Rabu, 16 Juni 2021

Saya Dan Anak Sembuh Dari Covid-19

 "Kamu batuk ya le?", tanyaku pada nak lanang (Mastio) begitu dengar dia pagi-pagi cegreh-cegreh (batuk-batuk kecil). "Enggak, keselek mah", jawabnya. Begitulah anakku, mirip dengan papanya, sakit kalau cuman sedikit dianggap bukan sakit, dan tidak mau berterus terang. Itu hari Jumat. Yasudah, karna aku sudah hapal, ya kudiamkan saja. Mungkin para lelakiku gengsi kalau dibilang sakit.


Tapi 2 hari kemudian, yaitu hari Minggu, cegreh-cegrehnya gak sembuh juga, tanpa kutanya lagi, langsung kubelikan OBH Combi Plus, obat batuk yang dia cocok dari kecil. Ketika kuulurkan obat itu padanya, dia tak menolak. Dalam hati aku berkata, "Oh, sakit beneran berarti dia". 


Senin sore, bangun dari tidur siang yang entah kenapa sangat enak hari itu, aku merasa badanku ngethok-ngethok (linu-linu), apa aku meriang ya? Pikirku dalam hati. Kuraba dahiku, ah, tidak panas kok. Ya sudah, bangun dari tidur aku langsung mengerjakan kerjaan rumah, menggeser-geser perabot, dibantu anakku perempuan (De'rara), karna pembantu pulang hari belum datang. Mau ada tukang semprot nyamuk ke rumah soalnya. Malamnya aku tidur biasa saja, dengan harapan, ah, buat tidur juga besok badan udah enakan.


Paginya aku bangun dengan badan linu sudah berangsur hilang, tapi kok sepertinya dahiku hangat ya? Lalu dengan sigap aku mengukur suhu sendiri dengan termometer badan. Lha kok 37.5°C? Wah, sudah termasuk demam ini kalau sesuai artikel yang kubaca di internet, meski badanku tidak merasa demam, hanya meriang. Menurut artikel itu, di Jakarta, para karyawan pabrik dilarang untuk masuk kerja jika suhu lebih dari 37.3°C. Lalu aku ingat anakku lanang, kemarin-kemarin sih kutanya dia bilang gak demam. Tapi tetap saja, sekarang tanpa kutanya, kusodorkan saja alat temp-ku, "Ini, coba cek suhumu", kataku lugas padanya. Yasudah, dia menurut saja. Ketika mengangsurkan alat temp kembali dia sambil berkata, "Mamboo, tempku 37.8". Lhaa yak opo, kui demam jenenge maasss, haduh. Gitu ya ditanya mama dari kemarin bilangnya enggak enggak muluu.. Katanya lagi, "Oh iya to? Padahal jam 3 pagi tadi aku sudah minum biogesic loo". Ya ampun, ternyata semalam dia sudah susah tidur karna merasa badan panas. Gitu ya gak bangunin mamahnya, duh..


Yasudah, "Nanti mas test antigen ya?", kataku. Karna itu hari libur nasional, maka aku telpon dulu ke RS memastikan test hari itu ada. Jam 10 Mastio berangkat ke RS untuk swab antigen. Jam 11.30 dia WA, "Mamboo, aku positif", sambil kirim foto hasil swabnya. Aduh, bener dugaanku. Aku pun langsung bilang ke De'rara, "Dek, nanti kalo Mastio pulang kita swab juga ya? Ke RS swasta di dekat Mall ini aja, disana ada swab antigen nasal, gak sakit kok, cuman masuk ke lubang hidung 2cm aja". Anakku pun mengangguk. Dan aku sudah mengira bahwa  hasilnya adalah aku positif, karna sifat dermawan anakku lanang, yang sering berbagi makanan/minuman yang menurutnya enak ke mamanya, malah menularkan. Tapi alhamdulillah anakku wedok negatif.


Cerita selanjutnya bergulir seperti kronologi dibawah ya. Kini tanggal 16 Juni 2021, adalah hari selesainya isoman kami, dan kami sudah kontrol dan mendapat surat sehat. Terimakasih sebesar-besarnya kepada teman-teman dokterku, temen SMP, temen SMA, yang sudah mau kurepoti dengan berbagai WA pertanyaanku, baik pagi, siang maupun malam, hehe.. Terutama terimakasih kepada dokter Arief dari RSA UGM, tempat dimana anakku sempat rawat inap selama seminggu di ruang isolasi.


Kalau ada pertanyaan dapatnya darimana, itu agak susah menjawabnya, tapi kucoba menelisiknya. Kalau aku jelas tertular anakku. Jadi, jangan berbagi makanan/minuman meski dengan keluarga, apalagi dengan teman. Karna kita tidak tau OTG yang mana. Kalau anakku mungkin dia kurang menjaga kebersihan diri, lupa ganti baju, malas mandi, atau menunda cuci tangan, leyeh-leyeh dulu jika pulang dari pergi, meski disiplin dan tak pernah lepas dari masker. Anakku ini gak punya teman di Jogja, jadi gak pernah ngafe seperti adeknya. Tapi sering kusuruh ke minimarket, apotek, ato warung. Karna mungkin merasa hanya pergi dekat dan sebentar, jadi lupa kebersihan diri. Nyatanya sebelum dia datang dari Bandung, yang sering ke minimarket, apotek, ato warung adalah saya, dan baik-baik saja.


Yang kedua, 10 hari sebelum gejala batuk ringan itu anakku cabut gigi di RS swasta. Mungkin disana ketemu dengan pasien positif covid, kami tidak tau (kebetulan aku yang mengantar). Atau pulang dari RS anakku tidak langsung cuci tangan, ganti baju. Karna 2 bulan sebelumnya, aku juga cabut gigi di RS yang sama dan dokter yg sama, baik-baik saja. Dan sepengatahuanku sebelumnya, memang saat setelah cabut gigi kita harus istirahat banyak dan minum vitamin jika perlu, karna imun kita sedang turun, dipakai untuk pemulihan.


Intinya adalah, meski disiplin memakai masker, anakku kurang menjaga kebersihan diri. Jadi, menurutku, pengalaman kami, 5M itu harus dijalankan bersama-sama secara simultan, tidak bisa ditinggalkan salah satupun. Dan penyebab atau pertanyaan yang sepertinya menjengkelkan, seperti: kenanya dimana, harus tidak boleh tidak kita coba telusur (untuk yang sudah kena covid), agar supaya sebagai pembelajaran teman/saudara lain supaya lebih berhati-hati lagi. Salam sehat!


----------


Kronologi:
Jumat 28 mei 2021, tio mulai batuk
Minggu 30 mei, beli obh
Senin, 31 mei, sore, mam meriang

Selasa1 jun:
- Ditemp pagi, mama 37.5, tio 37.8
- Ketika tau demam, tio baru bilang bahwa indra perasa dan penciuman juga hilang dari tadi pagi waktu sarapan, langsung mam carikan tempat unt swab antigen
- Mam langsung minum biogesic, mastio swab antigen di RS DKT jam 10
- Begitu hasil positif jam 11.30 mam ama adek langsung berangkat ke RS Siloam untuk test antigen nasal
- Jam 14 hasil keluar, mam pos, adek neg
- Sore mam ngetemp udah cuman 36.2, minum biogesic terus
- Malam, saturasi oksigen mam 97, tio 99

Rabu, 2 jun:
- Mam temp pagi 36.1, tio 37.8
- Jam 8 pagi tio kecepirit
- Saturasi oksigen siang mam 96, tio
- Siyang ke RSA untuk rontgen dan cek darah, mam temp 36.2, tio 38, saturasi dua2nya msh bagus (diatas 95), tensi mam 127, tio 147 (agak tinggi)
- Waktu diperiksa saya blm batuk, tapi nyeri tenggorokan mulai terasa
- Sore di WA oleh RSA bahwa tio harus rawat inap
- Di RSA dijelaskan oleh dokter, bahwa tio hrs rawin karna hasil rontgen sudah terlihat mulai ada bercak dan hasil lab darah ada peradangan. Sedang rontgen dan hasil lab saya bagus.
- Kami berdua di swab PCR
- Saya diberikan obat dan vitamin total ada 9 macam untuk 5 hari, dan isoman di rumah sambil menunggu has swab PCR untuk tindakan selanjutnya
- Dilakukan tandatangan surat pernyataan bahwa semua biaya free, ditanggung Kemenkes RI
- Tio mulai rawat inap, di ruang isolasi jam 7 malam

Kamis, 3 jun:
- Pagi temp saya 35.2, saturasi 98. Tio (di RS) masih 37.5 tapi tensi sdh turun 127
- Sore 35.6 saturasi 99, tio 36.5
- Konsul dokter via WA tentang obat saya, akhirnya obat flu distop dulu, bikin jantung berdebar dan malah gak bisa tidur
- Penciuman tio masih hilang
- Aku mulai batuk-batuk ringan

Jumat, 4 jun:
- pagi tempku 35.9, sat 98, hasil swab PCR tio positif
- siang tempku 35.6, sat 98
- malam tempku 36.1, saturasi 98
- penciuman tio msh hilang, tapi indra perasa sudah pulih, bisa merasakan enak makanan

Sabtu, 5 jun:
- pagi temp 35.7, sat 97, tio 36.8
- indra perasaku hilang
- hasil swab PCRku positif juga

Minggu, 6 jun:
- pagi tempku jam 05, 36.6, sat 97. Jam 07, 35.1, sat 97
- Siang 36.1, sat 96
- sore tio 36.8
- malam 35.2, 97
- penciuman dan perasaku hilang

Senin, 7 jun:
- tio temp 36,5 saturasi 97, tempku 35.9, sat 98
- siang 36.1 sat 98
- malam 35.5 sat 98

Selasa, 8 jun:
- mam temp 36.6 sat 98, tio 36,6 sama 97
- siang 36.5 sat 98
- mam kontrol ke RSA jam 13.30 (karna antibiotik dan antivirus habis) dan diberikan vitamin, tensi 117
- jemput mastio pulang dari RSA jam 15.20, katanya sudah bisa nyium minyak kayu putih, sama cairan pembersih km.mandi
- malam 36.1 sat 98

Rabu, 9 jun:
- mam 35.9 sat 98 hr 87, tio 36.1 sat 95 hr 110
- siang 36.1 sat 97
- malam 36.0, sat 98

Kamis, 10 jun:
- pagi mam 36.2 sat 98 hr 86
- tio 36.3 Sat 96 hr 105j
- ada WA dari lab RSA, hasil PCR mastio negative
- siang mam test antigen nasal di siloam, msh positif
- malam 36.2, sat 97 hr 73
- sepertinya penciuman dan perasa sudah mulai pulih sedikit demi sedikit, untuk bau dan rasa yang kuat

Jumat, 11 jun:
- pagi mam 35.9, sat 96 hr 80
- malam 36.0, sat 97 hr 73, tio 36.6, sat 97 hr 86

Sabtu, 12 jun:
- pagi 35.9, sat 98, hr 85

Minggu, 13 Jun:
- pagi 36.2, sat 96, hr 82, tio 36.6, sat 96, hr 99

Senin, 14 Jun:
- pagi 36.2, sat 97, hr 81
- tio 36.7, 96, hr 102
- malam 35.9, sat 98, 73

Selasa, 15 jun
- pagi 35.8, sat 97, hr 85
- tio 36.7, sat 96, hr 99

Rabu, 16 jun:
- pagi kami kontrol ke RSA, karna isoman sudah selesai, mam 35.9, sat 98, hr 99, tensi 105
- tio 36.2, sat 97, hr 105, tensi 137
- diberikan surket sehat, penciuman tio belum pulih benar, saya masih batuk dikit, diperkirakan unt recovery kami berdua butuh waktu 8-12mgg hingga fit benar
- untuk olahraga kembali disarankan tio yang ringan dulu, karna paru2 belum fleksibel

Kamis, 17 Juni 2021
- siang, saya test swab antigen nasal secara mandiri di rs siloam, hasilnya negative, alhamdulillah


-----------

List obat saya:
1. Azithromycin, 2. oseltamivir, 3. paracetamol, 4. tremenza, 5. ester-c, 6. asthin force, 7. tride 5000 iu, 8. caviplex, 9. Lanzoprazole

List obat mastio sepulang dari RS:
1. Antibiotik cefixime 100mg per 12 jam, 2. Obat batuk acetylcysteine 200mg per 8 jam, 3. Obat penyiap lambung pantoprazole 20mg per 12 jam


Surat Keterangan Sehat Kami Berdua


2 komentar:

  1. Semoga kita tetap sht dan sabar dlm menghadapi Covid. Cerita ini bikin kita hrs waspada saat meriang. Mtr nwn

    BalasHapus
  2. Aamiin2 yra, sami2 dok, maturnuwun ugi..

    BalasHapus

 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design