Lucu juga baca komentar netizen tentang Agnez Mo yang bicara bahwa dia bukan berdarah Indonesia. Mereka bilang bahwa, gotta say i prefer the old agnes, but again, people change..
Terlepas dari kontroversi berita itu, tentang perubahan ini lah yang dari dulu menggelitikku. Aku saat ini tak pernah setuju dengan statement orang yang bilang ya ini lah aku, aku ya aku, terima apa adanya. Ketika itu berkaitan dengan hal-hal yang buruk, misal temperamental, kurang empati, nyinyir, baperan, dll. Terasa paradox tidak dengan pendapat paragraf pertama? Jadi manusia bisa berubah tidak?
Kalo aku sih cenderung setuju bahwa manusia sebagai makhluk sosial, makhluk dinamis, sangat amat bisa berubah. Berubah ke arah yang buruk saja bisa kok, masak berubah ke arah yang baik gak bisa? Misal, ada orang yang bilang, suamiku dulu orangnya sabar loh, ngemong, dll yang baik-baik. Sekarang kok berubah, jadi gak sabaran, agak kasar, dll. Lha itu bisa berubah? Kenapa giliran ke arah kebaikan orang cenderung berkata, ya ini sudah sifatku? Justifikasi? Hehe...
Suatu hari saat awal-awal aku menjadi manajer, saat itu usiaku 31th, manajer termuda saat itu. Masih temperamental, grusa-grusu, menyelesaikan masalah dengan emosi. Saat itu, direkturku berkata, sabar tih, ya itulah proses, kamu akan lebih bijak nanti di usia 40an. Dalam hati, meski gak ngeyel langsung dengan boss, aku berkata, ya mosok bisa orang berubah, aku ya aku, seperti ini, galak, tegas, apa adanya. Memegang 2 jabatan langsung, manajer akuntansi dan keuangan, waktu itu aku berpikir, jika tidak galak, tegas, mana bisa orang akan mentaati, sesuai posting, tak sembarangan menggunakan uang perusahaan.
Banyak yang terjadi setelah itu, proses pendewasaan diri, baik kusadari maupun tidak. Asal kita mau membuka diri, bahwa hidup ini adalah pembelajaran yang panjang. Banyak hikmah yang bisa kita petik. Terkadang banyak nasehat sederhana dalam kalimat sederhana. Aku ingat dulu saat masih menjadi staff, tapi bagian verifikasi bukti, kasieku pernah berkata sedikit saat aku berselisih dengan seorang kepala proyek. Nothing personal, katanya. Itu artinya, aku harus memisahkan perasaan personalku terhadap sang kepala proyek, dengan judgement profesi terhadap bukti. 2 kata itu kutulis besar2 di screen saver komputerku. Supaya ingat dan tidak baperan. Meski susah, saat itu, aku berusaha belajar hal sederhana itu. Dan kata2 itu tetap menjadi peganganku dalam bekerja, hingga aku pensiun dini. Kata2 yang sederhana, tapi penuh makna, jika saja kita mau memahaminya dan menerimanya.
Di usia 40, 5 tahun sebelum pensiun dini, aku harus mempersiapkan beberapa anak buahku untuk menjadi kandidat penggantiku. Aku berusaha mengajarkan banyak hal seperti yang dulu atasanku ajarkan padaku, termasuk bahwa orang bisa berubah, ke arah perbaikan. Tidak mudah sih, tapi saat itu sedapat mungkin aku tetap berusaha.
Dan kini, di usia 48 tahun, 3 tahun setelah pensiun dini, masih banyak orang yang berpendapat sama, denganku saat itu, saat usia 31, hehe, bahwa aku ya aku, tak bisa berubah. Dan mungkin akupun akan terus meyakinkan, tak akan bosan mengingatkan, siapapun itu, bahwa perubahan itu ada, dan bisa. Berubah tidak selalu harus dari A menjadi B, tapi mungkin dari A menjadi A' atau A". Jadi jangan pernah takut akan perubahan, jangan pernah bilang tak bisa, jika itu ke arah kebaikan! Salam..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar