown, hehe..
BalasHapus