Pertama kali pindah ke Jl Veteran No 9C adalah di tahun 1974, aku jik 3 tahun, ra kroso, hehe.. Tapi masih inget capet-capet pas udah TK. Kiri dan belakang masih sawah. Jalan Satria belakang rumah itu belum ada, cuman ada galengan sawah aja. Sawah di belakang masih luas, membentang dari utara ke selatan, sampai pintu belakang Bonbin Gembira Loka.
Rumah ini adalah rumah dinas Bapakku, dulu kami tinggal di Jl Bausasran, di kampung Purwanggan, rumah di dalam gang. Di rumah dinas ini terdiri atas 4 rumah, yaitu depan nomor 7, di dalam ada 3 rumah, nomor 9A, B dan C. Meski sebenernya Bapakku sebagai kepala balai kecil dapat jatah rumah depan, tapi menolak karna bising, asal tau aja, tahun segitu depan rumah yang lewat bis-bis besar antar kota. Karna selatan itu masih terminal Umbulharjo (sekarang XT Square).
Waktu itu, rumah belum sebesar sekarang, depan yang buat kedai makan itu adalah tambahan, jadi jangan ditanya umpel-umpelannya, sampai 1 kamar itu diisi tempat tidur tingkat 2, hehe.. Karna kami 8 bersaudara, belum termasuk ada beberapa saudara yang ngenger, numpang, karna sekolah di Jogja (ada yang berasal dari Klaten, Solo bahkan Jakarta). Total jendral pernah kuhitung ada 16 orang disana, termasuk Ibu dan Bapak. Bisa dibayangkan kan, betapa ramainya rumah, keluar masuk orang. Hingga akhirnya ibuku pun berujar, "Omah kok koyo leng semut, wong wira-wiri mlebu metu". Jadilah jargon itu melekat di hati kami, omah leng semut. Sampai akhirnya kakakku nomor 3 bikin graffiti di tembok belakang rumah dengan tulisan besar-besar, Leng Semut, haha..
Berjalannya waktu, Ibu yang pada awalnya memasak untuk Dharma Wanita saat Bapak masih dinas, mendirikan catering di rumah. Catering Bu Tik namanya. Kalo tidak salah ingat saat Bapak pensiun, tahun 1984, saat aku kelas 2 SMP. Bagaimana tidak? Saat itu masih ada 3 anaknya yang belum mentas, aku, dan 2 kakak diatasku yang dua-duanya udah kuliah, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Catering pun maju sampai bisa handle pernikahan juga, ribuan porsi, memiliki beberapa karyawan, termasuk aku, tukang antar Ibu belanja ke pasar, hihi..
Ohya, rumah dinas juga sudah direnovasi yaa, diperluas bangunannya, setelah tentu saja dibeli sebelum Bapak pensiun. Begitu juga rumah dinas yang lain, juga sudah dibeli oleh masing-masing karyawan, karna seingatku dulu memang boleh dibeli dengan cara dicicil dan boleh dilunasi.
Kemudian catering berhenti perlahan ketika semua anaknya telah mentas, kita menghendaki Ibu untuk istirahat, menikmati hari tuanya, jalan-jalan nengok cucu, atau sekedar jalan-jalan kulineran dengan teman-teman sesama pensiunan. Tapi sesekali Ibuku tetap masak, jika kami pulang, saat lebaran datang, puasa hari pertama, saat tahun baru, ato saat-saat perayaan lainnya. Pokoknya kalo pulang ke Jogja malah gak sempat kulineran deh, karna Ibu selalu masak, seneng masakin anaknya, dan cucunya. Yang dimasakin juga seneng dan kangen masakan mamanya 😘..
Setelah Bapak berpulang thn 2008, Ibu menyusul 2 tahun kemudian, catering diteruskan oleh kakakku no 6, Mbak Rita, yang kebetulan memang tinggal di Jogja, dan di penghujung usia Ibu diminta untuk kembali ke rumah veteran. Tentu saja banyak ilmu-ilmu masak yang tidak ada di text book diturunkan oleh Ibuku ke kakakku ini. Seiring berjalannya waktu catering berjalan kembali, meski disambi dengan kesibukan kakakku ngantor. Catering pun berubah nama menjadi Purvitasari Catering.
Kini setelah putranya mentas, kakakku berencana berhenti bekerja, dan lebih menekuni lagi usaha catering ini, plus membuka kedai makan, jadi lebih santai bisa bekerja di rumah. Kedai makan Rumah Kenangan. Kenapa dinamakan kedai makan, agar terkesan lebih homy dan njawani. Kenapa dinamakan Rumah Kenangan, karna memang rumah ini menyimpan banyaakk sekali kenangan kami, yang dari kecil hingga dewasa ada disini. Dengan banyak barang dan foto-foto terpampang disana, semoga bisa bercerita banyak dan berbagi kebahagian.
Selamat menikmati Rumah Kenangan 💕..
![]() |
Indoor kedai makan Rumah Kenangan |
![]() |
Outdoor area |
![]() |
Pintu masuk halaman |