Jumat, 23 Mei 2025

Sejarah Kedai Makan Rumah Kenangan

Pertama kali pindah ke Jl Veteran No 9C adalah di tahun 1974, aku jik 3 tahun, ra kroso, hehe.. Tapi masih inget capet-capet pas udah TK. Kiri dan belakang masih sawah. Jalan Satria belakang rumah itu belum ada, cuman ada galengan sawah aja. Sawah di belakang masih luas, membentang dari utara ke selatan, sampai pintu belakang Bonbin Gembira Loka.

Rumah ini adalah rumah dinas Bapakku, dulu kami tinggal di Jl Bausasran, di kampung Purwanggan, rumah di dalam gang. Di rumah dinas ini terdiri atas 4 rumah, yaitu depan nomor 7, di dalam ada 3 rumah, nomor 9A, B dan C. Meski sebenernya Bapakku sebagai kepala balai kecil dapat jatah rumah depan, tapi menolak karna bising, asal tau aja, tahun segitu depan rumah yang lewat bis-bis besar antar kota. Karna selatan itu masih terminal Umbulharjo (sekarang XT Square).


Waktu itu, rumah belum sebesar sekarang, depan yang buat kedai makan itu adalah tambahan, jadi jangan ditanya umpel-umpelannya, sampai 1 kamar itu diisi tempat tidur tingkat 2, hehe.. Karna kami 8 bersaudara, belum termasuk ada beberapa saudara yang ngenger, numpang, karna sekolah di Jogja (ada yang berasal dari Klaten, Solo bahkan Jakarta). Total jendral pernah kuhitung ada 16 orang disana, termasuk Ibu dan Bapak. Bisa dibayangkan kan, betapa ramainya rumah, keluar masuk orang. Hingga akhirnya ibuku pun berujar, "Omah kok koyo leng semut, wong wira-wiri mlebu metu". Jadilah jargon itu melekat di hati kami, omah leng semut. Sampai akhirnya kakakku nomor 3 bikin graffiti di tembok belakang rumah dengan tulisan besar-besar, Leng Semut, haha..


Berjalannya waktu, Ibu yang pada awalnya memasak untuk Dharma Wanita saat Bapak masih dinas, mendirikan catering di rumah. Catering Bu Tik namanya. Kalo tidak salah ingat saat Bapak pensiun, tahun 1984, saat aku kelas 2 SMP. Bagaimana tidak? Saat itu masih ada 3 anaknya yang belum mentas, aku, dan 2 kakak diatasku yang dua-duanya udah kuliah, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Catering pun maju sampai bisa handle pernikahan juga, ribuan porsi, memiliki beberapa karyawan, termasuk aku, tukang antar Ibu belanja ke pasar, hihi..


Ohya, rumah dinas juga sudah direnovasi yaa, diperluas bangunannya, setelah tentu saja dibeli sebelum Bapak pensiun. Begitu juga rumah dinas yang lain, juga sudah dibeli oleh masing-masing karyawan, karna seingatku dulu memang boleh dibeli dengan cara dicicil dan boleh dilunasi.


Kemudian catering berhenti perlahan ketika semua anaknya telah mentas, kita menghendaki Ibu untuk istirahat, menikmati hari tuanya, jalan-jalan nengok cucu, atau sekedar jalan-jalan kulineran dengan teman-teman sesama pensiunan. Tapi sesekali Ibuku tetap masak, jika kami pulang, saat lebaran datang, puasa hari pertama, saat tahun baru, ato saat-saat perayaan lainnya. Pokoknya kalo pulang ke Jogja malah gak sempat kulineran deh, karna Ibu selalu masak, seneng masakin anaknya, dan cucunya. Yang dimasakin juga seneng dan kangen masakan mamanya 😘..


Setelah Bapak berpulang thn 2008, Ibu menyusul 2 tahun kemudian, catering diteruskan oleh kakakku no 6, Mbak Rita, yang kebetulan memang tinggal di Jogja, dan di penghujung usia Ibu diminta untuk kembali ke rumah veteran. Tentu saja banyak ilmu-ilmu masak yang tidak ada di text book diturunkan oleh Ibuku ke kakakku ini. Seiring berjalannya waktu catering berjalan kembali, meski disambi dengan kesibukan kakakku ngantor. Catering pun berubah nama menjadi Purvitasari Catering.


Kini setelah putranya mentas, kakakku berencana berhenti bekerja, dan lebih menekuni lagi usaha catering ini, plus membuka kedai makan, jadi lebih santai bisa bekerja di rumah. Kedai makan Rumah Kenangan. Kenapa dinamakan kedai makan, agar terkesan lebih homy dan njawani. Kenapa dinamakan Rumah Kenangan, karna memang rumah ini menyimpan banyaakk sekali kenangan kami, yang dari kecil hingga dewasa ada disini. Dengan banyak barang dan foto-foto terpampang disana, semoga bisa bercerita banyak dan berbagi kebahagian.


Selamat menikmati Rumah Kenangan 💕..




Indoor kedai makan Rumah Kenangan


Outdoor area


Pintu masuk halaman


Senin, 12 Mei 2025

30 Tahun Perjalanan Cinta

"Itu siapa namanya yang lagi sholat?", tanyaku pada temen KKN-ku. Suatu siang di sebuah dusun di Temanggung. Kuliat ada cowok kece lagi sholat. Baju flanel kotak-kotak merah, celana blue jeans, rambut lurus agak gondrong dikit, menunduk khidmat terlihat semakin keren. Tumben, biasa cowok keren gak sholat, ato cowok sholat gak keren, hehe, maaf yaa.. 

"Oo, itu namanya Bobby, ketua kelompok dusun J di deket dusunmu masih naik lagi. Kenapa? Naksir ya?", jawab temenku. "Iya", malu-malu kujawab. "Salam ya..", ujarku lagi. Dah gitu aja. Waktu itu memang kita beberapa rombongan dusun sedang melakukan safari, berkunjung ke dusun-dusun lain, saling berkenalan, baik dengan teman maupun pak Lurah sebagai tuan rumah yang kita tinggali selama disana. 

Waktu berlalu, aku sudah lupa dengan insiden "salam ya" kemarin itu. Bahkan dah gak kepikiran lagi. Eee, tau-tau sore-sore ada tamu 2 orang cowok dari dusun J katanya nyari aku. Aku yang lagi di kamar dipanggil pak Lurah. "Lha siapa pak?", tanyaku. "Katanya namanya Bobby sama Edwin", jawab pak Lurah. Waduhh, paniklah aku, gimana ini, malulah, jangan-jangan dia tau aku yang kasih salam, mau lihat bentukanku. Cepat-cepat sisiran, kunciran, dandan dikit, cuman bedak tipis & lipstick sedikit. Dan kemudian ragu, apa bener dia kesini karna aku, kan aku gak cantik, kurus, item, gimana ini? Tapi teman sekamarku menenangkanku, "Kamu itu manis lo, percaya deh, dah sana keluar dah ditungguin.." 

Itulah saat pertama kami bertemu, bahkan saat menuliskannya ini dadaku masih terasa hangat, indah. Pertemuan itu berlanjut ke pertemuan-pertemuan berikutnya. Karna dia jurusan Geodesi, aku minta tolong bikinkan peta desa, sebagai program KKN-ku. Eee, dia mau, jadi harus sering ke desaku kan? Hehe, modus. Begitu juga aku, kadang pagi ke desanya, minta tolong Edwin temen sedesa dia ajarin kerajinan tangan, untuk kemudian sore aku praktekkan ke desaku sendiri, mengajar ibu-ibu ketrampilan. 

Seiring berjalannya waktu, kamipun kadang bareng pulang ke Jogja saat wiken. Suatu saat, dia ngajak nonton film di bioskop Mataram. Aku sih oke-oke aja, karna memang hobby nonton film. Di dalam gedung bioskop, saat film diputar, tiba-tiba dia pegang tanganku erat. Aku diem aja sih, tapi mikir, ni anak maksudnya apa? Pacaran belum, dah berani pegang-pegang tangan. Besoknya kutanyakan maksudnya, apa kita udah pacaran? "Ya iyalah, sudah jelas itu pake nanya", katanya. "Ya harus jelas dong, soalnya kalo kamu gak jelas, udah ada yang antri di belakangmu lo", jawabku. "Iya, kita pacaran mulai hari ini yaa", katanya lagi.. 

Jaman dulu, gak pake inget tanggal jadian. Mungkin sekarang juga kalo ditanya, suami gak bakalan inget, sudah 30 tahun lebih ya, karna itu tahun 1993. Yang jelas kami jalani apa adanya, orang lain gak perlu tau, kecuali temen sekamar waktu KKN, dan pak Lurah tentu saja. Sampai ada kejadian lucu saat pulang KKN, pacarku, alias Bobby, tidak bisa datang saat upacara penyerahan kembali di Gedung Pusat UGM, karna ada jadwal bimbingan skripsi dosen. Saat duduk, ada cewek depanku nyariin dia. Aku sih cuek aja, tapi kepo juga sih, siapa elu. Eh, temen sebelahnya bisik-bisik, Bobby kan udah punya pacar, itu di belakang kita pacarnya, namanya Ratih dari dusun K kemarin. Cewek itu pun noleh dikit sambil lihat aku pakai ujung matanya. Weh, mayan cantik juga sih putih, tapi gpp, malaikat juga tau, siapa yang jadi juaranya, haha... 

Singkat cerita, setelah KKN kami pun lulus kuliah, alhamdulillah wisuda bareng. Meski awalnya takut juga aku lulus duluan secara dia anak teknik, biasanya pendadaran gak sekali lulus. Tapi dengan tenangnya dia yakinkan aku, "Tenang aja, pasti lulus cuman sekali, kan dosenne konco mancing". Entah kenapa aku percaya aja waktu itu, meski setelah menikah baru dia ngaku, gak juga sih kalo konco mancing, itu biar kamu tenang aja. Asemik, untung lulus. Tapi ya itu salah satu hal yang aku senangi dari dia, orangnya tenang, optimis dan bisa membuatku nyaman juga, ayem gitu lo.. 

Desember 1993, Bobby berangkat duluan ke Jakarta, karna udah diterima kerja disana. Sedangkan aku masih di Jogja. Tanpa pacar, LDR, rasanya sepii. Bahkan saat aku coba menghilangkan rasa kesepian dengan motoran keliling Jogja, kemudian thethek di Benteng Vredeburg, aku tetap merasa sepi di tengah keramaian. Bahkan saat menjelang tidurpun, jika rindu menderu, rasanya bagai sembilu menusuk hatiku. Saat itulah aku tau, bahwa tak ada yang lain di hatiku selain dia. Dan rasa itu selalu kupegang erat, dalam perjalanan biduk cinta kita kemudian, saat mengarungi bahtera rumah tangga. Saat hubungan berada di titik bawah, aku kan selalu ingat perasaan itu.

Januari 1994, aku menyusul ke Jakarta untuk bekerja, senangnyaa. Bisa kembali jumpa si dia, meski hanya saat wiken saja. Aku tinggal di rumah kakakku di daerah Pesing, sedang dia tinggal di rumah budenya di daerah Tomang. Yaa lumayan masih sedaerah lah, Jakarta Barat. Meski dalam keterbatasan, kami sangat menikmati masa-masa itu. Naik bis kota, nongkrong di Blok M, nonton di Slipi Jaya. Bahkan setelah dia diterima PNS dan sudah punya motor, kami masih menikmati jalan-jalan di sekitar Jakarta, menikmati ayam bakar Bulungan sehabis pulang kerja (kerjaku di daerah Jaksel), atau sekedar jalan-jalan, window shopping aja karna gak punya uang, di Citraland. 

Mei 1995, adalah saat bersejarah bagi kita berdua. 13 Mei 1995, jam 7 malam, dilaksanakan akad nikah di kediaman ortuku, di Jl Veteran Yogyakarta. Dengan gagah dia datang ke rumah, dengan seserahan & mas kawin dari uang sendiri (karna memang dia sejak kuliah udah nyambi bekerja bantu-bantu dosen). Paras sumringah, ganteng, putih bersih, bercahaya, percaya diri, begitu dia di mataku saat itu. Dalam tatapan mata kami ada bulir-bulir rindu disana. Ya karna selama beberapa hari di Jogja kami dilarang ketemu, dipingitlah istilahnya. 

Selesai akad, yang berlangsung dengan lancar & khidmat, orang tua tetap melarangku untuk berduaan aja dengan suami. Alasannya, nanti aja habis resepsi, sekalian honeymoon, karna dapet free kamar di Ambarrukmo Hotel kala itu. Tapi ya bukan suami namanya kalo gak nekad, malam habis pulang dan ganti baju, dia ngapel ke rumah, aku pamit kakakku, jalan kaki doang mau beli bakmie di perempatan SGM. Kami bergandengan tangan, makan sambil bertukar cerita, dan berpandangan rindu. Selesai makan masih pengen cerita banyak, tiba-tiba ada keponakan nyusul, "Tante, disuruh pulang ama Opa". Hihi, rupanya Bapakku takut mantennya pergi honeymoon duluan.. 

13 Mei 2025, sudah 30 tahun sejak peristiwa itu berlalu, segala hal indah tentangnya masih kuingat dengan jelas. Tidak terasa sudah sepanjang itu kisah kami, seakan baru kemarin terjadi. Saat anniversary aku selalu melow, teringat akan semuanya lagi. Onak dan duri yang sudah kita lalui seakan terlupakan begitu saja. Semakin kita berjalan, semakin ringan langkah kita, gak seperti dulu lagi. Aku yang semakin tertawa aja melihat kekerasan hatimu. Kamu yang semakin melembut juga menghadapi keruwetanku. Banyak langkah kita yang tadinya bersimpangan jalan menjadi semakin berkesesuaian sekarang. Suatu hal yang mungkin jaman dulu hanya ada dalam angan. Aku menjadi semakin bahagia, semakin berharap, tahun-tahun kemudian akan semakin indah, semakin membaik, semakin banyak tawa. 

Suamiku, aku sayang kamu. Happy pearl anniversary yaa, semoga kamu juga semakin dan selalu sayang aku.. 

Semoga Allah SWT merestui cinta kita selalu, sekarang dan 50 tahun lagi, aamiin2 yRa 🤲🤲.. 



Yogyakarta, 12 Mei 2025, 22.57, 
Penulis, 
Ratih Damayanti


Selasa, 18 Februari 2025

Mencoba Kado Ultah PKG (Pemeriksaan Kesehatan Gratis)

Rabu, 12 February 2025. Mencoba kado ultah PKG (Pemeriksaan Kesehatan Gratis) di Puskesmas domisili. Kenapa gak Senin pas dimulai programnya? Karna takut penuh, secara yang ultahnya sudah lewat juga dikumpulin disini. Kenapa gak Selasa? Karna KTPku belum ada, baru dikirim belum nyampe dari Jakarta, sebelumnya dipake buat perpanjangan STNK.

Dari sebelumnya aku udah punya aplikasi Satu Sehat. Cuman belum diverifikasi. Kucek bisa verifikasi di Faskes-1 ku, Klinik, kesana ajadeh, secara lebih gak crowded menurutku. Agak siangan kesana, dengan pertimbangan kalo pagi biasanya buat yang periksa dokter. Jam 9.30 dari rumah. Ternyata gak bisa verifikasi disana, embaknya gak ngerti caranya, ato belum terafiliasi dgn aplikasi satu sehat (pdhl di aplikasi ada lo tercantum bisa verifikasi disini). Yawdah langsung Puskesmas aja, untung2an.

Nyampe puskesmas ternyata bisa di verifikasi disana, malah ditawari sekalian daftar PKG hari itu juga, daripada besok balik lagi. Masuk ke menu pemeriksaan gratis, ternyata blm ada dong tiketnyaa. Bisa daftar di Satu Sehat. Ternyata gak bisa juga, ealah. Untung msh disitu, diminta WA ke nomor yg tertera di pendaftaran, ternyata itu chat board ke Kemenkes, ada linknya, ikuti langkah-langkahnya. Akhirnya keluar tiket PKG nya lewat WA. Kemudian tunjukin ke embak pendaftaran Puskesmas, diinput, diminta KTP, ditanya alamat domisili (karna KTPku Tangsel). Selesai input, diminta isi skrining, ada di HP kita juga, di link dari Kemenkes. Nah, dari hasil skrining ini nanti terhubung dengan sistem Puskesmas, test mana aja yang sesuai dengan faktor resiko kita. Jadi tidak semua test dilakukan sesuai umur kita.

Kemudian ke perawat, dicek tekanan darah, ditanya bb, tinggi badan, lingkar perut (ditanya doang ra diperikso iso ngapusi hihi), dikasih kartu ceklist, dan selanjutnya diantar perawat ke tempat pemeriksaan.

Kemarin untuk aku usia 54th pemeriksaan meliputi:

1. Laboratorium, gula darah aja, hasil bagus. Gak tau juga kenapa ini, padahal gak ada faktor resiko. Yang hati malah gak diperiksa, pdhl ada faktor resiko menurutku, karna tidak ada alatnya.

2. Umum, ditanya-tanya doang, trus ditemukan masuk kelompok umur yang harus EKG dan Pap Smear (yang ternyata bukan Pap Smear tapi IVA, seperti rapid test untuk ca serviks dan baru bisa dilakukan hari Jumat, karna waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, dan Kamis bidan ada acara diluar)

3. EKG, langsung hari itu juga, hasil normal.

4. Gigi, diperiksa ala kadarnya, sepertinya oleh perawat ato residen, gigi palsuku dia gak nyadar, yang goyang juga gak diperiksa, cuman cek tambalan ama karies, dilaporkan ke drg dan dicatat.

5. Gizi, ditanya-tanya doang juga, hasilnya bagus, teruskan, ngono thok

6. Psikolog, cepet banget meriksanya, ada daftar pertanyaan yang harus diceklist, begitu bagus yaudah

7. Test IVA 

Overall pemeriksaan cepat, bagus, petugas ramah, cuman mungkin kedepannya akan lebih sigap lagi. Kemarin karena baru 3hr ada beberapa yang masih bingung, pemeriksaan apa, di usia berapa dan faktor resiko apa.

Setelah test IVA yang dilakukan hari Jumat, dapet WA hasil dari pemeriksaan dari Puskesmas. Hasilnya sesuai dengan yang dilakukan, kecuali untuk mata, telinga dan hati. Disitu tertulis hasil, padahal diperiksa juga kagak, sy minta dikosongkan saja. Dan akhirnya direvisi sesuai pemeriksaan.

Yuk, PKG yang belum! It works kok, hehe..


Nb,

Cek picture dibawah untuk langkah2nya



Flyer PKG

Halaman 2

Verifikasi Satu Sehat



Jumat, 24 Januari 2025

Sejarah Masjid Ar-Rasyiid dan Sekitarnya

Masjid Ar-Rasyiid meskipun berada di kampung Purwanggan, tapi secara lokasi lebih dekat ke jalan Bausasran. Dulu tanah dimana masjid ini berdiri adalah rumah Pak RT, Alm Pak Wir, kita biasa menyebutnya. Depan rumah ini persis adalah rumah keluarga kami, dulu rumah besar jadi satu. Sekarang terdiri atas 2 rumah (rumah cat kuning dan cat hijau), 1 rumah kecil (sebelah barat masjid persis), dan 1 pavilion (utara rumah kuning, selisih warung saja dari jalan).


Masa kecil dan remaja beberapa kakak saya (kami 8 bersaudara, saya bungsu), kebanyakan dialami di kampung sini. Sedangkan saya belum mengerti, karna tahun 1974, disaat saya berusia 3 tahun, kami keluarga besar pindah ke rumah dinas Alm Bapak di Jl. Veteran, Jogja.


Tapi masa 3 tahun di awal kehidupan saya dimulai disini. Swargi Ibu melahirkan saya di RS Panti Rapih Jogja, karna pertimbangan usia Ibu yang sudah tidak muda lagi (saya adalah kehamilan ibu yang ke-11). Sedangkan semua kakak-kakak saya dilahirkan di Susterprin, Lempuyangan (sekarang RS Bethesda Lempuyangan), yang notabene lebih dekat rumah.


Saat bayi, saya di rumah Purwanggan ini, Ibu sudah tidak jualan gethuk lagi kalo pagi, tapi menjadi buruh jahit Chinese di daerah Tugu, dan siang pulang bawa lemburan jahitan. Kata Ibu, saya bayi yang tidak rewel, minum susu juga botol hanya diganjal bantal, tidak dipegangi ibu, karna Ibu sedang sibuk menjahit disamping box bayi saya.


Beranjak usia sekolah, meski sudah pindah ke Jl Veteran, ajaibnya Ibu masih menyekolahkan saya ke SD Lempuyangan Wangi yang notabene malah lebih dekat rumah Purwanggan, kocak kan, wkwk.. Dengan pertimbangan karna guru-gurunya sudah kenal, gampang masuknya (karna waktu itu saya masih usia 6 tahun, masih underage kala itu), dan "Kabeh kamasmu mbakyumu sekolah kono og, apik sekolahe", kata Ibu. Sesimpel itu, hehe..


Jadilah pagi-pagi harus dah berangkat, dianterin Kakak. Nanti pulangnya dijemput Eyang Putri (dari pihak Bapak), trus jalan kaki pulang ke pavilion Purwanggan sini. Karna Eyang masih tinggal disini. Nanti siang dijemput Bapak, sekalian pulang kantor. Terus seperti itu sampai kelas 2 kayaknya. Kelas 3 udah berani pulang sendiri, jalan kaki bareng temen-temen yang rumahnya di dalam kampung Bausasran. Tapi karna sudah gak ada lagi yang tinggal di Purwanggan, jadilah aku pulang ke warung lotek Bu Suwal, yang letaknya ada di pinggir Jl Bausasran, kalo sekarang depan Masjid persis. Disitu sampai dijemput Bapak, ato pulang sendiri naik becak (yang nyegatin becak Bu Suwal). Nanti akhir bulan biasanya Ibu baru bayar ke Bu Suwal, tagihan aku makan lotek & minum es campur disana. Kadang Ibu kaget, "Kok tagihan banyak ya?". Kata Bu Suwal, "Iya bu, kemarin temen-temennya mbak Menit juga ikut makan disini". Haha, Ibuku hanya ketawa aja dan gak memarahiku.


Dan itu berlanjut sampai dengan kelas 5 SD, kelas 6 aku udah berani pulang sendiri naik bis kota ke Jl Veteran. Indahnya masa kecilku di Purwanggan, kala itu kadang pulang sekolah masih main boy-boynan, jek-jekan ato sundah mandah di pelataran depan rumah kuning ato depan Masjid itu, dengan teman-teman SD.


Kembali ke Masjid Ar-Rasyiid, pembangunan dilaksanakan dari bulan Oktober 2019, dimulai dengan pembersihan bangunan lama, dan mulai pembangunan Masjid di bulan Desesember 2019. Bulan Maret 2020 sudah mulai naik mustoko, dan bisa dilakukan sholat jamaah di dalamnya. Dan saat Ramadhan 2020 di bulan April, alhamdulillah masjid sudah bisa full operasi untuk tarawih. Pembelian rumah eks Pak RT ini oleh kakak saya yang kemudian dibangun masjid dan diwakafkan ke kampung Purwanggan adalah dengan pertimbangan belum ada masjid di kampung ini. Jamaah biasanya sholat di masjid Pakualaman ataupun masjid Bausasran. Tapi di masa sekarang bahkan beberapa jamaah kampung Bausasran juga sholat jamaah disini, terkadang saat sholat Jumat sampai membludak ke gang, alhamdulillah..


Semoga selalu makmur Masjid Ar-Rasyiid ini, aamiin2 yRa 🤲..



Penampakan rumah eks pak rt sebelum dirobohkan



Pembangunan masjid dimulai



Bersama kakakku yang lain yang didapuk jadi bendahara dan supervisor pembangunan masjid hehe



Mustoko masjid



Alhamdulillah, masjid sudah jadi pas saat ramadhan, bisa untuk tarawih 



Penerimaan zakat fitrah pertama



Akhirnya ada kelas tpa juga



Dan kemudian covid melanda, sholat jamaah sercara new normal, dengan jarak 



Dan pengukuran suhu



Kurban pertama di masjid ar-rasyiid 



 

My Notes Template by Ipietoon Cute Blog Design